Ch. 16 >> Keinginan Bima

"Kenapa kau menggigit leherku?" tanya Tresi heran.

Bima tak mampu menjelaskan alasannya. Pria itu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Wajahnya pun memerah menahan malu. Ia tidak tahu, harus bicara apa.

"Maaf," ucap Bima pada akhirnya.

"Lupakan! Apa mutiara itu sudah kembali padamu?" tanya Tresi.

Bima tersentak. Ia baru mengingat tujuan mereka melakukan ciuman tadi. Ia pun memejamkan kata, mencari keberadaan mutiara itu di dalam dirinya. Namun, ia tidak menemukannya.

"Tidak ada. Apa masih ada padamu?"

Tresi mengendikkan bahunya, tidak tahu. Bima kembali berkonsentrasi. Mencari keberadaan mutiara itu di dalam tubuh Tresi. Beberapa saat kemudian, pria itu mendesah lelah.

"Rencana kita gagal," ucap Bima lirih.

Tresi pun tak mampu berkata apa-apa. Keduanya terdiam sesaat. Mencoba memikirkan apa yang salah. Rasanya, justru kami berciuman lebih mesra dari pada awal dulu, gumam Tresi.

Aku tidak mengerti. Apa yang salah dengan cara kami? Sepertinya, aku memang harus bertemu dengan para tetua. Mereka pasti tahu apa yang harus aku lakukan, putus Bima dalam hati.

Pria itu pun bangkit berdiri. "Sudahlah. Ayo, kita kembali dulu," ajak Bima.

Hanya anggukan yang Tresi berikan sebagai jawaban. Bima memegang erat tangan Tresi. Kemudian, melesat pergi meninggalkan hutan.

"Bima! Apa kau sadar, jika setiap kita di hutan seperti ada yang mengawasi?" tanya Tresi.

Saat ini, mereka baru saja masuk ke dalam rumah. Bima berbalik menatap Tresi. Ia terkejut, saat mendengar penuturan Tresi. Dia, tahu kalau sedang diawasi? Mungkinkah insting manusia setajam itu? tanya Bima dalam hati.

Tak mendapat jawaban dari Bima, membuat Tresi menepuk pundaknya. "Kenapa bengong?"

"Ah, tidak. Aku hanya sedang memikirkan, apa benar yang kau ucapkan. Tapi, seingatku tidak ada hal seperti itu." Bima akhirnya mengelak.

"Tidak, tidak. Itu benar. Kau tahu, beberapa kali aku melihat seseorang berdiri dari kejauhan. Matanya cukup seram. Awalnya, aku pikir dia serigala liar. Tapi, untuk apa dia mengikuti kita, bahkan ikut masuk ke hutan terdalam."

Bima kembali mendongakkan pandangannya. "Beberapa kali?"

Anggukkan kepala Tresi berikan sebagai jawaban. Tresi terlihat yakin dengan apa yang ia ucapkan.

"Akan aku cari tahu. Sekarang, istirahatlah dulu," ucap Bima.

***

Bima tersenyum sendiri di kamarnya. Ciuman yang mereka lakukan di dekat air terjun, membuatnya bahagia. Ia bahkan, memberikan tanda pada Tresi, layaknya gadis itu adalah Luna yang diciptakan sang dewa untuknya.

Dia kah Luna-ku? Tapi, selama aku bersamanya, aku bisa mengendalikan kekuatanku dengan baik. Berbeda saat aku bersama Ursula. Mungkin saja, kami ditakdirkan bersama. Tapi, dia itu manusia. Apa mungkin, dia memiliki darah Werewolf dalam tubuhnya?

Pikiran Bima terasa kalut. Satu sisi, Bima merasa Tresi adalah pilihan yang tepat. Namun, di sisi lain, ada semesta yang akan menentang hubungan mereka.

Haruskah aku menjadi manusia, untuk bisa bersama dengannya?

Tidak ada yang bisa Bima lakukan saat ini. Ia hanya menyerahkan takdir mereka pada Yang Maha Kuasa. Apa pun yang terjadi, Bima tak akan bisa melawan takdir. Ia hanya berharap, semoga semesta mengizinkan mereka tetap bersama.

***

Pagi harinya, Bima merasa lapar. Tresi mengerti, ia pun mengizinkan Bima untuk berburu. Bima segera melesat, meninggalkan Tresi. Gadis itu melambaikan tangan pada kekasihnya.

"Mau kemana Bima?"

Sebuah suara yang sangat Tresi kenali. Siapa lagi, jika bukan Emi, sahabat baiknya.

"Cari makan," jawab Tresi enteng.

Gadis itu segera mengambil barang bawaannya dan menggaet lengan Emi. Kemudian, menyeretnya keluar dari rumah. Mereka pun berjalan bersama menuju kampus.

"Kayaknya, kalian makin lengket aja," ucap Emi.

Sebuah senyuman manis Tresi berikan pada sahabatnya itu. "Iya. Lo, bener."

Emi bisa melihat binar kebahagiaan di wajah sahabat baiknya. Ini, kali pertama Tresi terlihat bahagia.

"Lo … gak lupa, 'kan, tentang perbedaan kalian?"

Serasa tersiram air dingin, senyum Tresi memudar setelah mendengar pertanyaan Emi. Matanya berkedip cepat, saat teringat akan hubungan mereka yang tak mungkin.

"Apa gue harus jadi werewolf, biar kami bisa bersatu?" gumam Tresi.

