Ch. 15 >> Gigitan

Tresi tak bisa memejamkan mata. Pikirannya melayang pada sosok yang memperhatikan dirinya dan Bima tadi. Ingin rasanya ia bertanya pada pria itu. Namun, ia ragu pada penglihatannya sendiri.

Tadi itu apa, ya? Hewan buas atau bukan? Apa gue salah lihat? tanya Tresi pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, Tresi menangkap bayangan seseorang di jendela kamarnya yang tertutup. Gadis itu turun dari ranjang. Berjalan mendekat ke arah jendela. Tangannya terulur, menarik gorden yang menutupi.

Kok, gak ada? Bukannya, tadi ada seseorang yang berdiri di sini, ya? Tresi kembali menutup gorden.

Gadis itu memutuskan untuk tidur. Melupakan mata yang tadi menatapnya dengan tajam.

***

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bima lirih.

"Pangeran Bima, Raja Alonso memintamu untuk segera kembali." 

Bima menutup matanya sejenak. Pria ini, adalah pelayan setia sang ayah. Jika sampai Patrick turun tangan mencari Bima, itu artinya tengah ada masalah genting di kerajaan.

"Apa yang terjadi?" tanya Bima.

"Rogue mulai menyerang," jawab Patrick.

Patrick adalah keturunan omega. Mereka ditakdirkan sebagai pelayan keluarga Alpha. Sementara Rouge adalah kumpulan serigala liar, yang harus dikendalikan. Mereka, tidak tinggal di lingkungan kerajaan. Beberapa, ada yang sudah Bima taklukkan. Mereka lah yang ia perkenalkan pada Tresi.

"Apa dia matemu?" tanya Patrick.

"Dia manusia, bukan bangsa kita!" seru Bima. Raut wajah pria itu berubah kesal.

Keduanya terdiam sesaat. Mencoba mencari jalan lain, tanpa Bima turun tangan.

"Bagaimana dengan Beta, Gamma, Delta dan Ceta? Bukankah mereka memiliki kuasa mengendalikan para Rogue?"

"Kebetulan, Raja sedang menugaskan mereka, untuk membantu Raja Darwin di hutan selatan."

Bima mendengus kesal. Masalah ini, mengharuskan Bima meninggalkan Tresi. Sementara itu, ia tidak yakin, jika kekuatannya bisa maksimal tanpa mutiara itu.

"Sepertinya, gadis itu memang matemu, Pangeran. Dia mampu mengendalikanmu."

Mereka menatap jendela kamar Tresi. Bima meragukan ucapan Patrick. Pelayan, sekaligus sahabatnya.

"Apa kau sudah menandainya?"

Kerutan di dahi Bima terlihat jelas. "Dengan menggigit lehernya seperti tradisi kita?"

Patrick menganggukkan kepala. Bima pun menggelengkan kepala setelah melihat jawaban Patrick.

"Sudah kubilang, dia bukan Lunaku. Hanya Moon Goddess yang mengetahuinya."

"Apa ada kemungkinan, ia adalah keturunan yang sudah bercampur dengan manusia?"

"Tidak ada bau serigala di tubuhnya. Aku yakin, itu."

"Sudahlah. Bukan saatnya membahas dia. Beri aku waktu untuk memikirkan cara melawan Rogue tanpa mengeluarkan tenaga.".

"Baiklah. Aku harus kembali ke kerajaan. Ah, hati-hatilah pada. Damian. Sepertinya, dia sudah mengetahui tentang gadis itu." Patrick memberi peringatan.

"Hmm, terima kasih kau memberitahuku."

"Aku pergi," pamit Patrick.

Pria itu segera melesat, meninggalkan Bima. Sepeninggal Patrick, Bima duduk termenung di ruang tamu. Ia mencoba mencari strategi tanpa melukai mereka.

***

"Tresi, Bima," panggil Emi.

Gadis itu baru saja tiba di rumah mereka. Ia mencari sahabat, serta kekasih dari Tresi. Langkah Emi terhenti, kala melihat seekor serigala besar turun dari lantai atas. Di belakangnya, Tresi menyusul.

Emi menghela napas lega, melihat Tresi baik-baik saja. Bima pun kembali pada bentuk manusia. Tresi menggandeng mesra pria itu.

"Wah, kalian pamer kemesraan. Jiwa jombloku meronta-ronta," ucap Emi dengan raut menyedihkan.

"Lebay!" ejek Tresi.

"Udah gak takut lagi, lo sama serigala?"

"Gak. Bima malah ngegemesin kalau jadi serigala," ujar Tresi.

Bima tersenyum mendengar ucapan Tresi. Gadis itu bicara manis sekali. Mungkin, karena dirinya telah terbiasa melihat wujud serigala Bima. Bagaimana tidak, jika Bima selalu berubah hampir setiap malam. Tidak hanya itu, mereka pun bermain dengan para serigala lainnya.

