Kawanan srigala mulai mendekati Tresi. Yang membuat Tresi heran, wanita yang mengaku sebagai tunangan Bima, tidak sedikit pun merasa takut. Wanita itu justru menikmati kesulitan yang Tresi alami.
"To-tolong aku," pinta Tresi.
"Menolongmu?" Ursula terbahak mendengar permintaan Tresi.
"Itu tidak mungkin terjadi.
Wajahnya semakin memucat, saat srigala itu berlari menuju mereka. Ursula semakin tertawa bahagia, melihat ketakutan Tresi.
"Argh," pekik Tresi seraya menutup matanya rapat.
"Aku punya ide. Bagaimana, kalau kau berlari secepat mungkin, sebelum mereka menerkammu. Sekarang, lari!"
Seperti tersihir, Tresi menuruti ucapan Ursula. Sekuat tenaga gadis itu berlari. Mencoba menjauh dari kawanan srigala liar. Langkahnya terhenti, saat mencapai bibir jurang.
Tinggal beberapa detik lagi, mereka pasti akan menerkam Tresi. Namun, Tresi merasakan hembusan angin kencang menerpa tubuhnya.
"Kau semakin keterlaluan! Sudah kubilang jangan ganggu dia. Tapi, kau tidak juga mendengarkan ku," desis Bima.
Tresi yang merasa mengenal suara itu, membuka matanya perlahan. "Bima," panggilnya lirih. Tresi memegang ujung baju Bima erat. Saat melihat keberadaan pria itu.
"Hah, kau sangat mengenal aku, Bima! Aku tidak akan berhenti, sampai dia melepaskanmu! Tidak peduli, jika aku harus membunuhnya!" pekik Ursula pada akhir ucapannya.
Melihat kemarahan yang semakin menyala di mata Ursula, membuat Tresi menelan salivanya berat. Ya ampun, matanya serem banget. Lebih serem dari ibu. Tresi bergidik ngeri melihat kemarahan yang sangat kentara di wajah Ursula.
"Tresi, dengarkan aku!" Titah Bima tanpa menoleh.
Anggukan kepala, Tresi berikan sebagai jawaban. Tanpa menyadari, bila Bima tidak bisa melihat jawaban yang ia berikan.
"Tutup matamu, dan jangan membukanya sampai kuminta! Paham?" lanjut Bima.
Lagi, Tresi menganggukkan kepala sebagai jawaban. Ia pun kembali memejamkan matanya, menuruti perintah Bima. Kali ini, jauh lebih rapat dari sebelumnya. Kemudian, Bima melepas pegangan Tresi di bajunya. Ia pun mulai menyerang Ursula. Sementara itu, para srigala yang tadi akan menyerang Tresi, sudah pergi menjauh.
Melihat Bima mulai menyerang dirinya, Ursula tidak tinggal diam. Ia pun menyerang Bima dengan segenap kemampuannya. Meski ia menyadari, bahwa kekuatan pria itu jauh berada di atasnya. Bima, adalah pangeran kedua dari bangsa Werewolf. Sementara Ursula, hanya putri dari salah satu jajaran menteri, yang membantu tugas raja.
Itulah, yang menyebabkan perbedaan kekuatan mereka. Tresi membuka matanya perlahan. Terkejut melihat pemandangan yang ia pikir, hanya ada dalam film laga di televisi. Ursula dan Bima, berkelahi di udara. Rasa lemas mendera tubuhnya. Tak percaya dengan penglihatannya sendiri.
Ursula semakin terpojok. Namun, ia tetap berjuang dan bertahan. Sayangnya, ia tak lagi mampu melawan Bima. Dengan mudah, pria itu membuat dirinya tak berkutik lagi. Seringaian muncul di wajah Bima. Ia menggunakan kesempatan itu, untuk menyegel kekuatan Ursula sementara waktu. Paling tidak, sampai misi Bima berhasil ia selesaikan.
"Cukup, Bima! Kau ingin membunuhku? Bagaimana pun, kita adalah satu bangsa. Jika kau membunuhku, maka akan kupastikan, dia terseret dalam masalah ini!" desis Ursula seraya menunjuk Tresi.
Sebelah alis Bima terangkat, saat Ursula menyebut nama Tresi. "Coba saja! Sebelum itu terjadi, akan kupastikan kau tidak lagi bisa hidup dalam kenyamanan, atau akan ku buat kau menuju nirwana!" ancam Bima.
Bima melepaskan Ursula. Ia mendekati Tresi yang tak lagi mampu menopang tubuhnya. Bima mengangkat tubuh Tresi ala bridal style. Membuat Tresi mengalungkan tangannya dan menenggelamkan wajahnya di dada Bima.
"Urusan kita belum selesai. Aku akan segera menemuimu dan mengakhiri perbuatanmu!" geram Bima.
