Anindita bergegas meninggalkan Faisal untuk menjawab panggilan video dari Rio. Sekitar lima belas menit pemuda itu dibuatnya menunggu. Dengan wajah tanpa dosa Anindita kembali duduk di tempat semula setelah menyelesaikan panggilan videonya. Dia kemudian melanjutkan makanannya. Bagi Anindita, Faisal sudah seperti abangnya. Setiap melihat wajah lelaki itu selalu mengingat kan dia pada sosok yang telah hilang beberapa tahun lalu.
"Siapa, Rio? " Faisal sekedar basa-basi.
"Hehehe, iya," jawab Anin sambil tersenyum.
"Ceh, pacaran mulu," ujar Faisal dengan wajah kesal.
"Biarin, daripada jomblo mulu," Anin mencebik seraya bibirnya mengerucut.
Obrolan berlanjut hingga waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Akhirnya mereka bergerak meninggalkan restoran tersebut. Faisal menuju parkiran sementara Anin bersikeras tidak mau diantar pulang. Dia bergegas menuju jalan raya menunggu jalanan sepi untuk menyebrang. Dia akan pulang naik angkutan umum yang masih ramai berlalu lalang. Tetapi naas baru dua langkah kakinya menyentuh aspal sebuah mobil seperti hilang keseimbangan dan terdengar teriakan dari orang-orang yang ada disekitar itu.
Brukkk
Tubuh mungil itu terjatuh membentur trotoar. Suara cekitan rem dari mobil mewah itu terdengar nyaring. Faisal yang baru sampai gerbang restoran, memarkirkan mobilnya sembarang. Dia berlari memburu tubuh Anindita yang meringkuk di trotoar.
"Anin, mana yang luka? " Suara berat Faisal memburu seraya tangannya mengangkat tubuh gadis yang tak sadarkan diri itu.
Mobil mewah yang menyerempet itu menepi. Tampak turun seorang wanita muda mengenakan pakaian putih. Sepertinya dia seorang dokter. Wanita itu bergegas menghampiri Faisal yang terlihat begitu panik. Wajah wanita itu pun tampak cemas.
"Maafkan supir saya Mas, hmmm pacarnya dibawa saja ke RS tempat praktek saya, kebetulan saya ada jadwal malam ini," ujarnya sambil memeriksa kondisi Anindita.
Seorang laki-laki paruh baya tergopoh-gopoh menghampiri mereka dengan wajah pias. Suaranya gemetar ketika dia melirik aura membunuh dari wajah Faisal.
"Maaf Non, saya berjanji tidak akan mengulangi nya lagi," ujarnya sambil gemetar.
"Lain kali Bapak nurut ya apa kata saya, kalau lagi ada masalah lebih baik libur saja dan istirahat di rumah." Wanita muda itu berujar panjang, yang kemudian dipotong oleh Faisal.
"Maaf bukan waktunya berdebat, kekasih saya membutuhkan pertolongan, kasih saya nama Rumah Sakitnya? " Sambil bergerak menuju mobilnya yang terparkir sembarang di pintu keluar dia menggendong tubuh Anindita.
"R.S Intan Permata, ga jauh dari sini, ikuti mobil kami." Ujar dokter cantik tersebut setengah berteriak karena Faisal sudah berjalan meninggalkan mereka.
Diapun bergegas menuju mobilnya kembali. Kali ini dia yang duduk dibalik kursi kemudi.
***
Mata Anindita mengerjap menyesuaikan dengan cahaya. Terlihat seorang wanita muda berpakaian putih tengah berdiri membelakanginya. Dia hendak turun dari ranjang rumah sakit tapi merasakan sakit pada pergelangan kakinya.
"Awww!" suara Anindita membuat wanita itu nenoleh.
Tampak paras rupawan yang anggun berkharisma. Seorang dokter muda yang usianya mungkin hanya terpaut beberapa tahun lebih tua darinya.
"Kamu udah sadar?" sapa dokter cantik itu dengan senyum tulusnya.
""Emh, iya dok, siapa yang membawa saya kesini? " tanya Anin, karena selama diperjalanan, dia masih tak sadarkan diri.
"Pacar kamu," jawab dokter muda tersebut sambil tersenyum dan menghampirinya.
Kening Anin mengernyit, mengingat Rio masih berada di Singapura, siapa yang dokter cantik ini sebut sebagai pacarnya. Namun seketika rasa penasaran nya terjawab melihat sosok Faisal yang baru keluar dari toilet. Mungkin dokter itu salah sangka.
"Udah sadar Nin?" Faisal menghampirinya.
"Iya Bang," jawab gadis itu.
"Maafkan saya, gara-gara supir saya ceroboh, kamu jadi korbannya." Dokter cantik itu mengulurkan tangan seraya meminta maaf.
