Bima segera melangkah ke pintu kamar dan membukanya. Baru saja terbuka, Emi mendorongnya kuat, hingga ia hampir terjungkal. Kehebohan pun terjadi di kamar Tresi.
"Lo, gak apa-apa, 'kan? Dia ngapain lo? Apa dia berbuat mesum? Apa dia ngelecehin lo?" tanya Emi beruntun.
Tresi sampai melongo mendengar rentetan pertanyaan dari Emi. Entah mana yang harus dia jawab lebih dulu. Bima yang mendengar pertanyaan itu, terdiam membisu. Sejujurnya, ia tidak mengerti dengan setiap kata yang Emi ucapkan.
"Gue harus jawab yang mana dulu?"
Emi terlihat berpikir. Kemudian,"Kayanya, lo baik-baik aja. Dia juga gak ngapa-ngapain lo. Apa dia ngelecehin lo?" Emi mengulang pertanyaan terakhirnya.
"Gak juga. Gue kaget aja. Tahu, tahu dia ada di kamar gue," jawab Tresi lirih.
Mendengar jawaban Tresi, Emi merasa lega. Gadis itu terduduk lemas di samping Tresi. Melihat kedua gadis itu tak lagi ribut, Bima memutuskan keluar dari sana. Emi yang melihat Bima pergi, segera melompat untuk menutup pintu. Namun, sebelum itu ia memeriksa keadaan di depan kamar Tresi. Memastikan pria itu berada jauh dari sana. Setelah yakin Bima tidak ada, Emi pun mulai menginterogasi Tresi.
"Jadi, gimana? Udah cari tahu alasan dia?" tanya Emi.
Tresi menggelengkan kepalanya. Emi yang melihat jawaban Tresi, hanya bisa menepuk jidat.
"Gak mungkin juga, 'kan gue tanya dia secara frontal? Lagian, gue juga masih takut di dekat dia," ucap Tresi pelan di akhir ucapannya.
Emi menarik napas dalam. Ia mengerti rasa takut yang Tresi punya. Belum lagi, jika pertanyaan itu menyinggung perasaan Bima. Salah-salah, Bima marah dan menerkam Tresi. Keselamatan Tresi, tetap yang utama.
"Hah! Terus, apa rencana lo?" tanya Emi.
Hanya gelengan kepala yang bisa Tresi berikan. Ia memang belum memiliki rencana apa pun.
***
"Gue balik, ya. Nanti, kalau ada apa-apa, jangan lupa hubungi gue," pamit Emi.
"Hmm, hati-hati, ya." Tresi melepas kepergian sahabatnya.
Setelah kepergian Emi, Tresi segera kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat Bima memanggilnya. Gadis itu menoleh, lalu menatap Bima dengan rasa takut.
"Apa kau mau ikut jalan-jalan?" ajak Bima.
"Ah, aku … lagi banyak tugas. Lain … kali aja, ya," tolak Tresi.
Dengan langkah lebar, ia segera masuk kembali ke kamarnya. Tak lupa, Tresi mengunci pintu.
Baru ketemu gitu aja, jantung gue udah mau copot rasanya. Gimana kalau jalan sama dia? Kenapa sejak gue tahu dia manusia serigala jadi ngerasa takut terus, ya? Sampai kapan gue menghindar dari Bima? Tresi berjalan mondar-mandir di kamarnya.
Resah, gelisah, takut, semua berbaur menjadi satu. Bisakah ia menjauh dari Bima?
Satu minggu berlalu. Bima merasakan perbedaan dalam hubungannya dengan Tresi. Awalnya, Bima mencoba berpikir positif. Mempercayai ucapan Tresi, jika gadis itu memiliki banyak tugas yang harus ia selesaikan. Namun, Tresi yang selalu menghindari bertatapan mata dengannya, semakin membuat Bima curiga.
Tidak hanya itu, Tresi bahkan lebih suka mengurung diri belakangan ini. Gadis itu, lebih senang mengunci diri di dalam kamar. Tak sampai disitu, ia juga mengunci pintu kamarnya.
Ada yang aneh dengannya. Aku yakin, dia sedang menghindariku. Tatapannya saja, selalu menunduk tak ingin melihatku. Seperti orang yang sedang ketakutan. Apa yang membuatnya takut padaku? Bima menatap langit-langit kamarnya.
Tanpa Bima sadari, ia mulai terbiasa dengan kehadiran Tresi. Apa pun yang Tresi lakukan, begitu menarik perhatian Bima. Hal itulah yang membuatnya kehilangan sosok Tresi. Rumah pun, terasa begitu sunyi.
Lebih baik kutanyakan saja. Aku tidak bisa duduk diam dan menerka-nerka, putus Bima.
