"Aku mohon, jangan apa-apa, 'kan dia," pinta Bima.
Seumur hidup, ini kali pertama Bima memohon pada sang ayah. Selama ini, apa pun yang sang ayah inginkan, Bima selalu menurutinya.
"Selesaikan urusanmu dengan dia. Kau tahu aku selalu mengawasimu, 'kan? Jangan buat aku kecewa!" Raja memberikan peringatan keras pada Bima.
"Terima kasih, Raja," ucap Bima.
Pengobatan untuk Bima pun dimulai. Bima Berkonsentrasi, menerima pengobatan dengan kekuatan tenaga dalam. Entah berapa lama, ia harus bersabar menjalani pengobatan ini. Dalam hati, ia hanya berharap Tresi mampu bertahan.
Bertahanlah, Tresi! Tunggu aku datang. Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu.
Dengan tekadnya yang besar, pemulihan yang seharusnya memakan waktu tiga sampai lima hari, hanya berjalan selama satu hari penuh. Keesokkan harinya, ia merasa tubuhnya semakin bugar. Para tetua yang mengobatinya pun, merasa heran dengan pemulihan yang terjadi pada tubuh Bima.
"Bima, sebagai tetua di kerajaan ini, kami berhak memperingatimu. Dengar baik-baik! Kau harus menjauhi manusia itu. Kalian berbeda. Bukan hanya dewa yang akan menentang hubungan kalian. Bahkan alam semesta pun akan menentangnya."
Bima hanya menyimak peringatan dari para tetua. Meski sejujurnya, hati Bima menolak nasihat itu.
"Boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Bima.
Dengan isyarat tangan, para tetua mempersilakan Bima bicara. Bima berdeham, untuk sekedar melegakan tenggorokannya. Kemudian, menatap para tetua dengan penuh keyakinan.
"Aku tahu, tidak ada cara untuk merubah manusia, menjadi serupa dengan bangsa kita." Bima menghentikan ucapannya. Ia menatap satu persatu para tetua.
"Pertanyaanku adalah, apa ada cara untuk membuatku menjadi manusia seutuhnya?"
Rasa terkejut terlihat jelas di wajah para tetua. Mereka tak menyangka, jika Bima justru berkeinginan menjadi manusia.
"Jika kau menjadi manusia, maka kau akan kehilangan seluruh kekuatanmu," jawab salah seorang dari mereka.
"Itu bukan jawaban yang kuinginkan. Aku ingin tahu, apa ada cara, untuk merubah diriku menjadi manusia seutuhnya?"
"Tidak pernah sejarahnya, bangsa kita berubah menjadi manusia. Harap, Pangeran, pikirkan kembali konsekuensinya," pinta mereka.
Tak mendapatkan jawaban yang diinginkan, membuat Bima memilih meninggalkan tempat itu. Ia harus menemui Tresi. Biarlah, ia akan mencari tahunya sendiri.
Akan kucari tahu nanti. Sekarang, aku harus bertemu dengan Tresi. Perasaanku tidak tenang sebelum bertemu dengannya.
Para tetua hanya diam dan tak mencegah kepergian Bima.
***
Disebuah rumah sakit, Emi tengah menatap bingung pada sahabatnya. Sudah lebih dari lima rumah sakit mereka datangi. Namun, satu pun tidak ada yang mampu mengobati Tresi. Semua menyatakan gadis itu baik-baik saja.
Apanya yang baik-baik saja. Tubuh Tresi bahkan semakin melemah. Sebenarnya, apa yang membuat Tresi seperti ini?
"Em," panggil Tresi lemah.
"Kenapa, Tres?" tanya Emi.
"Lebih baik kita pulang. Gue yakin, kondisi yang gue alami ini, berhubungan dengan Bima. Sebentar lagi, dia pasti kembali," ucap Tresi.
"Hah, apa lo segitu cintanya sama Bima, sampe-sampe sakit begini? se-bucin itu lo sama dia," ejek Emi.
"Lo gak lupa, 'kan, kalo mutiaranya Bima ada dalam tubuh gue?" Tresi mengingatkan keberadaan mutiara Bima.
"Ah, karena itu. Jadi, maksud lo, mutiara itu yang gak bisa jauh dari Bima? Dan karena itu juga, tubuh Lo terpengaruh?" Emi menatap Tresi. Mencoba mencari kebenaran di mata sahabatnya.
"Iya," jawab Tresi lemah.
"Kalo begitu, ayo kita pulang," ajak Emi.