Namun, ucapannya itu masih bisa terdengar jelas oleh Emi.

"Jangan ngaco, deh!" seru gadis itu.

"Gue, terlanjur cinta sama Bima," ucap Tresi sendu.

Emi menatap tak percaya pada sahabatnya itu. "Astaga! Bisa gila gue," gumam Emi lirih.

***

"Pangeran," sapa seseorang.

"Apa kau yang mengawasi kami?" tanya Bima pada pria yang mendatanginya.

"Ya, Pangeran. Semua itu, atas perintah Raja," jawabnya.

"Di mana Patrick?" Bima berbalik menatap pria dengan tatapan menakutkan itu.

"Patrick ditugaskan yang mulia, untuk menjaga perbatasan."

Bima menganggukkan kepala. "Lalu, kenapa sekarang kau menunjukkan diri?"

"Yang mulia Raja, meminta pangeran untuk segera kembali. Atau keselamatan gadis itu yang akan jadi taruhannya."

Tatapan sengit, Bima tujukan pada pria itu. "Berani kau sentuh dia, akan kuhancurkan kau sampai tak bersisa," desis Bima.

Pria itu menundukkan pandangannya. Dalam mode marah seperti saat ini, tidak ada yang akan berani melawan Bima. Ia lebih dari sekedar mampu untuk membinasakan siapa saja.

"Pergi! Katakan pada ayahku, aku akan segera kembali, saat urusanku selesai!" titah Bima.

Dengan kecepatan penuh, pria itu melesat meninggalkan Bima di sana.

Sial! Aku tidak bisa diam saja. Bima segera kembali.

Tiba di rumah, Tresi sudah tak ada di sana. Apa dia sudah berangkat kuliah? batin Bima.

Tak lama, pandangannya menangkap bayangan seseorang. Bima melesat mengejar bayangan itu. Ia berhasil menangkap dan menjegalnya.

"Kau mengawasi kami?" desis Bima. Wajah Bima semakin terlihat kesal 

"Maaf, Pangeran. Aku hanya melakukan tugas," jawab pria itu.

"Pergi dari sini, sekarang!" tekan Bima.

Aura intimidasi yang Bima keluarkan, cukup untuk membuat orang lain gentar menghadapinya. Bima menarik napas dalam dan menghelanya perlahan. Berharap mampu mengendalikan emosi, yang secara tiba-tiba melonjak.

"Bima," panggil seseorang.

Bima menoleh. Senyumnya mengembang, kala mendapati Tresi baik-baik saja. Gadis itu berdiri di sana.

"Sudah pulang? Biasanya, saat berburu, kau bisa satu harian penuh."

Tresi terkejut saat Bima memeluknya erat. Tubuh pria itu bahkan bergetar hebat, seakan tengah menahan tangisnya. Tangan Tresi terulur, untuk menepuk punggung pria itu lembut. Berharap hal itu mampu menenangkannya.

"Aku takut," ucap Bima lirih.

Kekehan terdengar dari bibir Tresi. "Apa yang kau takutkan?" tanya Tresi.

"Kehilanganmu."

Tresi terdiam mendengar ucapan Bima. Tidak tahu, apa yang saat ini tengah Bima rasakan. Namun, perasaan itu pula yang sebenarnya Tresi rasakan beberapa hari ini.

Asal kau tahu, aku pun merasakan hal yang sama. Entahlah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, ucap Tresi dalam hati.

"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." Tresi mencoba untuk tetap tenang.

"Dengar! Beberapa hari lagi, mungkin aku harus kembali ke hutan. Aku akan menemui tetua Werewolf dan mencari tahu cara mengambil mutiara itu lagi. Aku pun, akan mencari tahu, cara menjadi … manusia."

***

bisa gak ya, keinginan Bima terwujud?

sambil nunggu aku up lagi, yuk, baca karya sahabat literasiku

Blurb

Musim paceklik sedang melanda negeri, rakyat sedang menderita akibat dari kekeringan sumber mata air mulai mengering, sedangkan hujan tak turun-turun, tiap malam Kaisar Chimera memandang langit berharap hujan deras mengguyur negerinya. Kesekian kali purnama ia juga memandang langit malam nampak rembulan bersinar terang,

“Huh,... Kau malah selalu tersenyum rembulan, kenapa kau tidak berubah menjadi awan hitam saja?” Gerutu Kaisar Chimera geram.

Tanpa Kaisar Chimera ketahui, rembulan yang ia pandangi setiap malam itu, juga sebenarnya seseorang wanita yang suka menatapnya dari kejauhan langit. Wanita itu adalah Dewi Rembulan, ia terpesona pada sosok seorang pemuda yang selalu memandang kearahnya.

“Siapakah pemuda itu? Dia sangat tampan dan berwibawa,” gumam Dewi Rembulan tersenyum.

Namun syarat Dewi jika ingin berubah jadi manusia agar bisa berjumpa dengan pemuda idamannya, haruslah menunggu selama 5000 tahun agar kesempurnaannya menjadi seorang manusia perempuan dapat terlaksana, sedangkan itu sosok Kaisar Chimera berenkarnasi dari generasi ke generasi.

Dapat kah Dewi Rembulan menemukan cinta sejatinya ? Mampukah ia memikat hati seorang Kaisar Chimera?

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

bisalah kan keinginan dan nasib Bima ada di tangan othor yang maha segalanya ... 🤭🤭✌️😘😘

2022-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!