Bab 5 - Pekerjaan Baru

Anin sudah bersiap dengan kemeja terbaiknya, rambut ikalnya diikat ekor kuda, wajah mungilnya yang kini tampak lebih terawat dipoles make up tipis, membuat kecantikan naturalnya terpancar. Kini tubuhnya tidak sekurus waktu pertama datang ke Jakarta. Istirahat yang nyaman dan makanan yang beragam membuat tubuhnya menjadi lebih berisi. Dia memakai sepatu kets, membawa tas kecil dan bekal makan siang buatan ibunya.

“Bu, Anin pamit, semoga diterima ya Bu,” wajah sumringahnya membuat hati Bu Wanti pun berbinar bahagia.

“Iya Nin, hati-hati, doa ibu selalu ada setiap saat,” ujar wanita setengah baya itu sambil mengusap pucuk kepala gadis kesayangannya.

“Anin, cantik sekali, jadi hari ini interview untuk waitress itu?” suara Bu Windarti mengagetkan kedua wanita itu.

“Iya jadi Bu, semoga bisa diterima, mohon doanya ya Bu,” Anin menghampiri Bu Windarti dan mencium tangannya.

“Iya hati-hati, Faisal sudah menunggu di mobil,” ucapnya sambil tersenyum dan mengusap pucuk kepala Anin.

Bu Windarti tidak seperti kebanyakan orang kaya yang angkuh dan sombong. Wanita itu memiliki hati yang begitu lembut. Dia baik pada semua orang dan tidak membeda-bedakan kedudukan. Dia bahkan memberikan perhatian berlebih kepada Anin. Hal itu terjadi karena sebetulnya Bu Windarti begitu merindukan kehadiran sosok anak perempuan. Akan tetapi semenjak kelahiran Faisal sampai tragedi kecelakaan yang menyebabkan suaminya meninggal dan bayi mungilnya yang berusia baru enam bulan menghilang, dia tak lagi membuka diri untuk berumah tangga lagi.

Hidupnya disibukkan dengan mengurus perusahaan peninggalan suaminya sampai Faisal besar dan bisa mengambil alih semuanya.

Anindita bergegas menuju halaman depan, tampak sebuah mobil mewah milik Faisal sudah terparkir. Deru mesin lembutnya sudah menghangati suasana pagi itu. Anin segera masuk, duduk di sebelah anak majikannya.

“Selamat pagi Anin,” senyum kharismatik Faisal menyambutnya ketika Anin membuka pintu depan dan duduk disebelahnya.

“Pagi Bang, maaf jadi Bang Faisal yang nyetirin Anin?” ucap gadis itu merasa tidak enak karena ternyata Faisal sendiri yang mengantarnya.

“Terus memangnya kalau saya minta Anin yang nyetir bisa?” ucapnya malah menggoda.

“Bukan, maksudnya supir Bang Faisal, Bang Ferdi, lagian Anin ga bisa nyetir,” jawab Anin polos.

“Oh Ferdi, dia lagi menghandle rapat penting hari ini," ucapnya datar sambil mulai melajukan kemudi, menyusuri jalanan arteri yang ramai, berbaur dengan berbagai jenis kendaraan di jalan Raya.

Akhirnya mereka tiba disebuah restoran megah, sebuah restoran bernuansa klasik modern yang memiliki beberapa aula megah. Menyajikan berbagai menu variasi nusantara yang menonjolkan masakan khas Indonesia. Faisal segera memarkirkan kendaraannya, dan keluar dari mobil mewahnya. Pakaian santai dan modis membuat beberapa pelayan mencuri-curi pandang ketika sosok rupawan itu menuju lobi hotel. Mereka tidak mengetahui identitas pemuda itu yang sebetulnya pemilik restaurant ini. Hanya orang-orang office yang mengenali Faisal. Secara bos muda mereka begitu jarang muncul ke publik, dan selalu diwakili oleh Ferdi sekretaris pribadinya untuk setiap acara ke karyawanan.

Anin mengekor dibelakang, tanpa tahu identitas tuan yang dia ikuti tersebut adalah pemilik restorant. Setibanya dimeja resepsionis Faisal meminta gadis resepsionis itu mengantarkan Anin keruang HRD.

“Anin, saya tinggal ya, nanti pulang saya jemput lagi sekalian, kebetulan hari ini jadwal sayapun senggang,” ujar Faisal.

“Iya Bang, makasih,” ucap Anin, sambil bergegas mengikuti resepsionis menuju ruang HRD untuk sesi penerimaan karyawan.

