Ch. 6 >> Gosip

Malam semakin larut, saat Tresi dan Bima selesai bicara. Bima, sudah menceritakan segalanya. Tentang wanita yang beberapa kali ingin mencelakai Tresi. Tidak hanya itu, Bima juga menyertakan alasannya. Meski alasan sebenarnya, masih Bima rahasiakan.

"Lo, beneran suka sama gue?"

Tresi merasa Bima tidak sungguh-sungguh mengatakan hal itu. Apa ini hanya sekedar perasaan gue, ya? tanyanya dalam hati.

Bima menatap dalam pada Tresi. Mencoba meyakinkan gadis itu, melalui binar matanya. Tresi yang tak melihat kebohongan di sana, akhirnya mempercayai ucapan Bima.

"Ok. Gue percaya sama lo."

"Sekarang, istirahatlah. Besok, aku akan mengantarmu ke kampus," ucap Bima seraya mengusap lembut rambut pendek Tresi.

"Hmm," gumam Tresi.

Bima pun mematikan lampu kamar Tresi dan keluar. Tresi menarik napas dalam dan menghelanya perlahan. Jadi, dia benar-benar tunangan tunangan Bima? Tapi, dia seperti monster. Kekuatannya, jauh lebih besar dari laki-laki, gumam Tresi dalam hati.

"Tapi, semua itu mungkin kalau dibalut dengan rasa cemburu."

Tresi pun mencoba memejamkan mata. Melupakan sejenak permasalahan wanita itu. Sementara Bima, setelah memastikan Tresi tertidur, pergi mencari keberadaan Ursula.

Namun, seberapa jauh pun Bima mencari, keberadaan Ursula seakan menghilang begitu saja. Sial, kemana dia pergi? gumam Bima.

Lelah mencari, Bima memilih kembali pulang. Sebelum pulang, ia mengamati perilaku manusia di sekitarnya. Cara mereka makan, bekerja, dan kegiatan lainnya. Setelah merekamnya dalam ingatan, Bima melanjutkan langkahnya.

***

Satu minggu berlalu. Kehidupan Tresi kembali tenang. Ursula, seakan menghilang ditelan bumi. Tresi dan Emi pun sudah melupakan kejadian itu. Keduanya sedang makan bersama di kantin, saat seseorang menghampiri mereka.

"Lo, Tresi, 'kan?" tanyanya dengan nada sarkas.

"Iya. Kenapa?"

Tatapan gadis itu semakin sinis padanya. Namun, Tresi hanya terlihat biasa saja.

"Gue tunggu lo di cafe xx setelah selesai kuliah," ujarnya. Kemudian, berlalu dari hadapan Tresi dan Emi.

Tresi dan Emi menatap gadis itu sampai menghilang.

"Emang, lo punya masalah sama dia?" tanya Emi.

Hanya gelengan kepala yang Tresi berikan sebagai jawaban. Emi menghela napas kasar melihat jawaban sahabatnya itu.

"Terus, kenapa dia kaya yang benci banget sama lo?" Kembali Emi bertanya.

"Gue juga gak ngerti." Tresi mengendikkan bahunya acuh.

Ia pun membereskan barang-barangnya. Menyimpannya kembali ke dalam tas.

"Gue, ke kelas duluan, ya," pamit Tresi. Ia segera berdiri dan meninggalkan kantin.

"Eh, bareng dong," teriak Emi.

Sepanjang pelajaran, Tresi tak bisa berkonsentrasi. Ia kembali menggali ingatannya. Mungkin saja, ada kejadian yang membuatnya bersinggungan dengan gadis tadi, secara sadar atau tidak.

Rasanya, gue gak pernah punya masalah sama dia. Tapi, kenapa dia kaya yang marah banget sama gue, ya? Pertanyaan semacam itu, terus memenuhi rongga kepalanya. Sampai sebuah pulpen melayang ke arah Tresi.

"Aduh," pekiknya.

"Siapa, sih, yang iseng numpuk gue?" tanyanya dengan mata melotot dan menatap sekitar.

Emi yang duduk di sampingnya tersenyum canggung. Lalu, menunjuk ke depan kelas. Tresi mengikuti arah telunjuk Emi. Seketika, tubuhnya terasa kaku.

"Pak," sapanya dengan senyum kikuk.

