"Apa kau ini jelmaan Iblis?"
"Makanya pelan-pelan bawa mobilnya."
"Ini juga sudah pelan, mau bagaimana lagi?"
"Berhenti, berhenti." Lu Jiayi berhenti di depan sebuah kios dan membeli kipas banyak kipas baterai yang bisa ditempel.
"Nona, semuanya jadi dua ratus ribu."
Lu Jiayi menghampiri Lin Chen yang berwajah masam di mobil, "dua ratus ribu, ayo cepat."
"Kau pikir aku ini bank? seenaknya saja minta uang."
"Heh dokter Lin, aku tidak bawa uang kontan. Sudahlah ayo cepat, ini juga demi kenyamanan bersama."
"Salah sendiri, kenapa tidak bawa. Lagipula aku nyaman-nyaman saja tanpa kipas." kata Lin Chen, kau pikir bisa seenaknya? batin Lin Chen.
"Kamu .... , ok baik." Lu Jiayi kembali ke dalam kios dan berbicara pada pemilik kios sementara Lin Chen yang tidak mengerti tampak acuh. Dalam hati Ia berkata, kita lihat siapa yang akan bertahan.
Saat tengah santai, Lin Chen melirik dan melihat pemilik kios datang mendekat. Tapi tak disangka, Ucapan-ucapan pemilik kios membuatnya menyerah.
"Tuan, apakah tuan tidak kasian pada isteri tuan? sebagai laki-laki tuan harus menjaganya, apa tuan tidak malu? tuan ...
"Sudah, sudah, ambil uangnya." Lin Chen tak mau mendengar ucapan pemilik kios itu lagi akhirnya mengalah.
Masalah panas sudah di atasi, mulai dari dashboard sampai kaca depan mobil ditempeli dengan kipas. Bohong kalau Lin Chen tidak menikmati ini. Namun, suara dari sampingnya berhasil membuat Lin Chen sadar dan menjadi gusar lagi.
"Bagaimana, nyaman bukan?"
"Ha biasa saja."
"Tapi wajahmu berkata lain, itu seolah berterima kasih padaku." balas Lu Jiayi, tangannya menggeser kipas ke arah Lin Chen. Mau tak mau Lin Chen merasa sedikit nyaman juga. "Nah kan apa kataku, hahaha." Lin Chen tak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa tersenyum masam.
Sepanjang jalan dua orang itu selalu saja ribut, kalau sudah tak tahan, Lu Jiayi akan langsung mencubit pinggang dan lengan Lin Chen. Waktu berjalan cepat dan tak terasa, mereka pun akhirnya sampai di depan klinik.
"Eh, kenapa kau membawaku kesini? Apa kau sengaja? Di sini tidak orang lain."
Kepala Lin Chen berkedut, "Lalu kau mau kemana?aku curiga, jangan-jangan kau memang sengaja ingin berduaan terus denganku?"
"Eh eh, justru kau itu yang patut dicurigai, membawa seorang gadis ke klinik yang tidak ada orang lain."
"Apa kau suka?" balas Lin Chen.
"Bagaimana kalau aku suka? apa kau berani?" tantang Lu Jiayi.
Lin Chen tersenyum dan mendekati Lu Jiayi, menindasku? he tidak semudah itu, pikirnya.
"Tentu saja, jadi dimana kita melakukannya?" Lin Chen berjalan terus sampai sangat dekat. Lu Jiayi yang semula senyum-senyum itu tiba-tiba berkeringat dingin saat merasakan nafas Lin Chen di ujung kepalanya.
"Dasar mesum." Lu Jiayi tak kuat lagi, Ia berbalik menuju klinik.
"Hei kau lupa kuncinya. Apa sudah tidak bisa sabar?"
Lin Chen berjalan pelan sambil terkekeh kecil, membuka klinik dan mulai sibuk dengan hal-hal yang ada di sana.
"Apa dia marah? apa aku sudah keterlaluan?" Lu Jiayi yang dari tadi melihat Lin Chen diam merasa tidak enak.
"Dokter Lin, apa kau lapar?"
"Tidak, belum, kau makanlah dahulu. Aku masih harus memeriksa herbal-herbal setelah ini." sahut Lin Chen, sudah tiga hari klinik itu kosong. Tentu harus di bersihkan.
"Apa kau tidak lelah?"
Lin Chen berhenti sebentar, "Bagaimana denganmu, apa kau lelah?"
Lu Jiayi menggeleng, "Sama sekali tidak, tadi kupikir akan istirahat setelah tiba tapi entah kenapa aku merasa energiku kembali."