Akhirnya hari itu berakhir dengan baik. Anindita sudah resmi menjadi seorang waitress di restoran tersebut. Sebuah titik awal untuknya mendapatkan pundi-pundi rupiah. Semangatnya kian membara. Bulan bergulir, perlahan berganti tahun. Tak terasa sudah hampir satu tahun dia bekerja menjadi waitress. Sisa waktunya tetap dihabiskan untuk mencari pekerjaan lain. Uang yang terkumpul kurang banyak, masih butuh tabungan ekstra untuk dapat hidup terpisah dan mengajak Winah Serta Rizki tinggal bersama.

Dalam kurun waktu satu tahun tersebut setiap hari Anin merasakan perhatian Faisal semakin meningkat kadarnya. Seringkali Faisal sengaja menjemputnya dan pergi mencari makan atau sekedar membelikannya pakaian-pakaian baru. Atau sengaja menjemputnya untuk makan siang diluar. Desas-desus di tempat kerja cukup membuat telinga Anin memanas. Beberapa karyawan lain bahkan ada yang menyangkanya sebagai wanita simpanan. Tetapi Anin tak sampai hati mengadu pada Faisal terkait hal ini. Dia merasa tidak enak karena pekerjaan ini didapatnya karena rekomendasi dari Faisal. Dan karena hal itu pula Anin berusaha keras untuk segera mendapatkan pekerjaan baru.

Tetapi segudang usaha mendapatkan pekerjaan baru tampak sia-sia, tak ada satu perusahaanpun yang menghargai ijazahnya. Isi otak Anin mulai memanas, sepertinya ini ada yang salah. Memang persaingan pencari kerja level sekolah menengah menduudki urutan tertinggi di negara ini. Sehingga titik kecil seperti dirinya hampir tak terlihat karena persaingan yang begitu ketat. Akhirnya setelah berfikir berulang-ulang Anin tiba pada satu satu keputusan.

"Ibu, Anin mau kuliah lagi, uang dari pekerjaanku bisa buat modal, Anin mau ambil yang diploma saja dulu, untuk lompatan kerja," tegasnya.

Ibu Wanti hanya mengangguk, dia tak pernah menolak keinginan putrinya, semampu yang dia bisa pasti akan selalu mendukung pilihannya. Seperti dulu, ketika keinginan untuk sekolah SMA tak bisa ditawar lagi, Bu Wanti menyetujuinya meski sempat ribut dengan Murod yang tidak setuju jika adik perempuannya itu sekolah lebih tinggi melebihi dirinya.

Benar-benar terbantu oleh keluarga Bu Windarti, mereka menyambut baik berita ini. Faisal langsung menghubungi Febrian, kakak sepupunya yang merupakan dosen di salah satu universitas ternama. Dia membantu mencarikan fakultas administrasi untuk pendidikan diploma. Anin tak punya banyak waktu untuk mengambil kuliah untuk meraih strata satu. Fokusnya hanyalah mendapat pekerjaan yang lebih baik, mendapat uang yang lebih banyak, dan membiayai kehidupan keluarganya kelak dengan layak.

Dalam perjalanan kuliah diploma ini tiba-tiba Anin mengenal warna lain dari sisi kehidupan. Seseorang asal Purbolinggo mencuri perhatiannya, dia mengenalkan aroma lain tentang kehidupan. Mario namanya, sopan, santun, penuh semangat mencapai tujuan hidup.Memiliki visi dan misi sejalan dengannya. Membuat keterikatan batin mereka kian hari kian lekat. Mario merupakan sosok anak orang kaya yang tidak arogan, usianya terpaut satu tahun lebih tua daripada Anin. Tapi mereka sekelas dan mengambil satu jurusan yang sama.

Anin dan Rio sudah seperti menjadi primadona kampus, pasangan terkompak, dan terpopuler. Keduanya sama-sama aktif dalam kegiatan kemahasiswaaan dan memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Desas-desus kedekatan mereka sempat terdengar beberapa kali oleh Faisal dari guyonan anak-anak kampus yang melewati mobilnya. Dan beberapa kali Faisal menjemput ke kampus tetapi Anin sudah pulang bersama Mario. Seperti halnya hari itu, setelah kelas berakhir, Anin melihat mobil mewah Faisal terparkir di gerbang kampus, tetapi dia sama sekali tidak tahu kalau Faisal hendak menjemputnya. Dengan rasa tidak bersalah, dia membonceng sepeda motor Mario dan melaju meninggalkan area kampus. Kebetulan malam itu malam minggu, Rio mengajaknya untuk hunting kuliner ibukota, sambil menikmati hiruk pikuk keramaian malam minggu.

