Tepat pukul sebelas malam, Winah pamit pulang. Bu Wanti segera berbenah, memasukkan semua pakaian dan barang-barang seadanya. Tetapi tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan panik Winah yang terdengar samar dari depan rumahnya.
"Tolong! tolong! darah! darah!" suara paniknya memekik keras.
Anindita dan ibunya setengah berlari, memburu pintu. Mereka berlari dalam gelap menuju kediaman Winah yang hanya beberapa ratus meter dari tempat tinggalnya. Beberapa tetangga pun berhamburan menuju rumah Winah.
"Tolong! darah! Murod!" suara Winah berteriak tersendat sendat sambil gemetar, wajahnya pucat pasi, sambil tetap melongo di depan pintu.
Ibu memburu dan memeluk menantu kesayanganya itu. Ditepuk-tepuk bahu Winah sambil dipeluknya sosok wanita yang rapuh itu.
“Anin, tolong ambilkan air buat kakakmu,” pintanya.
“Iya Bu,” bergegas Anindita menuju ke dalam rumah kakaknya itu.
Tiba-tiba wajahnya terkesiap memanas, rupanya benar berceceran darah segar di ruang tengah, terus tembus ke pintu belakang yang terbuka. Dia memberanikan diri menghampiri pintu belakang mengikuti jejak darah yang tercecer, sudut matanya mencari ke setiap sudut ruangan, mencari sosok yang mungkin terkapar. Tapi tidak ada siapapun disana.
"Anin!" suara Ibu beteriak, memanggilnya dari luar.
“Iya Bu, sebentar,” segera dia mengambil gelas kosong dalam rak dan mengisinya.
Berjalan cepat bahkan setengah berlari keluar, meninggalkan kondisi dalam rumah yang mencekam. Segera Ibu minumkan air bening yang diterimanya kepada Winah yang masih belum mampu bercerita apa- apa. Beberapa tetangga sudah merangsek masuk ke dalam rumah.
Beberapa laki-laki membantu pencarian, mereka menggunkan lampu senter seadanya, menelusuri lahan kosong dibelakang rumah Winah. Jejak darah segar itu bercecer tembus melewaati pintu belakang, percikannya tersisa pada jalan setapak di lahan kosong belakang rumah. Pencarian akhirnya terhenti karena jejaknya berakhir ditepi sungai. Sosok Murod tidak bisa ditemukan.
"Apa? Murod tidak ditemukan?" Suara Ibu Wanti memekik, wajahnya penuh kecemasan, bulir bening berderai, menangisi nasib putra angkatnya yang salah jalan.
Raut muka Winah sudah tidak bisa digambarkan, kusut, semrawut, tak ada lagi sinar kebahagiaan. Malam itu, duka kedua tak terelakkan menimpa. Kehilangan dua orang lelaki dalam silsilah keluarga. Sepertinya kepergian Ibu Wanti tertahan beberapa hari. Winah tidak bisa ditinggal sendirian dalam kondisi seperti ini. Dan bayi malang dalam kandungannya butuh ketenangan untuk berkembang dengan baik.
Bapak ketua RT menghampiri Winah yang terlihat masih begitu syok. Beberapa tetangga juga berkerumun dan mencoba menenangkan.
“Winah, apakah suamimu sedang terlibat masalah dengan orang lain?” Pak RT mencoba mendapatkan informasi.
“Masalah?” seolah Winah berbicara dengan dirinya sendiri, sementara itu pikirannya melayang mengingat-ingat kejadian hari itu. Murod terlalu banyak musuhnya di meja judi.
“Pernah beberapa pekan kebelakang, sekelompok orang mencarinya kesini pak RT, mereka menagih hutang judi, beruntung hari itu dia sedang pergi, dan hanya saya yang ada dirumah,” jawab Winah.
“Apakah dia dari geng Jagat Kampung?” lanjut pak RT.
“Saya tidak tahu, tetapi tampang mereka membuat Saya bergidik, tatapan matanya penuh aura membunuh. ” Tak terasa bulu kuduknya berdiri ketika membayangkan kelima orang tinggi besar yang berwajah sangar itu.
“Besok pencarian kita lanjutkan, kami akan membantu sebisanya, semoga orang-orang yang bermasalah dengan suamimu bukan dari geng itu, kalau iya, tipis harapan untuk kami menemukannya apalagi dalam keadaan hidup-hidup, "ujar Pak RT.
“Sekarang sudah terlalu larut, kami pulang dulu,” ujar Pak RT disusul beberapa warga juga berpamitan padanya.
Sudah seminggu warga kampung membantu mencari Murod, tetapi jejaknya lenyap bak ditelan bumi. Hanya kemejanya yang ditemukan terapung, tersangkut akar ditepi sungai. Tak ada jejak kehidupan yang ditinggalkannya, tidak juga tanda-tanda kematian. Semuanya akhirnya merelakan untuk menghentikan pencarian. Winah sudah belajar menerima keadaan jika dia harus menjaga dan merawat bayi yang dikandungnya sendirian.
Happy Reading...
Selalu LIKE, KOMEN dan VOTE nya ya 👍👍👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
triana 13
lanjut
2020-11-12
1
Radin Zakiyah Musbich
up up up.... 🎉🎉🎉
ijin promo thor 🍿🍿🍿
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",
kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿
jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️
2020-10-16
1
💐 💞mier🌹❤️
sabar winah habis hujan pasti ada 🌈 pelangi💪💪💪
2020-10-07
1