Mereka mulai bersiap kembali ke rumah. Meski lemah, Tresi tak ingin tinggal diam. Ia membantu Emi membereskan barang bawaan mereka. Dengan tertatih, mereka melangkah keluar rumah sakit.
Tepat di depan rumah sakit, Tresi melihat kedatangan bima. Pria itu mendekatinya perlahan. Matanya berbinar. Apa ini hanya perasaanku? Atau dia memang senang bertemu denganku? batin Tresi.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Bima.
Pria itu memegang pundak Tresi lembut. Hanya anggukan kepala lemah yang Tresi berikan sebagai jawaban. Bima tersenyum. Melihat kondisi Tresi yang teramat lemah, membuat Bima berinisiatif untuk menggendong Tresi ala bridal style.
"Bim, malu diliatin orang banyak," protes Tresi.
"Biarkan mereka dengan asumsinya. Aku tidak ingin kau semakin lemah. Tidurlah," ucap Bima lembut.
Tresi menuruti perintah Bima. Tidak butuh waktu lama, ia benar-benar jatuh tertidur. Bima dapat merasakan, sisa energi yang Tresi miliki. Dia semakin lemah. Sungguh, aku tidak ingin kehilangan dirinya. Tidak bisakah kami bersatu? Batin Bima menjerit.
Setelah memastikan Tresi tertidur, Emi mulai menceritakan segalanya pada Bima. "Gue gak tahu, apa yang terjadi sama Tresi. Hampir satu bulan ini, tubuhnya terus melemah. Dia, merasa lemas sejak lo pergi.
Emi menarik napas dalam sesaat. Kemudian, menghelanya perlahan sebel melanjutkan ceritanya.
"Semua rumah sakit, tabib, klinik, menyatakan tidak ada masalah pada kesehatan Tresi." Emi mengakhiri ceritanya.
"Jujur, aku ingin membawanya ke tempatku. Mungkin, tabib dari bangsaku bisa mengobatinya," ucap Bima jujur.
"Jika memang bisa, gue dukung keputusan lo. Tapi, gue boleh ikut, 'kan? Gue harus pastiin Tresi bisa selamat atau tidak."
Bima menganggukkan kepala, menyetujui permintaan Emi. "Pegang tanganku kuat. Kita harus segera tiba di hutan!" titah Bima.
Emi menganggukkan kepala. Tangannya memegang kuat lengan Bima. Tanpa membuang waktu, Bima segera melesat menuju hutan. Tiba di pondok yang Bima dirikan, ia segera meracik ramuan yang ia ketahui untuk menambah energi. Berharap, dengan ramuan itu, tubuh Tresi kembali pulih.
Tresi mulai membuka matanya. Ia menatap sekeliling. "Kenapa kita di sini?" tanya Tresi saat mengetahui di mana ia berada.
"Coba minum ini," ucap Bima.
Emi membantu Tresi untuk meminum ramuan itu. Bima mengawasinya. Setelah menghabiskan ramuan itu, Bima kembali memeriksa kondisi Tresi.
Tidak ada perubahan. Apa aku harus merelakannya?
Tanpa sadar, setitik bulir bening jatuh dari sudut mata Bima. Buru-buru Bima menghapusnya.
"Bagaimana? Apa ada perubahan?" tanya Emi.
Emi menatap kedua mata Bima. Di sana terpancar jelas kesedihan. Tanpa sadar, Emi ikut menangis. Haruskah mereka merelakan Tresi?
***
Sambil nunggu update bab berikutnya, yuk mampir ke cerita ini:
Seorang CEO muda, Frans Alvino dikutuk menjadi seekor ular karena Ia menyentuh sebuah benda keramat, yaitu sebuah patung ular, Ia tidak bisa kembali ke wujud semula sebagai manusia biasa, untuk membuat dirinya kembali sebagai manusia biasa, maka dia harus memiliki seorang anak dari wanita normal.
Tak ada satupun wanita yang mau menjadi ibu dari anak Frans yang ternyata adalah seekor ular jantan. Mereka takut bayi mereka akan terlahir menjadi seekor ular juga.
Nasib membawa Frans pada seorang gadis bernama Lisa, gadis yang memiliki phobia terhadap ular, justru mengandung benih darinya yang saat itu sedang dikutuk menjadi ular, lantas apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Lisa akan tetap melahirkan anak ular? Dan apakah Frans bisa kembali ke wujud nya semula sebagai manusia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments