Tumpukan berkas di meja kerja Anindita tidak setebal kemarin, beberapa pekerjaan urgent sudah diselesaikannya. Memang beberapa harus dikejar karena deadline hari ini, akan tetapi dia masih bisa mengkondisikannya dengan baik. Beberapa jadwal meeting baru dengan klien sudah rapi terpampang pada kalender kerjanya dan ditempelkan didekat laptop. Tiba-tiba ada pesan whatsapp menyelinap masuk yang terpampang dalam layar web wahtsapp yang selalu dia buka di laptopnya karena untuk fast respon kepada customer juga.
“Sore ini Abang jemput ya,” pesan whatsapp dari Faisal.
“Mau kemana?,” balas Anindita mengetik dengan cepat diantara tumpukan pekerjaan.
“Jalan, nanti Abang jemput ke kantor kamu,” pesan wahtsapp Faisal.
“Emang tau kantor aku?” balas Anindita.
“Abang tunggu pukul lima sore di depan gerbang,” Faisal tidak menjawab pertanyaannya.
“Hmm, Ok,” jawab Anindita.
Anindita kembali fokus menyelesaikan tugasnya satu-satu. Beberapa laporan dan jadwal sudah diemailkan juga kepada Hadi. Kebetulan sore ini free jadi dia bisa pulang cepat dan pergi dengan lelaki yang baru dua hari ini berstatus sebagai tunangannya. Waktu tepat menunjukkan pukul lima sore, meja kerja Anindita terlihat sudah rapi, laptop sedang dimatikannya sebelum suara telepon di mejanya berdering.
“Hallo!” ucapnya.
“Ke ruangan saya,” suara seseorang di seberang kaca.
“Iya Pak,” Anindita menutup telpon dan menuju ruangan atasannya.
Tok Tok Tok
Terlihat Hadi mengangguk mempersilahkannya masuk. Gadis itu sudah menenteng tas karena hendak pulang. “Ada apa Pak nyari saya?” tanyanya.
“Kamu mau pulang?” tanyanya sambil menatap Anindita.
“Iya lah Pak, kan udah jam pulang kantor,” jawab Anindita pasti.
“Bisa tunggu saya, saya ada keperluan juga ke sekitar kontrakan kamu, janjian sama teman, biar nanti pulang bareng saja daripada kamu naik taxi online,” ujar lelaki itu sambil tersenyum.
“Hmm, tapi Pak, saya tidak pulang,” jawab Anindita datar.
“Lha, katanya mau pulang, sekarang ga pulang?” kening Hadi berkerut, lelaki itu gagal mencerna perkataan Anindita.
“Maksud saya emang pulang pak, tapi saya ada janjian sama temen, jadi ga pulang ke kontrakan dulu,” Anindita menjelaskan.
“Aduh, salah taktik nih, harusnya tadi jangan bilang dulu mau arah ke kontrakannya, jadinya ga ada lagi alasan buat pulang bareng,” gumam lelaki itu dalam hati, sambil menundukkan kepala.
“Pak, saya duluan ya,” Anindita memecah keheningan.
“Hmm, iya ok, hati-hati ya, oh iya, ini buat kamu,” Hadi memberikan sesuatu berpita pink.
“Cokelat? Buat saya pak?” Anindita mengerutkan dahi.
“Iya, tadi siang saya dapat free sewaktu makan siang diluar, tapi gigi saya lagi bermasalah jadi ga boleh makan manis,” Hadi berkilah, hatinya belum siap untuk mengutarakan yang sebenarnya.
“Asiiikkk, Bapak baik banget, sering-sering deh pak, dah Bapak” ucap gadis itu dengan mata berbinar karena dapat cokelat gratis, tangannya dilambaikan sambil kemudian berbalik meninggalkan ruangan Hadi yang masih termenung sendirian.
***
Di depan gerbang, seseorang sudah menunggunya. Mobil yang dipakainya sama dengan yang dipakai untuk mengantarkannya pulang ke kampung. Faisal memiliki beberapa koleksi mobil, untuk keperluan pribadi dia bedakan dengan mobil untuk bekerja. Tidak heran jika sejak setengah jam dia parkir di tepi jalan depan gerbang, tidak ada satupun yang mengenalinya.
“Maaf Bang, nunggu lama ya?” ucap Anindita sambil memasang seatbelt dan meletakkan tasnya dipangkuannya.
“Engga kho, baru saja datang,” tanpa sengaja dia menangkap bayangan pita pink dari celah tas Anindita yang tidak tertutup rapat.
“Apaan itu?” tanyanya menunjukkan dengan ekor matanya. Dengan hati-hati dia mulai mengemudi setelah melihat gadis itu duduk dengan nyaman.
“Oh ini, cokelat Bang,” jawab Anindita datar.
“Buat siapa pake pita segala, buat Abang?” pancingnya.
“Enak aja, ini dikasih pak Hadi, abang kalo mau beli lah sendiri,” cebik Anindita tanpa sadar kalau lelaki yang disampingnya sedang memancingnya. Tidak ada lagi jawaban dari Faisal, hatinya semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan sejak melihat perlakuan Hadi kepada gadisnya. Dia memiliki saingan.