Tak disadari Anindita ada sepasang mata yang memandang nanar dari balik kaca mobil, yang tidak lain dia adalah Faisal. Pengusaha muda tersebut akhirnya memutar balik kendaraannya untuk kembali ke kediamannya. Ini bukan pertama kalinya dia menjemput Anin tetapi yang dijemput selalu pulang bersama Rio. Bukan salah Anin sebetulnya, karena selama ini Faisal pun tidak pernah mengabari gadis itu kalau dia akan menjemputnya. Selama bekerja di restoran pun semua kejadian jemput dan antar disettingnya senatural mungkin sehingga terlihat menjadi sebuah kebetulan. Kebetulan yang terjadwal.

Sebelum Faisal berhasil meninggalkan area kampus, dari spion terlihat sosok yang dikenalnya. Febrian memanggilnya.

“Sedang ngapain disini loe?” Febrian mengetuk kaca mobil Faisal.

“Ah sialan, loe ngeliat aja gue disini,” Faisal terpaksa membuka kaca mobilnya.

“Gue sering liat loe Sal, akhir-akhir ini sering nongkrong depan kampus.” Febrian menyeringai melihat perubahan muka adik sepupunya yang memerah.

“Ah loe salah lihat,” Faisal mencoba mengelak. Akan tetapi dia termenung sejenak, mungkin ini kesempatannya untuk menelisik Anindita.

“Hmmm, sebenernya ada yang mau gue tanyain, tapi loe janji jangan bilang ke nyokap,” Faisal ragu untuk memulai.

“Apaan,masalah cewe ya?” tatapan Febrian menajam.

“Anindita,” ucap Faisal ragu.

“Loe suka gadis itu? kenapa ga loe tembak langsung? kan dia tinggal di rumah loe,” Febrian terkesiap.

“Dia sering pulang dibonceng cowok, loe kan dosen tau siapa cowok itu?” Faisal mengabaikan pertanyaan Febrian dan meneruskan pertanyaannya.

“Haish, mereka sudah menjadi pasangan terpopuler di kelasnya, Mario, anak ketua yayasan, gue lihat sih mereka berdua cocok, ups,” Febrian menutup mulutnya tetapi menyeringai senang melihat perubahan wajah Faisal yang mendadak berubah.

“Loe kan CEO muda, calon pewaris utama seluruh kekayaan keluarga loe, masa cemen cuma buat dapetin seorang gadis,” nyinyir Febrian.

"Sebetulnya, gue pun masih bingung Bang, loe ingatkan perempuan anak temannya nyokap yang waktu kecil dulu suka ikut ke rumah bersama tante Indi, gue takut nyokap kecewa kalau tahu, gue tidak menyukai pilihannya," ujar Faisal sambil menghela nafas.

“Tante orang baik Sal, gue rasa dia akan mengutamakan kebahagiaan loe daripada keinginannya, tapi loe yakin ga, Anin juga suka sama loe?” tegas Febrian.

“Gue juga ga tau Bang, Anin begitu sulit gue tebak, dan lagi sekarang dia terlihat begitu dekat sama cowok itu, udahlah Bang, gue balik dulu.” Faisal mengakhiri percakapannya dengan Febrian sambil melajukan kemudi meninggalkan kakak sepupunya itu.

Semenjak kejadian itu, Faisal lebih terlihat murung. Ketidakjelasan perasaannya dan tindakannya membuat Anin malah terlihat semakin menjaga jarak dengannya. Anin merasa kecanggungan setiap kali berpapasan dengan Faisal. Setiap hari kondisi itu semakin membuatnya merasa tidak nyaman. Ketidak tegasan Faisal terhadap pilihan dan perasaannya membuat jarak semakin merenggang antara mereka.

LIKE, KOMEN DAN VOTE YA....

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Wah... bagaimana kalau faisal itu murad abang angkatnya

2021-12-12

0

triana 13

triana 13

nyicil dulu ya kak 😉

2020-11-12

1

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

seru thor... 🌮🌮🌮

ijin promo donk,

jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"