Suara pintu terbuka, membuat Bima keluar dari kamarnya. Ia yakin, jika Tresi baru saja kembali dari kampus. Seperti dugaannya, gadis itu langsung bergerak cepat ke kamarnya. Lagi-lagi, Bima harus menyaksikan ketakutan di wajah Tresi.
"Tresi," panggilnya.
Gadis itu menghentikan langkahnya. Bima segera mendekati Tresi dan menggenggam tangannya. Bima bisa melihat perubahan raut wajah Tresi. Kini, wajah kekasihnya itu berubah pucat pasi.
"Jadi benar, kau menghindariku?" tanya Bima lirih, dengan senyum getir yang terlukis di wajah tampannya.
"Ma-maaf, Bim."
Bima menggelengkan kepalanya. "Boleh aku tahu alasanmu menghindar?" Bima bertanya dengan nada mengiba.
Apa sudah waktunya gue bilang sama dia, kalau gue udah tahu rahasia dia? Apa dia gak bakal makan gue? tanya Tresi dalam hati.
"Tidak apa, jika kau tidak ingin memberitahuku," ucapnya lirih.
Bima melepas genggaman tangannya. Apa sebaiknya, kubiarkan mutiara itu bersama dia?
"Bim," panggil Tresi.
Pria itu menghentikan langkahnya. Namun, ia tetap pada posisinya saat akan pergi tadi. Membelakangi Tresi.
"Apa alasanmu menerimaku menjadi pacarmu?"
Bima menoleh dan menatap Tresi. Sejak mereka bersama selama tiga bulan, ini kali pertama Tresi mempertanyakan alasan dirinya mau menerima seorang Tresi.
Tresi masih menanti jawaban Bima. Sekian menit berlalu, keduanya masih saling dalam posisi yang sama. Meski Bima terlihat tenang, tetapi tidak dengan hatinya. Ia bimbang, antara memberitahukan alasan yang sebenarnya, atau tetap menyembunyikan alasan itu.
"Dari awal pertemuan kita, kau adalah pria dingin dan cuek. Meski aku selalu mengganggumu, kau tidak pernah peduli. Bahkan, saat aku menyatakan perasaan dulu, dengan yakin kau bilang tidak." Tresi menghentikan ucapannya sesaat.
"Aku terkejut, saat kau mengejarku. Entah apa yang membuatmu berubah pikiran, hingga akhirnya menerimaku. Yang lebih mengejutkan, kau memintaku untuk tinggal bersamamu di rumah ini."
Tidak ada reaksi apa pun dari Bima. Mereka pun, masih dalam posisi semula. Bima tidak menyela sedikitpun ucapan Tresi.
"Sebenarnya, apa tujuanmu? Kau sempat berbisik, jika aku sudah mencuri sesuatu yang berharga darimu. Aku hanya menciummu saat itu. Jangan bilang, hanya karena itu kau ingin aku menjadi pacarmu. Tapi, tidak seharusnya kita tinggal dalam satu atap. Tolong beri aku satu alasan yang masuk akal, kenapa kita harus tinggal serumah?"
Bima menarik napas dalam. Ada keraguan dalam dirinya. Ingin Bima mengatakan yang sebenarnya pada Tresi. Akan tetapi, percayakah Tresi pad ucapannya nanti? Ataukah akan menambah rumit masalah di antara mereka?
"Aku … tidak tahu harus bicara apa," jawab Bima lirih.
Pada akhirnya, Bima masih menutupi alasan yang sebenarnya. Entah sampai kapan pria itu akan menutupinya.
Tresi tersenyum sinis. "Aku rasa, kau bisa mulai dengan membuka jati dirimu yang sebenarnya … manusia serigala."
Seketika tubuh Bima menegang. Ia berbalik menatap Tresi. Matanya membola sempurna. Bima tidak menyangka, bila Tresi akan mengetahui identitas aslinya.
Dari mana dia mengetahui wujud asliku? Inikah alasan dia berubah dan menghindariku?
"Sejak kapan kau mengetahui hal ini?" tanya Bima.
Bima mulai melangkah mendekati Tresi. Perlahan, gadis itu mengambil langkah mundur menjauhi Bima. Sayangnya, Bima memojokkan Tresi, sebelum gadis itu masuk ke kamar dan mengunci pintu dari dalam.
"Kau tidak akan bisa lari dariku," desis Bima di telinga Tresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
nah kan kamu salah ngomongnya coba duduk berdua dari hati ke hati gitu bilang kamu udah tahu rahasia dan siapa kamu sebenernya jangan langsung jeplak gitu gimana kalo Bima murka elu dimakan .... hmmm
2022-12-30
1