“Kita mau kemana Bang?” tanya Anindita sambil melirik pemuda yang ada disampingnya.
“Maunya kemana?,” Faisal balik bertanya.
“Nonton saja Bang, tadi Rinda bilang ada film yang bagus baru tayang,” ucap Anindita.
“Ok, kita nonton kalau gitu,” ucap Faisal.
Mobil melaju tersendat karena jalan padat merayap. Jam sibuk pulang kantor selalu seperti itu, terlebih di kawasan tersebut ada beberapa perusahaan besar juga selain tempat Anindita bekerja. Tiba-tiba mobil yang dikendarainya berbelok ke sebuah mall dan berhenti didepannya, Faisal meminta Anindita menunggu sebentar karena tujuan mereka bukan ketempat itu.
“Tunggu ya, abang ada perlu sebentar,” ucapnya setelah memarkirkan mobilnya didekat lobi mall, gadis itu hanya mengangguk sambil memainkan ponselnya. Tak berapa lama, lelaki bertubuh tinggi itu sudah keluar dengan membawa sebuah bingkisan parcel dengan hiasan pita-pita cantik berwarna pink.
“Mau ketemu klien Bang?” Anindita menatap Faisal heran.
“Engga, kan mau nonton,” jawabnya sambil meletakkan parcel tersebut di jok belakang.
“Lha itu?” Anindita bertanya.
“Sini cokelat kamu,” ucap Faisal sambil mengambil pucuk pita pink yang menyembul dari celah tas Anindita.
“Itu cokelat buat kamu, jangan terima dari lelaki lain, abang ga suka,” ucapnya dengan wajah serius dan melempar cokelat dari Hadi keluar jendela.
“Bang, itu berapa dus cokelat yang Abang beli, Abang pikir aku mau jualan cokelat?” mata Anindita membelalak karena merasa lelaki yang disampingnya berlebihan.
“Kalau masih kurang tinggal bilang, abang bisa beli sama toko-tokonya,” ucapnya datar sambil melajukan kembali kendaraannya berbaur kembali di jalanan menuju tempat yang sudah mereka pilih.
Anindita hanya menggeleng-gelengkan kepala. Diliriknya cokelat yang begitu banyak yang harus dia habiskan. Tetapi tak ada lagi komentar dari mulutnya untuk menghindari perdebatan. Faisal memang baik meski terkadang mengungkapkan kebaikannya dengan cara yang berbeda.
***
Faisal sedang mengantri membeli ticket dan popcorn untuk teman mereka nonton. Anindita sengaja memilih film action karena dia tidak terlalu suka film romance yang menurutnya cengeng. Sambil menunggu Faisal dia memainkan ponsel. Tak berapa lama lelaki itu sudah datang dengan dua popcorn besar ditangannya.
“Abang ke toilet dulu sebentar ya,” ucapnya sambil menyerahkan ticket dan popocorn pada gadis pujaannya itu.
Faisal berlalu mencari toilet yang jaraknya lumayan agak jauh. Anindita masih menatap punggung lelaki itu ketika tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang.
“Hai,” sesorang menepuk pundaknya, reflek Anindita menoleh kearah suara.
“Pak Hadi, katanya ada janji sama temen ke arah kontrakan saya, kho ada disini?” gadis itu mengernyit heran.
“Oh itu, janjiannya pindah, kita ketemuan disini, oh iya mana teman kamu?” mata hadi mencari-cari keberadaan seseorang yang menemani Anindita.
“Sedang ke toilet Pak,” jawab gadis itu datar.
“Oh ya udah, saya ke lantai atas dulu ya, teman saya sudah menunggu disana,” Hadi berpamitan, yang dijawab dengan anggukan kepala Anindita.
***
“Abang lama banget si?” tegur gadis itu, sambil merengut ketika Faisal datang menghampirinya lagi.
“Iya, tadi ketemu dokter yang waktu itu sewaktu balik dari toilet, dia nanyain kamu tadi,” ucap Faisal.
“Dokter yang mana?” Anindita mencoba mengingat-ingat.
“Itu yang nyerempet kamu waktu itu,” jawab Faisal.
“Oh dokter Dewi, dimana dia sekarang?” Anindita mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
“Dia ada janji sama temannya di lantai atas,” jawab Faisal singkat.
“Ayo, itu film kita mau mulai,” Faisal menarik lengan Anindita dan mengambil popcorn untuk dibawakannya. Keduanya berjalan bergandengan menuju antrian masuk kedalam bioskop.
JANGAN LUPA LIKE, COMENT DAN VOTENYA YA.... SETELAH ITU PERGI KE HALAMAN SAMPUL DAN BERIKAN BINTANG LIMA UNTUK KISAH INI. TERIMAKSIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nona Cherry Jo
wooow dr dewi janjian sama hadi... bakal seruuu deh.. 🌹🌹🌹🌹
2020-10-06
1
elvi nopricha
dokter dewi jnjian ma pk hadi ya
2020-10-06
1