Ch. 8 >> Menghindar

Sejak kejadian malam tadi, Bima menghilang bak ditelan bumi. Tresi sedikit merasa khawatir pada sang kekasih. Namun, ia tidak bisa berbua apa-apa. Rasa khawatir, membuat Tresi terus berjalan mengelilingi rumah.

"Dia kemana, ya? Apa dia baik-baik saja?" tanya Tresi pada dirinya sendiri.

Tresi terus merasa gelisah. Tak lama, terdengar suara ketukan pintu. Dengan tergesa, Tresi membukakan pintu. Namun, senyum yang sempat menghiasi wajahnya luntur seketika, saat mengetahui, bila yang datang adalah sahabatnya Emi.

"Kenapa, lo? Kok mukanya butek begitu? Kaya air kubangan aja," ejek Emi.

Tidak ada niat dari Tresi untuk menjawab pertanyaan yang Emi lontarkan. Bak di rumah sendiri, Emi mengambil piring dan gelas. Menyiapkan sarapan untuk sahabat tercintanya yang terlihat galau.

Kemudian, Emi membawanya ke ruang tamu. Di sana, Tresi tengah menggonta-ganti channel televisi.

"Sarapan dulu," ucap Emi seraya menyerahkan sepiring nasi dengan omlet daging dan sayuran tumis yang Emi bawa dari rumahnya.

"Thank you," ucap Tresi lemah.

"Bima kemana?" tanya Emi saat tak melihat keberadaan Bima di sana.

Tresi hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban. Gue aja gak tahu dia kemana, gerutunya.

"Argh," pekik Tresi tertahan.

"Kenapa?" tanya Emi khawatir.

Gadis itu segera memeriksa Tresi. Matanya memicing tajam, saat mendapati luka di bibir Tresi.

"Cih! Mau pamer, kalau lo abis ciuman panas?" tuduh Emi.

"Mana ada!" elak Tresi.

"Itu, buktinya. Bibir lo sampe luka. Makanya, kalau ciuman jangan dibarengin sama napsu. Begitu jadinya," gerutu Emi.

Gadis itu melangkah ke dapur. Mencari kotak P3K yang sempat ia lihat di sana. Tak lama kemudian, Emi kembali. Ia pun mulai mengolesi salep ke bibir Tresi yang terluka.

"Aw! Pelan-pelan, Em," protes Tresi.

"Gue udah pelan kali!"

Keduanya terdiam sesaat. Tak butuh waktu lama bagi Emi, untuk mengobati luka itu. Ia pun merapikan peralatan itu kembali ke dalam kotaknya. Kemudian, menyimpannya ke dapur lagi.

"Semalam, entah kenapa Bima nyium gue duluan." Tresi mengawali ceritanya.

Cih! Dia mau pamer punya cowok, ceritanya? gerutu Emi dalam hati.

"Terus, kenapa sampe luka begitu?"

Tak urung, Emi tetap bertanya. Penasaran juga, cara sahabatnya berciuman. Pasalnya, Bima adalah pria pertama yang berhasil membuat Tresi ingin bersama seorang pria. Begitu banyak pria yang mengejar sahabatnya, tetapi Bima adakah orang pertama yang berhasil meraih hatinya.

"Gue gak sadar, karena sempat ketiduran. Gue kebangun, gara-gara ngerasaain sakit di bibir gue. Dia tuh, kaya pengen makan gue tahu, gak."

Emi mengangkat sebelah alisnya, mendengar cerita Tresi. Merasa tak masuk akal dengan semua ini. Namun, melihat kondisi bibir Gea yang terluka, bisa ia pastikan, jika sang sahabat tidak berbohong.

"Terus dia kemana sekarang?" Lagi, pertanyaan itu yang muncul.

"Gue gak tahu. Waktu gue sadar, gue dorong dia sekuat tenaga. Setelah itu, Bima pergi." Tresi mengakhiri ceritanya.

Emi menghela napas kasar. Sepertinya, dia punya rahasia yang tidak Tresi tahu. Tapi apa?

Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lagi, terdengar suara pintu. Kali ini, bukan diketuk, melainkan pintu terbuka. Tresi mengangkat pandangannya dan bertemu mata dengan Bima. Matanya berubah berbinar. Sedikit bahagia melihat pria itu.

"Kau sudah kembali? Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?" cecar Tresi.

Tresi merasa sedikit aneh, saat Bima menciumnya lebih dulu. Selama ini, Bima bahkan terkesan menjaga jarak. Hal inilah yang menjadi pertanyaan Tresi.

"Tidak ada. Aku ke kamar dulu," pamit Bima.

Tresi mengerutkan dahi melihat Bima berlalu begitu saja. Pria itu, bahkan terlihat lebih dingin dari biasanya.

"Dia kenapa?" gumam Tresi.

Emi menatap Tresi dan Bima bergantian. Merasa semakin curiga melihat pria itu. Dia terlihat aneh. Aku yakin, ada sesuatu yang Bima sembunyikan. Tapi, …. Emi menggelengkan kepala cepat, mencoba menyingkirkan pikiran buruk yang selalu menggelayut dalam kepala.

"Ayo, kita berangkat," ajak Emi.

Tresi menoleh cepat, kemudian, mengambil barang-barangnya.