Ini tanda kertas mantra itu berhasil.
"Kalau begitu aku akan memasak." ucap Lu Jiayi mengagetkan Lin Chen. "Kau, masak? memang bisa?" Lu Jiayi, nona besar itu mau memasak, Lin Chen tak percaya.
"Tunggu dan lihat saja." Lin Jiayi lalu ke dapur.
Lin Chen memuji masakan Lu Jiayi meskipun Ia merasa masakannya jauh lebih enak. Lu Jiayi pun senang mendengarnya.
Awalnya Ia juga merasa canggung, ini pertama kalinya Ia memasak untuk seorang pria dan makan berdua namun sikap Lin Chen yang tidak peduli dan santai membuat perasaan itu hilang. Yeah meskipun memang terlihat aneh tapi entah kenapa Lu Jiayi menikmati perasaan itu.
"Oh ya nona Lu, apa kau tidak sibuk?"
"Kenapa, apa kau tidak suka aku di sini? mau mengusirku?"
"Hais bukan begitu, tapi kamu adalah seorang CEO, apa itu tidak sibuk?"
Lu Jiayi tertawa pelan, "Dengar ya dokter Lin, aku ini memang CEO tapi semua urusan aku serahkan pada wakilku, aku cukup memantaunya saja kecuali ada urusan yang mendesak, baru aku sibuk.
"Oh pantas saja kamu terlihat sangat santai. Oh ya apa kamu mau bermalam di sini?"
Lin Chen berpikir akan pulang ke desa, memeriksa benda langit yang Tong Dji berikan. Lagipula rumahnya juga perlu dibersihkan.
Lu Jiayi ragu-ragu sejenak dan akhirnya berkata tidak, semua pakaiannya ada di hotel.
"Apa perlu aku antar?"
Tidak perlu waktu lama untuk Lu Jiayi mengatakan tidak, dia tak mau tersiksa lagi. "Baikah, kalau begitu hati-hati." Lin Chen juga bersiap untuk kembali ke desa.
...
Hari-hari berlalu seperti biasa dalam kehidupan Lin Chen, tak ada yang istimewa. Sampah dari langit sudah tidak pernah datang lagi. Buah persik yang dahulu juga telah Ia makan dan tidak seperti bayangannya, Ia berpikir buah itu adalah buah Dewa tapi ternyata hanya buah biasa saja, hanya menambah sedikit vitalitas nya, tidak bisa membantunya mencapai tahap penyempurnaan energi.
Pun begitu dengan benda dari langit dari desa Jun, tidak ada yang istimewa. Hasil pengamatannya mengatakan bahwa benda itu adalah tungku penyulingan pil yang biasa dipakai seorang Alkemis tapi saat Ye mencoba membakarnya, tungku itu malah retak dan hancur. Lalu berakhir di pembuangan sampah.
Tong Dji sudah bekerja di klinik, tugasnya bersih-bersih sekaligus menjadi apoteker di klinik. Sedangkan Tetua Li sudah pergi entah kemana.
Lalu tuan Lu, dia sudah sembuh total. Vitalitas nya telah kembali dan memutuskan untuk kembali ke kota asalnya.
Pun begitu dengan cucunya, Lu Jiayi. Tak ada alasan lain untuknya tetap tinggal dan beberapa urusan perusahaan juga mendesak untuk di selesaikan.
Untuk kliniknya sendiri, Lin telah menghabiskan semua tabungannya untuk membeli lahan di sekitar klinik. Berkaca pada peristiwa yang lalu, dimana ada banyak orang yang membutuhkan tempat bermalam. Tidak tanggung-tanggung, Lin Chen menambah kamarnya sampai totalnya ad sepuluh kamar dan satu kamar yang bisa muat beberapa orang sekaligus.
Sore itu, Lin Chen duduk sendiri di halaman belakang klinik, lalu teleponnya berdering. "Tuan, tolong aku."
"Tong Dji?" apa yang terjadi?" sekarang kamu dimana? baik tunggu aku, jangan khawatir, kamu tidak akan kehilangan kakimu."
Lin Chen mengambil peralatan dan salep. Lalu segera pergi dengan mobilnya, satu-satunya yang tidak berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ayi Hadi
lamnjut 💯💯💪💪✍🏼🙏🏻🙏🏻✍🏼✍🏼✍🏼
2023-10-27
0
Zoelf 212 🛡⚡🔱
kp
2023-09-14
1
Jimmy Avolution
Terus....
2023-02-23
2