"Ikut saya ke ruang dosen!" titah dosen muda itu, seraya meninggalkan kelas.

Tresi menyenggol lengan Emi. "Lo kenapa gak ngasih tahu gue, sih," protes Tresi.

"Bukan cuma sekali gue ngasih tahu lo, ya!" jawab Emi kesal.

Tresi mengejar langkah Emi yang berjalan cepat meninggalkannya. Merangkul leher sahabatnya itu erat.

"Sorry, Em. Gue kira, lo sengaja biarin gue ketemu dosen ganteng itu," candanya.

"Eh, inget tuh, yang di rumah. Masih kurang apa, ya?" Emi dibuat jengkel oleh Tresi.

Melihat wajah sahabatnya yang merengut masam, membuat Tresi tertawa bahagia. Membuat Emi merajuk seperti saat ini, merupakan kesenangan tersendiri bagi Tresi. Apa lagi, sejak mereka tinggal terpisah. Tresi dan Emi, hanya akan bertemu saat di kampus, atau kerja kelompok.

***

Tresi menatap pintu ruang dosen yang tertutup. Mengetuknya perlahan, hingga terdengar perintah yang meminta dirinya masuk. Ia pun membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalam.

"Siang, Pak," sapa Tresi.

"Duduk!" titahnya.

Nih, dosen kenapa kelihatan judes, ya? Beda banget sama waktu di kelas, gumam Tresi. Entah itu hanya perasaannya, atau memang sang dosen yang menunjukkan perbedaan sikap.

"Kamu tahu kesalahanmu, sampai saya harus panggil ke ruangan ini?" tanya dosen itu.

Tresi menggelengkan kepala sebagai jawaban. Dosen itu semakin menatap Tresi dengan tajam, hingga membuat gadis itu tersenyum kikuk.

"Saya, 'kan selalu mengerjakan tugas, Pak. Catatan saya juga lengkap. Jadi, saya tidak melakukan kesalahan, 'kan?"

"Baik. Sekarang, jawab pertanyaan saya!"

Tresi mulai berkonsentrasi untuk menjawab pertanyaan dari sang dosen. Namun, pertanyaan yang dosen itu ajukan, diluar dari pelajaran yang ia sampaikan.

"Kenapa mata saya hanya tertuju padamu?" tanya sang dosen.

Mendengar pertanyaan itu, Tresi terdiam sesaat. Seakan sedang mencoba mencerna kata demi kata yang dosen itu ucapkan. Ini, kenapa pertanyaannya melenceng dari pelajaran, ya? tanya Tresi dalam hati.

Melihat Tresi yang masih terdiam dan mencoba memikirkan jawabannya, dosen itu berdiri dan mendekati Tresi. Sedetik kemudian, Tresi menyadari ada yang tidak beres.

"Sepertinya pertanyaan, Bapak, sudah diluar dari pembahasan kuliah. Jadi, saya mohon maaf. Saya tidak bisa menjawabnya. Sekarang, saya harus pulang. Pacar saya sedang menunggu!" ucap Tresi tegas.

Tanpa menunda lagi, Tresi segera berlalu dari hadapan sang dosen. Sialnya, gadis yang pagi tadi mengajaknya bertemu, berdiri tak jauh dari ruang dosen. Bahkan, semakin menimbulkan salah paham, karena sang dosen menahan langkah Tresi. Senyum jahat terlihat di wajah gadis itu.

Setelah menunjukkan senyuman jahatnya, sang gadis menjauh dari sana.

"Sepertinya, akan segera ada gosip yang beredar," gumam Tresi.

"Apa maksudmu?" tanya dosen itu tak mengerti.

"Saya permisi, Bapak Gilang yang terhormat," pamit Tresi tanpa menjawab pertanyaan dari sang dosen.

***

Seperti dugaan Tresi, gosip beredar begitu cepat. Bahkan, ada yang mengatakan, jika Tresi adalah wanita panggilan para pria, untuk memenuhi kehidupannya. Selama beberapa hari, Tresi harus rela menebalkan telinga dan tidak peduli dengan ucapan miring yang digaungkan mereka.

Hanya Emi yang membela dirinya. Namun, justru Emi mendapat tuduhan yang tidak menyenangkan. Gadis itu, dituduh sebagai orang yang menjajakan Tresi pada pria hidung belang dan kurang belaian. Akibatnya, Emi mendapat peringatan keras dari pihak kampus.