***

Suda beberapa hari ini, hubungan Tresi dan Bima terasa menjauh. Tresi ingin sekali bertanya pada pria itu. Tanpa Tresi tahu, Bima sedang mencoba menguasai dirinya. Sengaja, pria itu menjauh agar sisi pemburu sebagai serigala dalam dirinya, tidak bangkit. Ia takut, pada akhirnya nanti, akan menargetkan Tresi sebagai mangsa.

Melihat hal ini, ada seseorang yang bersorak girang. Setelah mengalami kegagalan terus menerus, kali ini ia yakin, mampu menjauhkan Tresi dari Bima.

"Bagus, Bima sepertinya sedang menjauhi gadis hina itu." Seringai jahat muncul di bibirnya.

Ia pun memilih menyiapkan segala sesuatu, sebelum akhirnya membawa manusia yang dibencinya itu. 

Tresi dan Emi baru saja selesai menghadiri kelas. Berkat bantuan Bima kemarin, gosip tentang Tresi mulai memudar. Banyak di antara para mahasiswa dan siswi, yang justru mengidolakan Bima. Tak sedikit pula, yang meminta pada Tresi, untuk dikenalkan.

Namun, Tresi hanya menanggapinya dengan senyuman. Mengatakan, bahwa ia akan mencoba bicara pada Bima. Dia pasti gak bakal mau. Lihat aja! ucap Tresi dalam hati.

"Eh, Tres, gue duluan, ya," pamit Emi.

"Loh, kok? Kenapa duluan? Kita, 'kan selalu bersama?" cegah Tresi.

"Gue lagi buru-buru banget nih. Oke! Bye!" pamit Emi setengah berlari.

Tresi hanya menghela napas kasar, melihat kepergian sahabatnya. Ia pun mulai berjalan. Merasa bosan, tanpa teman, Tresi pun berniat pulang. Sayangnya, di tengah jalan, seseorang menghadang jalannya.

"Lo …." Tresi tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Jadi, kau masih mengingatku?" tebak Ursula.

Ya, orang yang menghadang Tresi adalah Ursula. Senyum jahat, terukir di wajah wanita itu. Tresi menenggak salivanya dengan berat. Perlahan, gadis itu mulai melangkah mundur.

Merasa semakin terjepit, Tresi berlari sekuat tenaga. Ursula yang melihat itu, tertawa senang.

"Berlarilah sejauh mungkin! Aku pasti akan mendapatkanmu!" teriak Ursula.

Tresi tak mempedulikan ucapan Ursula. Saat ini, ia hanya ingin menjauh dari gadis yang mengaku sebagai tunangan dari kekasihnya. Gadis itu berhenti sejenak, saat napasnya sudah semakin tersengal.

"Sudah selesai berlarinya? Kalau begitu, sekarang giliranku!" desis Ursula.

Jantung Tresi berdegup cepat, melihat keberadaan Ursula. Tidak butuh waktu lama bagi Ursula untuk menangkap Tresi. Tanpa membuang waktu, Ursula mengikat tubuh Tresi di pohon.

Tresi baru menyadari, jika Ursula memiliki kekuatan setara dengan pria. Bahkan, ikatan di tubuh Tresi, sulit untuk dia lepaskan.

"Tunggu!" pekik Tresi, saat Ursula akan meninggalkannya.

Urusula menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "Kau tenang saja, kematianmu, pasti akan sangat singkat."

"Kenapa kau begitu ingin membunuhku?" tanya Tresi.

Ursula berbalik dengan menatap marah pada gadis itu. "Karena kau, sudah merebut Bima dariku!" desis Ursula.

Nyali Tresi menciut, saat melihat kemarahan Ursula. "Lalu, apa kau bukan manusia? Kau bisa berlari sangat cepat, dan memiliki kekuatan seperti laki-laki. Itu membuatku menebak saja."

Ursula terbahak mendengar pertanyaan Tresi. Namun, itu menjawab setiap pertanyaan yang sempat muncul tentang Bima yang menyembunyikan siapa dia.

Jadi, kau belum memberitahu gadis ini, siapa dirimu?

"Jika saatnya sudah tiba, kau akan tahu!" Kembali Ursula mendesis.

Ursula berjalan mundur. Kemudian, dengan isyarat tepukan tangan darinya, terdengar suara hewan berlari ke arahnya.

"Apa itu?" Wajah tresi berubah pias. Ia tidak menyangka, jika akan berhadapan dengan orang sakit jiwa seperti Ursula. Ursula bahkan memanggil para serigala liar.

Sial, bagaimana caranya aku lari? Bima, tolong aku, pinta Tresi dalam hati.

Sementara itu, Bima yang masih memikirkan cara mengambil mutiara dalam tubuh Tresi, mulai merasakan dengan samar, jika Tresi berada dalam bahaya.

Apa ini benar? gumam Bima.

Pria itu mencoba untuk mengabaikan perasaan tidak enak yang muncul. Namun, tetap tidak bisa.

"Aku harus mencari Tresi!" gumamnya.

Pria itu segera mengandalkan penciumannya, untuk mencari keberadaan Tresi. Cukup lama ia mengandalkan instingnya. Karena sejujurnya, kondisi Bima, mulai melemah.

"Sial! Di mana dia?" tanyanya.

Ia terus mencari hingga sayup-sayup mendengar jeritan gadis itu. Segera, Bima menuju ke sana. Dari jarak yang sedikit jauh dari tempat itu, Bima melihat keberadaan Ursula.

"Jadi, ini perbuatannya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!