Ch. 11 >> Tresi pergi

"Dia … manusia srigala?" gumam Tresi. 

Jantungnya berdegup cepat, melihat perubahan Bima. Deru napasnya memburu hebat. Tresi pun berlari meninggalkan hutan. Ia tak menyangka, bila selama ini tinggal bersama seorang manusia srigala.

Gila! Gue gak nyangka bakal ketipu sama dia. Gak nyangka, ganteng-ganteng jelmaan srigala. Untung dia gak makan gue, gerutu Tresi dalam hati.

Gadis itu segera masuk ke kamarnya. Mengambil barang-barang yang ia butuhkan dan meninggalkan rumah itu secepat mungkin. Sesekali, Tresi menoleh ke belakang. Berharap Bima tidak mengetahui kepergiannya saat ini.

Gue gak siap ketemu dia. Gue … terlalu takut! Tresi terus melangkah meninggalkan rumah, yang selama tiga bulan ini ia tempati bersama Bima.

Langkahnya terhenti tepat di depan rumah bersama sahabatnya Emi dulu. Tresi mengeluarkan kunci yang ia miliki. Membuka pintu secepat yang ia bisa. Kemudian, ia masuk ke kamar dan menutupi dirinya dengan selimut.

Emi yang sudah terlelap kembali terbangun, akibat guncangan yang ia rasakan di ranjangnya. Belum lagi, getaran yang terasa dari dalam selimut. Emi menarik selimut itu paksa. Terkejut melihat keberadaan Tresi di sana.

"Lo, kenapa? Muka lo pucet banget? Sakit?" cecarnya. Emi meletakkan punggung tangannya di dahi Tresi.

"Gue gak sakit," jawab Tresi. Ia menyingkirkan tangan Emi yang tengah memeriksa suhu tubuhnya.

"Terus kenapa?"

"Gue … ketemu srigala." Tresi berucap lirih.

Emi ternganga mendengar cerita Tresi. "Lo, ke hutan lagi?" pekik Emi kesal.

Tresi terdiam. Ingin menjawab tidak, nyatanya dia memang pergi ke hutan. Ingin berkata jujur, Tresi tidak yakin, jika Emi akan mempercayai ucapannya. Dilema, itulah yang Tresi alami.

"Hei! Kok malah bengong," tegur Emi seraya menepuk pundak Tresi.

"Nanti gue bakal cerita," janji Tresi.

"Em! Apa kita bisa pindah secepatnya dari sini? Kalau bisa, malam ini juga!"

Emi semakin terkejut mendengar permintaan Tresi.

"Lo, gila, ya! Mana bisa kita pindah seenaknya begitu? Lagian, nyari tempat tinggal itu gak gampang, Tres! Lo, ada masalah sama Bima?"

Tresi menggelengkan kepala cepat. Tatapan Emi semakin terasa menghujam jantungnya. Ia menelan salivanya susah.

"Gak mungkin! Lo, pasti punya masalah besar. Kalau gak, mana mungkin lo ngajak pindah tiba-tiba," todong Emi.

"Em, please! Kali ini, gue belum siap cerita sama lo. Yang terpenting sekarang, kita harus pindah malam ini juga. Oke!" bujuk Tresi.

Emi menarik napas dalam. "Oke!" jawabnya.

Tresi dan Emi, mencoba memikirkan tempat mana, yang bisa mereka datangi saat darurat seperti ini.

"Asrama kampus!" seru mereka bersamaan.

Keduanya mulai bersiap meninggalkan rumah itu.

***

Tiga hari sudah Tresi dan Emi tinggal di asrama. Selama itu,Bima belum menampakkan batang hidungnya. Entah jika pria itu tak lagi mencarinya. Malam itu, Tresi berusaha memfokuskan diri pada tugas kuliah. Namun, Emi seakan tak membiarkannya tenang, meski hanya satu hari.

"Lo, masih hutang janji, ya, sama gue." Kata-kata itulah yang selalu Tresi dengar. Bahkan hari ini, Emi semakin meneror dirinya. Baik melalui panggil suara, video, bahkan pesan singkat. Tresi pun memutuskan bercerita pada Emi.

"Ikut gue!" Tresi menarik Emi ke tempat lain.

Tanpa protes sedikit pun, Emi mengikuti langkah Tresi. Baginya, informasi yang Tresi berikan, jauh lebih penting. Gak sia-sia, gue neror dia, gumam Emi senang.

Setelah memastikan tidak akan ada orang yang mendengar ceritanya, Tresi mulai menatap Emi. Beberapa kali gadis itu harus berdeham, untuk sekedar melegakan tenggorokannya. Dengan setia, Emi menanti Tresi bercerita.