Mereka semakin yakin, saat melihat Tresi berdampingan dengan dosen tertampan di sana, Gilang. Beberapa mahasiswa menghadang jalannya, setelah Tresi dan Emi tak lagi bersama sang dosen. Menggoda, bahkan mengajaknya bersenang-senang—menurut pria itu.

"Ternyata gosip itu benar. Dia ini, cewek panggilan. Bagaimana, kalau sekarang, kau melayani aku," ujar seorang pria.

Tresi menatap pria yang menyinggungnya. Kayanya, pernah lihat. Di mana, ya?

"Maaf, kayanya, Lo salah orang deh," tolak Tresi.

"Gue gak salah orang, kok. Gue tahu, lo sering melayani para pria. Bukan cuma di kampus, diluar sana juga, 'kan?"

Tanpa Tresi sadari, seseorang tersenyum bahagia melihat hal itu. Rencanaku berhasil. Setelah ini, kau akan hancur dan menjauh dari milikku!

Tak menggubris ucapan itu, Emi dan Tresi menyingkir dari sana. Namun, salah satu dari mereka mencekal lengannya. Emi yang ingin menolong, justru ditahan oleh mahasiswa lainnya. Saat akan mengambil ponsel untuk menghubungi Bima, ia melihat bayangan pria itu dari jauh.

"Lo, tenang aja. Pasti bakal gue bayar, asal lo bisa puasin gue!" Pria itu mulai menarik Tresi. Belum sempat Tresi berteriak, pria itu membungkam mulut Tresi dengan tangannya.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi di parkiran. Ternyata, ada pria yang sengaja mencari gara-gara denganmu di sini. Pantas saja kau lama," ucap Bima panjang lebar.

Tresi berkedip cepat mendengar ucapan Bima. Kau penyelamatku! seru Tresi dalam hati.

"Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan pada pacarku?" tanya Bima.

Pria itu segera melepas tangannya dari tubuh Tresi. Ada rasa takut yang tak terkatakan melihat tatapan Bima. Tidak hanya Tresi, Emi pun segera menarik dirinya. Mereka berdiri di samping Bima.

Baru saja mereka melangkah, Bima kembali berbalik menatap lelaki itu. "Kau, dengarkan baik-baik. Tresi adalah pacarku. Jadi, jaga mulut hinamu itu, jika tidak ingin kurobek, lalu kulemparkan ke hutan sana sebagai makanan hewan liar!" ancam Bima.

Pria itu menenggak salivanya dengan sulit. Mungkin, ia tak menyangka Tresi memiliki kekasih yang mampu mengintimidasi orang lain dengan tatapan. Tidak hanya itu, cara bicara kekasih Tresi itu, juga terdengar menyeramkan di telinganya.

***

"Lo, tahu dari mana gue punya masalah?" tanya Tresi.

"Lain kali, kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan bicara padaku. Selama ini, kau juga sudah banyak membantuku beradaptasi dengan manusia lain." Bima justru menasihati Tresi, tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

Tresi mengerutkan dahinya mendengar pernyataan terakhir Bima. "Manusia lain?"

"Ah, maksudku orang lain," rapatnya gelagapan.

"Makasih, ya," ucap Tresi tulus.

Tanpa sadar, Tresi memeluk Bima. Menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Ia bisa mendengar detak jantung Bima yang menggila. Sama seperti dirinya.

"Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi, jika kau tidak datang tepat waktu." Tresi meneteskan air mata. Tanpa sadar, ia mengubah cara bicaranya pada Bima.

"Sudahlah. Mulai sekarang, aku akan selalu menjagamu. Lagi pula, aku sudah bisa menggunakan benda ini." Bima mengangkat benda pipih yang beberapa waktu lalu ia pelajari dari Tresi.

"Sungguh?" Tresi menatap mata Bima.

Pria itu menganggukkan kepala. Mereka baru saja tiba di rumah. Masih berada di halaman rumah. Beruntung, rumah yang mereka tempati jauh dari pemukiman warga. Jadi, tidak akan ada yang memergoki mereka.

Sial! Lagi-lagi Bima menyelamatkannya!

Terpopuler

Comments

Mom Dee🥰🥰

Mom Dee🥰🥰

bagus ceritanya..

2022-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!