"Gak apa dok, saya juga ga kenapa-kenapa kho," jawab Anin.
"Bang, Anin mau pulang," rengeknya sambil beringsut hendak turun dari ranjang rumah sakit.
Faisal melirik ke arah dokter itu.
"Apa boleh pulang sekarang? " Faisal memastikan kembali.
"Iya Mas, sudah boleh pulang, lukanya hanya luka luar saja, untuk memar-memarnya nanti di kompres pakai air hangat sebelum dipakaikan salep nya ya, kemudian ini obat-obatnya harap diminum tepat waktu." Sambil menyodorkan satu kantung plastik berisi obat-obatan.
"Anin, kalau dalam tiga hari luka memarnya belum hilang nanti kesini lagi saja ya, saya akan bertanggungjawab sampai kondisi kamu sehat seperti sedia kala," ujar dokter cantik itu.
"Ini kartu nama saya, dalam kondisi emergency bisa langsung kontak ke whatsapp saya ya." Ujarnya lagi seraya menyodorkan satu buah kartu nama yang kemudian Anin simpan ke dalam dompetnya.
"Baik dok, terimakasih," ujar Anindita.
"Panggil saja saya Dewi, itu nama saya," ucap dokter cantik itu dengan ramah.
***
Akhirnya Anindita diantar pulang oleh Faisal. Dengan telaten dia memapah gadis pujaannya itu masuk kedalam kamar. Jantung lelaki itu berdetak lebih cepat, ketika tubuhnya tak ada celah dengan wanita pujaannya itu. Dengan telaten dia mengompres luka memar di bagian lengan dan kaki Anindita. Kemudian menyiapkan air dan membantu meminumkan obat pada gadis itu.
"Bang Faisal pulang saja, Anin gak apa-apa, lagian udah larut entar kena tangkep Bapak kontrakan." Secara halus Anin meminta Faisal untuk segera pulang.
"Mana tega Abang biarin kamu kaya gini sendirian," sanggah Faisal
"Abang nginep juga tidurnya di ruang depan kho." Faisal berkeras tidak mau meninggalkan gadis itu.
"Udah deh Bang, jangan ngeyel, nanti ditangkep kawin paksa sama warga baru tau, ih amit-amit deh," ucap Anin sambil bergidik.
Seringai tipis muncul dibalik bibir Faisal "Biarin, biar kena tangkep, biar kamu ga ngatain Abang jomblo mulu," ujarnya sambil masih tak bergeming dari tempatnya.
Bukkk
Sebuah bantal yang dilemparkan Anindita mengenai wajah Faisal. Lelaki itu hanya terkekeh. Bantal itu malah dibuatnya alas kepala dan dia menidurkan badannya terlentang di depan pintu kamar Anindita yang terbuka. Tak lama terdengar dengkuran halus tanda lelaki itu sudah mulai tertidur. Tergeletak tanpa alas apapun di lantai depan pintu kamar Anindita. Gadis itu menjadi salah tingkah. Perasaan kesal, kasihan, marah dan takut berbaur menjadi satu.
"Ah, gimana ini kalau kena tangkep warga, bisa-bisa disuruh kawin paksa, " gumamnya putus asa. Kondisi di area kontrakannya tengah rawan dengan kasus grebek dan kawin paksa, semenjak kejadian dua hari lalu ada anak kontrakan yang berbuat asusila.
Dia mencoba menghubungi Bapak kontrakan untuk membuat laporan, tapi sayang nomornya tidak aktif. Berkali-kali meneriaki Faisal agar bangun tapi tak membuahkan hasil. Dengan susah payah dia beringsut menghampiri lelaki itu untuk membangunkannya, tapi keseimbangan nya hilang ketika kaki yang sakitnya terbentur lemari tanpa sengaja.
Brukkk
Tubuhnya menindih Faisal membuat lelaki itu terbangun dari tidurnya dan sontak menahan tubuh mungil yang menimpanya. Dalam kondisi tersebut terdengar suara pintu kontrakan yang diketuk. Sepintas posisi mereka seperti berpelukan.
"Tok tok tok"
Wajah Anin terkesiap menjadi pias. Dia terlalu takut akan ada kesalahfahaman, bagaimanapun waktu sudah melebihi tengah malam, dan dia berduaan dengan lelaki bukan muhrimnya dalam kontrakan. Sementara Faisal dengan tenangnya berdiri setelah memapah Anindita dan mendudukan nya di ruang depan. Baginya kalaupun harus kawin paksa malah bersyukur, jadi tidak susah-susah untuk menolak perjodohan dari ibunya. Apalagi menikahi gadis yang memang dia sukai. Kemudian dia menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang bertamu tengah malam buta seperti ini.
MAKASIH UDAH MAMPIR DISINI YA... JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE NYA... 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments