“Tok tok tok”
Wajah Anin terkesiap menjadi pias. Dia terlalu takut akan ada kesalahfahaman, bagaimanapun waktu sudah melebihi tengah malam, dan dia berduaan dengan lelaki bukan muhrimnya dalam kontrakan. Sementara Faisal dengan tenangnya memapah Anindita dan mendudukannya di ruang depan. Baginya kalaupun harus kawin paksa malah bersyukur, jadi tidak susah-susah untuk menolak perjodohan dari ibunya. Apalagi menikahi gadis yang memang dia sukai. Kemudian dia menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang bertamu tengah malam buta seperti ini.
“Ceklek,” gagang pintu terbuka.
Tiba-tiba seorang gadis menghambur memeluk tubuh tegap Faisal sambil menangis, sontak lelaki itu tergagap. Sambil mundur beberapa langkah. Anindita yang melihat kejadian itu memaksakan untuk berdiri dan menghampiri sosok wanita yang dia kenal itu.
“Ah maaf Bang,” wajah gadis itu memerah sambil memalingkan muka menahan malu. Dia kira yang membuka pintu adalah Anindita.
“Rinda, ada apa? Kenapa kamu menangis?” Anin terpincang-pincang menghampiri sahabatnya tersebut.
Faisal menggeser tubuhnya menjauh dari kedua sahabat itu dan hendak melanjutkan tidurnya yang terganggu. Terlihat gadis yang tadi memeluknya kini menangis dipelukan Anindita. Setelah beberapa saat dan terlihat mulai tenang Anindita mengajak Rinda untuk duduk dan memberinya segelas air bening.
“Hmmm, maaf ya Nin ganggu kencan kalian,” bisik Rinda sambil ekor matanya melirik ke arah Faisal yang tak acuh dengan keberadaannya. Tiba-tiba wajah Anindita berubah sumringah. Dengan enteng dilemparnya buku yang ada dekat meja Tv ke arah Faisal yang tengah tiduran tidak perduli.
“Bang, aku udah ada yang nemenin, Rinda mau tidur disini, Abang pulang gih, kontrakan aku sempit ga muat banyak orang.” Gadis itu mengusir Faisal.
Faisal membuka matanya sambil memiringkan posisi tidurnya. Tetapi sebuah benda kembali melayang ketubuhnya. Remot tv kali ini yang digunakan Anindita untuk mengusir lelaki itu.
“Iya bawel, Abang pulang, titip dia ya,”ujarnya sambil beringsut malas, ekor matanya tertuju pada Rinda dan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak dekat meja TV.
“Iya Bang, saya temen baiknya Anin, pasti jaga dia kho.” Wajah Rinda merona mengingat tadi dia memeluk tubuh tegap yang kini tengah berdiri dihadapannya.
Akhirnya dengan enggan Faisal mengemudikan mobilnya meninggalkan kontrakan gadis pujaannya. Sementara Anindita meneruskan mengobrol dengan sahabatnya hingga larut, hingga mereka berdua tertidur di ruang depan dengan televisi menyala menonton mereka berdua.
***
Seminggu sudah berlalu semenjak kejadian itu. Anindita sudah beraktivitas seperti biasanya. Hari itu sudah hari jumat, weekend yang ditunggu sudah akan tiba. Akan tetapi tiba-tiba dari anouncer dari meja receptionist mengumumkan seluruh staff untuk berkumpul di ruang meeting utama setelah makan siang. Dan disanalah mereka berada saat ini.
“Denger-denger akan ada manager baru hari ini, dia akan mulai aktif senin depan.” Bisik Anita yang terdengar samar oleh Anindita yang duduk dan masih memainkan ponselnya, mengubahnya ke mode pesawat.
“Katanya ganteng dan masih muda lho, jadi penasaran,” bisik Rinda yang duduk disamping Anindita persis.
“Nin kenapa diem saja? tau ga mengenai bos baru kita?” Rinda menyenggol bahu Anindita.
“Udahlah, biasa saja keles, mau muda mau tua yang penting bisa kerja dan ga ngeribetin anak buahnya, jangan kayak yang kemaren.” Jawab Anindita malas yang hanya ditanggapi oleh cebikan santai sahabatnya itu.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, membuat percakapan mereka terputus dan semua orang diminta untuk fokus ke meja utama. Terdengar Pak Bram memperkenalkan manager baru tersebut dan disambut oleh tepuk tangan seluruh staff di divisi marketing.
“Nama Saya Hadi Adi Praja.” Terdengar kalimat pembuka dari lelaki gagah tersebut. Lesung pipitnya mengingatkan Anin pada sosok seseorang yang pernah ia temui. Akan tetapi dia pun lupa dimana pernah bertemu dengan orang tersebut. Anindita berbisik kepada Rinda.
“Rin, aku kaya familiar ya dengan mukanya, tapi dimana ya?” dahinya mengernyit mencoba mengingat-ingat sesuatu.
“Ah, giliran udah lihat cakep saja bilangnya gitu,” Rinda malah menggodanya sambil menyenggol bahu Anin yang berada disampingnya.
“Tadi namanya Hadi, Hmm oh iya aku baru ingat.” Anin bergumam sendiri.
Lelaki itu, orang yang pernah dia tabrak di rumah sakit yang kemudian membawanya berobat. Dia masih memiliki hutang terimakasih pada lelaki tersebut yang sudah menolongnya pada waktu itu.
“Rin, dia orang yang nolong aku waktu di RS Insani, kamu inget ga waktu aku minta dijemput sama kamu.” Anin berbisik pada Rinda.
Rinda tak menanggapinya, dia fokus menatap wajah tampan di meja utama yang tengah menjabarkan visi dan misinya serta program-program baru untuk divisi yang akan dibawahinya.
***
JANGAN LUPA LIKE, COMENT & VOTE YA JIKA KALIAN ADA MAMPIR KE NOVEL INI. TERUS KEMBALI KE GAMBAR SAMPUL DAN BERKAN BINTANG LIMA UNTUKKU AUTHOR PEMULA INI. LOVE U SEMUA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments