Pagi itu Anindita tengah bersiap-siap membereskan barang-barang yang akan dibawanya sore nanti. Bu Wanti sudah mulai membuka warungnya, beberapa tetangga sudah ada yang membeli jualan perdana ibunya tersebut. Banyak yang menyambut kedatangan wanita itu di kampungnya ada juga beberapa yang nyinyir dan tidak suka atas keberhasilan wanita yang dulu begitu miskin di kampungnya.
Hari itu selain pembukaan warung perdana, Bu Wanti juga membuat beberapa puluh bungkusan sembako untuk orang-orang yang berkunjung ke warungnya sebagai wujud rasa syukur akan perubahan garis nasib baik yang memihak padanya. Satu bungkus sembako terdiri dari beras, mie instan, gula pasir, minyak goreng, teh, kopi dan susu itu mendatangkan berbagai rona kebahagiaan bagi setiap tetangga yang berkunjung ke rumahnya.
“Makasih,” ucap seorang wanita paruh baya yang seumuran dengannya ketika menerima bingkisan sembako tersebut. Yang dibalas oleh anggukan dan senyuman dari Bu Wanti.
“Oh iya Bu, Mas ganteng yang kemarin mana ya, ga kelihatan, dia calonnya Anin kan ya?” Ibu-ibu itu berhenti sebentar sebelum meneruskan langkahnya sambil menengok ke arah rumah Bu Wanti mencari keberadaan Faisal.
“Semoga berjodoh Bu, mohon doanya saja, orangnya ga ada di rumah Bu, dia sedang ke rumah Pak RT mengantar paket sembako juga, pengen Pak RT nyicipin rejeki saya” ujar Bu Wanti.
“Beruntungnya Anin, semoga cepetan mantu ya Bu,” ujar wanita itu kemudian berlalu.
Tanpa diketahui Bu Wanti sepasang mata jernih milik Anindita menatapnya dari balik jendela. Begitu tersentuh melihat harapan ibunya yang ternyata mengharapkan Faisal menjadi menantunya. Dia hanya menghela nafasnya dalam-dalam, sejujurnya dihatinya masih tersimpan nama Rio. Lelaki pertama yang menempati posisi begitu spesial di hatinya. Lelaki yang tidak pernah tegas, tidak pernah memberikan kejelasan untuknya apakah harus benar-benar menunggunya. Sekilas Faisal memang terlihat lebih segalanya dari Rio. Lelaki yang melamarnya tersebut sudah mapan, sudah dewasa dan bisa memutuskan dengan tegas terhadap apa yang dirasakannya. Andai Rio yang berbuat seperti itu, pastinya gadis itu dengan senang hati dan tidak perlu mengubur semua kenangan itu. Memang betul cinta memang terkadang tidak bisa dikejar pakai logika, itulah hal yang sedang dirasakan Anindita. Kecewa, marah, sedih bahkan sudah memutuskan untuk melupakan Rio, tetapi hati kecilnya tidak bisa berbohong jika dirinya masih berharap lelaki itulah yang kelak akan menjadi suaminya.
***
Faisal tampak keluar dari sebuah rumah sederhana milik ketua RT kampung tersebut. Dia berjalan kaki menyusuri jalanan aspal yang retak-retak. Jarak rumah Bu Wanti tidak jauh darisana, karenanya pemuda tersebut memilih untuk berjalan kaki. Akan tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti, sebuah mobil menepi didekatnya dan seorang wanita dengan pakaian yang terlihat baru menghampirinya.
“Mas, maaf boleh bicara sebentar?” gadis itu dengan gaya yang dimanis-maniskan melempar senyum kepada Faisal. Lelaki itu hanya tertegun dan menatap dingin ke arah perempuan tersebut.
“Mas, saya mau minta maaf perihal kejadian kemarin, Kak Romi sudah menjelaskan semuanya, boleh sampaikan permintaan maaf saya kepada Anindita,” ucapnya sambil menghampiri Faisal.
“Mintalah maaf sendiri kepadanya, saya tidak ada urusan denganmu,” ucap Faisal ketus sambil melangkah meninggalkan gadis itu.
“Mas, saya Lia, dulu saya berteman baik dengan Anin, kemarin itu cuma salah faham saja,” Lia mencoba menjejeri langkah Faisal.
“Semakin sombong, semakin menarik, pasti aku bisa merebut perhatian lelaki itu, aku kan lebih cantik dan kaya dari Anindita. Mana boleh dia mendapatkan sesuatu yang lebih dariku.” Gumamnya dalam hati sambil mengekori langkah Faisal yang berjalan cepat.
“Aduh,” Lia mencoba menarik perhatian pemuda yang ada didepannya itu dengan berpura-pura keseleo dan memincangkan jalannya.
Faisal menoleh, dengan tatapan dingin menatap tajam gadis yang mencoba mengejarnya itu. Lia mempercepat jalannya dan menjejeri Faisal. Lelaki itu kini tepat berada disampingnya.
“Mas, bisa bantu saya, saya kesulitan jalan,” wajah Lia memelas, tangannya mencoba meraih lengan Faisal. Pemuda itu dengan cepat menepisnya.