"Bima itu … Werewolf," ucap Tresi. Pada kata terakhirnya, ia berucap amat lirih.

Kondisi yang sunyi, membuat Emi mampu menangkap kata-kata lirih sekalipun. Gadis itu menatap Tresi tak percaya.

"Lo, serius?" Kedua mata Emi membelalak terkejut.

Tresi tahu, sahabatnya pasti tidak akan mempercayai hal di luar logika ini. Apa lagi, ini bukanlah zaman nenek moyang mereka yang masih mempercayai takhayul. Atau bahkan melakukan pesugihan.

"Ah, ngaco aja lo!"

Seperti dugaan Tresi. Meski raut wajah Emi menunjukkan rasa terkejut, tetapi gadis itu tidak akan percaya begitu saja.

"Gini ceritanya …."

Ia pun mulai menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu. Hari di mana, Tresi mengetahui identitas Bima yang sebenarnya. Tidak ada satu pun yang terlewatkan. Selama Tresi bercerita, Emi hanya bisa diam terperangah. Mungkin, ia tidak menyangka, bila apa yang Tresi lihat adalah kenyataan.

"Sekarang, lo percaya, 'kan?" Tresi menatap Emi dalam.

Emi menggelengkan kepalanya perlahan. "Gue tahu, lo gak akan mungkin bohong. Cuma, gue gak percaya, kalau lo hidup bareng Werewolf, tapi dia gak makan lo."

Tresi terdiam. Hal itu jugalah yang sempat menjadi beban pikiran Tresi. Namun, tak satu pun gelagat Bima yang terlihat aneh. Pria itu, bahkan bersikap baik dan lembut padanya.

"Terus, apa alasan dia mau jadi pacar lo? Yang lebih aneh lagi, dia ngajak tinggal bareng, 'kan? Kalau cuma karena lo cium dia dulu, rasanya gak akan mungkin sampai mengharuskan kalian tinggal bareng. Aneh aja," jelas Emi.

Mendengar penuturan sahabatnya, Tresi pun mulai memikirkan segala yang terjadi. Awal pertemuan mereka, Bima tergolong orang yang diam dan terkesan dingin. Saat pria itu menerimanya sebagai kekasih pun, masih sama. Namun, setelah beberapa kali hampir terbunuh oleh gadis yang mengaku sebagai tunangannya, Bima mulai bersikap seperti seorang kekasih.

"Lo, harus cari tahu alasan dia mau jadi pacar lo. Gimana pun caranya!" seru Emi.

Rasa takut kembali menderanya. Kilas ingatan saat ia hampir mati karena kawanan srigala liar muncul. Di mana ia harus berlari sekuat tenaga, untuk menyelamatkan dirinya.

Napas Tresi berubah tidak beraturan, tubuhnya melemas, dan keringat dingin mengucur deras tanpa sebab. Emi menopang tubuhnya.

"Gue … gak bisa, Em," ucap Tresi lirih.

"Lo, harus bisa, Tres. Bagaimana pun, Bima pasti bakal nyari lo nantinya. Cari tahu juga, maksud ucapan dia, kalau lo udah nyuri sesuatu yang berharga dari dia. Di mulai dari barang-barang yang lo bawa hiking waktu itu."

Tresi menatap manik mata Emi. Gadis itu menganggukkan kepala, berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Kalau dia makan gue, gimana?"

"Kalau dia mau makan lo, harusnya dari awal aja. Kenapa juga sampe ngerawat luka lo! Jangan takut! Gue bakal bantuin lo!" janji Emi.

Anggukkan kepala Tresi berikan sebagai jawaban pada sahabatnya. Mereka pun memutuskan kembali ke asrama kampus. Baru saja mereka tiba, keduanya melihat sosok pria yang tengah mereka bicarakan tadi muncul di sana.

Tanpa sebab, kepala Tresi terasa berputar, tubuhnya ikut melemas, seakan tulang yang membantu menopangnya mencair.

"Lo, pasti bisa. Kita harus tahu alasan dia. Lagian, berapa lama kita bisa sembunyi dari dia? Dia pasti bakal cari lo sampe dapet."

Tresi pun mencoba menyakinkan diri, agar bisa menghadapi Bima. Paling tidak, ia harus mengetahui alasan Bima mau jadi pacar nya. Terlebih, mengajaknya tinggal bersama dalam satu rumah.

Senyum Bima yang tulus, tak lagi bisa membuat Tresi jatuh cinta. Entah mengapa, ia mulai bergidik ngeri melihat pria itu.

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

pacarmu kan GGS wkwkkkk 😂😂😂

2022-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!