Pria itu pun segera pergi meninggalkan hutan. Ursula hanya memperhatikan keduanya dari tempat ia dikalahkan oleh Bima. Ursula menertawai dirinya sendiri. Tanpa sadar, bulir bening mulai terjatuh. Beruntung, hujan ikut turun. Menyamarkan kondisi Ursula yang menangis.
Ia meraung, meratapi nasib. Kali ini, Bima pasti akan menghukumnya. Dengan Bima menyegel kekuatannya saja, sudah menjadi hukuman bagi Ursula. Entah sanksi apa lagi yang akan Bima berikan padanya nanti. Karena telah mengganggu manusia. Terutama, Tresi.
***
"Aku minta maaf sudah membawamu dalam masalah yang tidak kamu mengerti. Aku janji, ini tidak akan terjadi lagi!" janji Bima.
Pria itu pun merebahkan tubuh Tresi. Kemudian, menyelimutinya. Perlahan, gadis itu mulai memejamkan matanya. Terbuai hingga masuk ke alam mimpi. Bima menatap lekat wajah cantik Tresi. Gadis tomboy yang sudah mewarnai hari-harinya selama dua bulan ini.
Bima mengalihkan pandangannya, saat terdengar bunyi ponsel milik Tresi. Ia yang sudah diajarkan membaca oleh Tresi dan Emi, bisa melihat dengan jelas nama si pemanggil. Bima pun mengangkat panggilan itu.
"Halo, Em," sapa Bima.
"Kok, lo yang angkat? Tresi mana?"
"Dia sudah tidur. Ada apa?"
"Tresi baik-baik aja, 'kan?"
Mendengar nada khawatir dari Emi, membuat Bima tersenyum. "Dia baik-baik aja, kok. Tapi, aku bisa minta tolong, 'kan?"
"Minta tolong apa?"
"Apa kamu bisa datang ke rumah kami?"
"Bisa. Sepuluh menit lagi, gue sampai di sana!"
Panggilan itu pun terputus. Bima kembali meletakkan ponsel Tresi di atas nakas. Ia segera turun dan menunggu kedatangan Emi. Sebelum ia kembali ke hutan, Bima ingin memastikan Tresi aman. Seperti janji Emi tadi, gadis itu tiba di sana.
"Kau sudah datang?" Bima berdiri menyambut kedatangan Emi.
Emi mengangguk cepat. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Emi.
Mendengar pertanyaan Emi, Bima hanya mengernyitkan dahi. Bukan merasa bingung, hanya sedikit terkejut. Dalam hati, Bima bertanya-tanya. Mungkinkah Emi mengetahui tentang penculikan yang Tresi alami.
"Begini, gue udah menghubungi Tresi ratusan kali. Satu pun, panggilan itu tidak terjawab. Sebelum akhirnya, lo yang jawab telepon gue." Emi menjelaskan, saat melihat raut wajah Bima, yang menurutnya bingung.
"Oh. Dia jalan sama aku tadi. Terus lupa bawa hape," elak Bima.
"Ehm, ngomong-ngomong, aku boleh titip Tresi sebentar? Aku, ada sedikit urusan urgent yang harus dikerjakan."
Emi terlihat berpikir. "Oke!" Emi menyetujui permintaan Bima.
Setelah memastikan Tresi dan Emi aman, Bima kembali ke tengah hutan. Di sana, Ursula masih terkapar lemah. Tubuhnya seakan tak bertulang. Ursula menatap Bima datar. Tidak ada ekspresi yang berarti dari wajahnya.
"Saatnya kita selesaikan masalah ini," ujar Bima.
Ursula tak menjawab. Ia tak berniat untuk berargumen saat ini. Pria itu membantu Ursula berdiri. Membawanya kembali ke kerajaan untuk menyelesaikan segala urusan mereka. Dengan segala otoritas yang ia miliki, Bima menjatuhkan hukuman. Ursula pun, di kurung di hutan terdalam, sampai Bima sendiri yang mencabut hukuman itu.
"Hah, kau menggunakan kekuasanmu untuk membungkamku!" seru Ursula lirih.
Para pengawal segera menuruti titah yang sudah Bima ucapkan. Mereka membawanya ke dalam hutan terdalam. Hutan itu, jauh lebih gelap. Tidak ada penghuni hutan sekali pun, yang ingin masuk ke sana. Pasalnya, hutan itu tidak memiliki persediaan makanan dan minuman.
"Aku bisa membantumu keluar dari sini. Dengan syarat ... bantu aku menjatuhkan Bima!"
Ursula menoleh pada arah sumber suara. Kedua bola matanya membelalak kaget melihat orang yang menawarkan bantuan padanya. Belum lagi, seringainya yang memyeramkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
selaluuuu .... saja ada yang membantu kejahatan si jahat dan si jahat
2022-12-30
1
Mom Dee🥰🥰
ketemu sekutu, sama² jahat
2022-11-16
1