“Usahalah sendiri, kamu yang membuat masalah kenapa harus melibatkan saya dengan kesulitan yang kamu buat sendiri,” Faisal melirik kearah kaki Lia yang terpincang-pincang seolah melihat sesuatu yang ganjil disana. Setelah itu dia kembali melangkah cepat dan tidak mepedulikan wanita itu yang terus membuntutinya.
***
“Assalamu’alaikum,” Lia mengucapkan salam ketika tiba di warung Bu Wanti, sementara punggung Faisal sudah masuk ke dalam rumah.
“Wa’alaikumsalam, Lia tumben kemari, ada perlu apa?” tanya Bu Wanti terlihat kaget, karena ini kali pertama Lia menginjakkan kaki di rumahnya.
“Mau ketemu Anin, saya mau meminta maaf atas kesalahfahaman kemarin,” ujarnya sambil menyunggingkan senyum yang dipaksakan.
“Silahkan masuk, Anin ada didalam,” ujar Bu Wanti dengan ramah.
“Anin, ada Lia mau ketemu!” setengah berteriak Bu Wanti memanggil putrinya karena bersamaan dengan itu ada seorang pembeli datang dan tidak bisa ditinggalkannya.
Lia melangkah menuju pintu rumah yang sedikit terbuka, kemudian mengetuknya perlahan, sekilas tampak lelaki berwajah dingin itu tengah duduk di ruang tengah. Anindita membuka daun pintu lebar-lebar dan mempersilahkan orang yang ada didepannya masuk. Dengan semangat Lia masuk dan mengambil tempat duduk disamping Faisal. Lelaki itu tetap tak acuh akan keberadaan seseorang yang sudah ada disampingnya. Anindita menyuguhkan minuman dingin kepada wanita yang ada didepannya dan duduk di sisi yang berlainan dengan wanita itu.
“Aku mau minta maaf Nin atas kejadian kemarin, aku salah faham sama kamu,” ucapnya sambil sesekali matanya melirik Faisal.
“Iya gak apa-apa, udah aku maafin Lia, lagian wajar kalau cemburu, cemburu itu kan tandanya cinta, berarti Kak Romi tidak salah memilih calon istri, karena kamu begitu mencintainya,” ujar Anindita tulus. Lia tersenyum sambil sesekali ujung matanya mencuri pandang pada lelaki tampan yang ada di sampingnya.
“Oh iya, kamu udah tunangan ya, kapan kalian akan menikah?” Lia mencoba mencari tahu, karena sebetulnya kedatangannya adalah untuk memastikan apakah benar lelaki tampan tersebut calon suaminya Anindita.
“Ah, masih lama lah Li, aku masih pengen fokus berkarir,” ujar Anindita tanpa menaruh rasa curiga.
“Kenapa kamu ingin tahu hubungan kami? Tidak ada urusannya denganmu,” ucap Faisal dingin seraya beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamar Anindita yang diirringi dengan tatapan terkejut gadis itu karena Faisal masuk ke kamarnya tanpa permisi. Lia hanya menatap punggung lebar itu berlalu. Sementara Anindita bergegas menyusul Faisal yang sudah menutup rapat kamarnya setelah berpamitan pada Lia.
“Sebentar ya Lia,” ucap Anindita sambil bergegas masuk ke kamarnya.
Lia menatapnya dengan tatapan tidak suka. Hatinya masih tidak bisa menerima jika gadis yang didepannya itu lebih beruntung darinya. Dulu dia memaksa ayahnya agar menjodhkannya dengan Romi, karena dia tahu pemuda terbaik di kampungnya itu selalu membantu Anindita dalam setiap kesulitannya.
“Abang ngapain masuk kamarku?” suara Anindita setengah berbisik dengan mata yang melotot melihat Faisal sedang tiduran ditempat tidurnya.
“Ck, males banget lihat wanita itu, cepetan suruh pulang makanya atau abang akan tidur siang disini,” katanya sambil meringkuk membelakangi gadis itu yang begitu kesal dengan kelakuannya yang semena-mena.
“Kenapa harus ke kamar aku?” gerutu Anindita sambil masih berkacak pinggang di pinggir tempat tidurnya.
“Masa ke kamar ibu, disini kan Cuma ada dua kamar Nin,” Faisal terduduk sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.
“Awas kalau macem-macem disini,” Anin berbalik meninggalkan Faisal yang tersenyum jahil menatapnya.
Lia masih menunggunya dan tampak sudah siap-siap berpamitan. Dia berdalih ada kepentingan lain yang sudah menunggunya, padahal alasan sebenarnya karena Faisal sudah tidak disana jadi dia tidak memiliki alasan lain untuk tinggal lebih lama ditempat gadis yang tidak disukainya itu.
***
JANGAN LUPA LIKE, COMENT DAN VOTENYA YA.... SETELAH ITU PERGI KE HALAMAN SAMPUL DAN BERIKAN BINTANG LIMA UNTUK KISAH INI. TERIMAKSIH, LOVE U ALL.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulfia
mending pilih yg pasti keputusannya soal hati kan bs ntar kalau dah halal
2020-10-29
1
💐 💞mier🌹❤️
tipe setia🥰🥰🥰🥰
2020-10-07
2
Nona Cherry Jo
keren kamu faisal.... tdk mudah tergoda.. asiiik 💗💗💗🌹🌹🌹🌹
2020-10-06
1