"Halah. Sekarang aja, lo ngomong begitu. Dulu-dulu kemana?"

Tresi tak peduli dengan ejekan Emi. Mereka pun duduk di ruang tamu. Selagi Bima berada di dekat Tresi, ia kembali mengendus dan merasakan aura bangsa Werewolf, yang mungkin tersamarkan di tubuh kekasihnya itu.

Apa mungkin penciumanku berkurang, akibat mutiara yang tidak ada dalam diriku? Atau, dia memang hanya manusia biasa? Sepertinya aku harus menanyakan hal ini pada tetua. Mencari jalan yang tepat bagi kami.

"Jadi, apa alasanmu menjadikan Tresi pacar?" tanya Emi pada Bima.

"Awalnya, tidak ada alasan apa pun. Tapi sekarang, karena dialah aku bisa mengenal dunia luar. Dia, juga mampu mengendalikan diriku," jawab Bima.

Kedua gadis itu mengerutkan dahi dalam mendengar jawaban Bima. "Mengendalikan apa?" tanya Tresi.

"Kau, bisa membantuku meredam emosi." Bima menatap Tresi lembut.

Semburat merah terlihat di pipi Tresi. Sementara Emi yang melihat adegan itu, memutar matanya jengah.

"Gimana? Udah nemu caranya?" tanya Emi.

Tresi dan Bima menggeleng bersamaan. Kemarin, ia sudah membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Tidak ada satu pun yang mampu memberi petunjuk, bagaimana cara mengembalikan mutiara itu pada Bima. Frustasi, itulah yang kini mereka rasakan.

"Sudah, kita cari pelan-pelan saja," usul Bima.

Ia tidak tega, jika harus menyusahkan Tresi dan Emi. Ia sadar, mungkin hanya para tetua serigala yang mengetahui jalan keluarnya. Aku harus cari waktu yang tepat untuk bertemu mereka.

***

Setelah Emi pulang, Bima mengajak Tresi ke suatu tempat. Gadis itu tak lagi asing, bila Bima membawanya ke hutan. Terutama, dengan kekuatan lari Bima yang melebihi manusia. Tiba di sana, Tresi dibuat takjub.

"Aku baru tahu, ada tempat seperti ini di hutan," ucap Tresi dengan tatapan kagum ke sekelilingnya.

"Ya, karena tempat ini tidak pernah terjamah oleh manusia. Lihat saja, betapa bersihnya air terjun itu. Ada banyak ikan yang berenang-renang di dalam sana." Bima menunjukkan semua yang ada di sana.

Tresi semakin takjub, melihat taman yang tak jauh dari sana. Meski terlihat seperti padang belantara, tetapi sangat indah. Tresi terdiam sesaat. Ia berbalik dan menatap Bima dalam.

"Ada apa?" tanya Bima.

"Kau … ingat bagaimana mutiara ini pindah ke tubuhku?"

Bima mengangguk sebagai jawaban. Ia tidak mengerti, mengapa Tresi menanyakan itu tiba-tiba. Kenapa tiba-tiba dia ingat tentang hal itu, sih?

"Bagaimana, jika kita mencobanya lagi?"

Bima tak bereaksi. Ia mengedipkan mata cepat. Haruskah aku melakukannya?

"Kenapa tiba-tiba kau terpikirkan cara itu?" tanya Bima.

"Logika aja sih. Gimana?"

Pada akhirnya, Bima menganggukkan kepala perlahan. Tresi pun mendekati Bima. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Perlahan, Tresi mendekat dan semakin dekat. Bima yang memang belum mengerti akan hal itu, hanya mengikuti alur yang terjadi.

Pertemuan itu pun terjadi. Tresi mulai menempelkan bibirnya pada bibir Bima. Perlahan, mereka menikmati aktifitas itu. Bima memegang pinggang Tresi erat. Begitu pun dengan Tresi, yang memeluk leher Bima erat. Ciuman itu berubah agresif. Kali ini, Bima yang menuntut. Entah bagaimana cerita, Bima mengalihkan bibirnya pada leher jenjang Tresi.

Ia menggigit kecil leher mulus itu. Saat melakukan itu, ia terprovokasi oleh ucapan Patrick, kemarin. Seakan meyakini diri, bila Tresi adalah mate yang diberikan dewa Moon Goddes padanya.

Lagi, dari balik pohon seseorang melihat kebersamaan mereka.

***

hai,hai,hai... mampir juga yuk, ke karya teman literasiku. siapa tahu kalian suka

Tentang suara samar di gedung sekolah saat jam pelajaran berlangsung, membuat keempat sahabat penasaran dengan siapa sosok yang sebenarnya.

Apa mereka bisa menemukan jawabannya?

Baca kalau berani.

jangan lupa mampir ya

Terpopuler

Comments

Mom Dee🥰🥰

Mom Dee🥰🥰

vote utkmu thor 😊

2022-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!