kisah cinta beda agama 🌮🌮🌮

ditunggu like and comment nya ya 🙏😊

2020-10-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Selamat Jalan Ayah
2 Bab 2 - Menghilang
3 Bab 3 - Menyambung Hidup
4 Bab 4 - Mencari Pekerjaan
5 Bab 5 - Pekerjaan Baru
6 Bab 6 - Menjaga jarak
7 Bab 7 - Gundah
8 Bab 8 - Makan Malam
9 Bab 9 - Dokter Cantik
10 Bab 10 - Manager Baru
11 Bab 11 - Apakah Layak Untuk Ditunggu?
12 Bab 12 - Selesai
13 Bab 13 - Kampung Halaman
14 Bab 14 - Dilamar
15 Bab 15 - Menginap
16 Bab 16 - Permintaan Maaf
17 Bab 17 - Diterima
18 Bab 18 - Kembali Ke Kantor
19 Bab 19 - Meeting Dengan Klien
20 Bab 20 - Cokelat
21 Bab 21 - Nonton
22 Bab 22 - Customer Complain
23 Bab 23 - Teh Lemon Hangat
24 Bab 24 - Makan Malam
25 Bab 25 - Pindah Rumah
26 Bab 26 - Cemburu
27 Bab 27 - Video Call
28 Bab 28 - Kunjungan Tak Terduga
29 Bab 29 - Sierra
30 Bab 30 - Meluruskan Kesalah Fahaman
31 Bab 31 - Sosok Misterius
32 Bab 32 - Niat Jahat
33 Bab 33 - Salah Sasaran
34 Bab 34 - Pesta Pernikahan
35 Bab 35 - Kembalinya Murod
36 Bab 36 - Fardan Andra Dinata
37 Bab 37 - Memastikan
38 Bab 38 - Pencarian
39 Bab 39 - Bertemu Saingan
40 Bab 40 - Menentukan Tanggal Pernikahan
41 Bab 41 - Kebaya Pengantin
42 Bab 42 - Mengetahui Kebenaran
43 Bab 43 - Mengetahui Kebenaran 2
44 Bab 44 - Menuju Hari Pernikahan
45 Bab 45 - Hari Pernikahan (Session 1 Selesai)
46 Visual Versi Author
47 PTDC2 - Mandi
48 PTDC2 - Tidur
49 PTDC2 - Shubuh pertama
50 PTDC2 - Masa Lalu
51 PTDC2 - Dua Wanita
52 PTDC2 - Memberi Jalan
53 PTDC2 - Resepsi
54 PTDC 2 - Hamil
55 PTDC2 - Resign
56 PTDC2 - Takdir dan Cinta (End)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 - Selamat Jalan Ayah
2
Bab 2 - Menghilang
3
Bab 3 - Menyambung Hidup
4
Bab 4 - Mencari Pekerjaan
5
Bab 5 - Pekerjaan Baru
6
Bab 6 - Menjaga jarak
7
Bab 7 - Gundah
8
Bab 8 - Makan Malam
9
Bab 9 - Dokter Cantik
10
Bab 10 - Manager Baru
11
Bab 11 - Apakah Layak Untuk Ditunggu?
12
Bab 12 - Selesai
13
Bab 13 - Kampung Halaman
14
Bab 14 - Dilamar
15
Bab 15 - Menginap
16
Bab 16 - Permintaan Maaf
17
Bab 17 - Diterima
18
Bab 18 - Kembali Ke Kantor
19
Bab 19 - Meeting Dengan Klien
20
Bab 20 - Cokelat
21
Bab 21 - Nonton
22
Bab 22 - Customer Complain
23
Bab 23 - Teh Lemon Hangat
24
Bab 24 - Makan Malam
25
Bab 25 - Pindah Rumah
26
Bab 26 - Cemburu
27
Bab 27 - Video Call
28
Bab 28 - Kunjungan Tak Terduga
29
Bab 29 - Sierra
30
Bab 30 - Meluruskan Kesalah Fahaman
31
Bab 31 - Sosok Misterius
32
Bab 32 - Niat Jahat
33
Bab 33 - Salah Sasaran
34
Bab 34 - Pesta Pernikahan
35
Bab 35 - Kembalinya Murod
36
Bab 36 - Fardan Andra Dinata
37
Bab 37 - Memastikan
38
Bab 38 - Pencarian
39
Bab 39 - Bertemu Saingan
40
Bab 40 - Menentukan Tanggal Pernikahan
41
Bab 41 - Kebaya Pengantin
42
Bab 42 - Mengetahui Kebenaran
43
Bab 43 - Mengetahui Kebenaran 2
44
Bab 44 - Menuju Hari Pernikahan
45
Bab 45 - Hari Pernikahan (Session 1 Selesai)
46
Visual Versi Author
47
PTDC2 - Mandi
48
PTDC2 - Tidur
49
PTDC2 - Shubuh pertama
50
PTDC2 - Masa Lalu
51
PTDC2 - Dua Wanita
52
PTDC2 - Memberi Jalan
53
PTDC2 - Resepsi
54
PTDC 2 - Hamil
55
PTDC2 - Resign
56
PTDC2 - Takdir dan Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!