Klinik paman Tang.
Hari itu klinik tutup, paman Tang terlihat sedang menjamu tamu. "Tetua Li, angin apa yang membawamu ke sini."
"Tang Xu saudaraku, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja, hanya saja penyakit lamaku ini semakin lama semakin menyiksaku saja." sahut paman Tang sambil membuang nafas tak berdaya.
"Tetua Tang, sampai kapan kau mau tinggal di sini? pulanglah, tinggalkan tempat ini."
"Apa anak itu yang memintamu datang?"
"Kalau bukan karena cucumu, aku juga tidak akan jauh-jauh sampai kesini. Yang penting aku sudah menyampaikan nya, aku tau kau punya pertimbangan lain."
Tamu yang dijamu paman Tang itu ternyata adalah tetua yang mengobati wanita muda di toko herbal. Namanya Li Feng, biasa dipanggil tetua Li. Dia adalah teman seperjuangan paman Tang atau Tang Xu atau biasa dipanggil tetua Tang di tempat asalnya.
"Oh ya tetua Tang, beberapa hari yang lalu aku bertemu bakat jenius di kota." Tetua Li lalu menceritakan kejadian itu. "Apa kau mengenal anak muda ini?" tanyanya kemudian.
Tetua Tang menggeleng pelan, "Kau ini, memang gampang mencari seseorang? kenapa juga kau berpikir mencarinya di sini."
"Bukan begitu, menurut pegawai di toko herbal sana, anak muda ini datang menjual herbal, nah siapa tau kau mengenal ciri-cirinya."
"Sayangnya aku belum sempat menanyakan namanya, dia langsung pergi saat itu dan karena kamu ada di daerah ini, mungkin pernah mendengar seorang pemuda yang ahli Tao."
"Sudahlah, kamu semakin melantur. Katakan, siapa wanita itu, dari ceritamu sepertinya dia bukan orang biasa." sahut paman Tang.
Tetua Li lalu bercerita. Wanita itu bernama Lu Jiayi, nona muda keluarga Lu yang ada di ibukota. tujuannya datang ke toko herbal kabupaten adalah untuk mencari herbal khusus untuk pengobatan kakeknya.
"Oh pantas saja dia sampai kesini, rupanya mencari herbal. Apa nona Lu mengatakan herbal apa yang Ia cari?" tanya paman Tang.
"Ginseng liar yang minimal berusia seratus tahun, kayu matahari dan rumput matahari. Menurut dokter yang merawat kakeknya, dia menderita tulang dingin dan dia harus selalu mengonsumsi herbal-herbal ini untuk menjaga kondisinya."
"Rumput matahari?" ucap paman Tang.
"Ya, sayangnya rumput matahari itu sudah ada yang lebih dulu membelinya."
Tanpa sadar, paman Tang mengambil rumput matahari yang dibelikan Lin Chen untuknya. "Mungkin aku yang mengambilnya." ucapnya.
"Tunggu dulu, apa kamu juga sakit tulang dingin?" Tetua Li bertanya.
"Tidak separah itu, aku hanya butuh rumput matahari saja. Tetua Li, apa rumput matahari yang dicari nona Lu kurang?"
Tetua Li tersenyum, "Jangan jadi tidak enak begitu, rumput matahari itu bukan herbal yang susah di dapat, hanya saja nona ini akan memborong semuanya, jadi tetap saja Ia merasa kurang."
"Oh begitu. Oh ya kenapa kau tak mencoba memeriksa kakek itu? bukankah kau juga ahli pengobatan tradisional?"
"Jangan menggoda ku, kau tau aku tak sehebat itu, aku hanya bisa sedikit mengusir roh jahat."
"Hahaha pantas saja kau seperti roh gentayangan, selalu ada di mana-mana."
Tetua Li tersenyum masam mendengar godaan temannya, "Tetua Tang, aku serius, kalau kau mendengar ada seorang anak muda dari sekitar sini yang bisa ilmu Tao, segera kabari aku."
"Iyaa iya, tenang saja." sahut paman Tang tidak sabar.
Tidak lama kemudian tetua Li pamit pulang, tadinya Ia ingin menitipkan kartu yang berisi uang untuk Lin Chen tapi paman Tang menolak karena Ia juga tak tau siapa orang yang dimaksud.
Yang tetua Li tidak tau adalah keahlian yang Lin Chen tunjukkan bukanlah kemampuannya melainkan kertas mantra yang digunakan nya memang berbeda dari kertas mantra yang biasa digunakan di dunia ini.
...
Lin Chen bangun penuh semangat pagi itu, setelah membuat sarapan sederhana dari sayur, Ia pergi ke gudangnya dan memeriksa lima peti besar di sana.
Baru membongkar peti pertama, Lin Chen sudah sangat senang, Ia menemukan dua lembar kertas mantra, sisanya barang tidak berguna.
Peti-peti selanjutnya tidak ada barang berharga. Di peti kelima Lin Chen kembali tersenyum, ada sepotong giok dan sebuah peti kecil. "Oh langit, semoga benda di peti ini berharga." ucap Lin Chen sambil tertawa sebelum membuka peti.
"Kultivasi Surga."
Lin Chen membaca huruf besar pada sampul kitab yang ada di dalam peti. "Kultivasi? mungkinkah...." tangan Lin Chen gemetar saat menyentuh kitab, "Mungkinkah ini kultivasi seperti yang ada di novel-novel? apakah saat aku membukanya otakku akan kebanjiran informasi kultivasi?" ucap Lin Chen dalam hati.
Dari novel-novel yang dibacanya tentang dunia kultivasi, begitu pemeran utama membuka kitab, otaknya akan di isi oleh informasi kultivasi dan yang lain disertai rasa sakit selama dua atau tiga detik, setelah itu pemeran utama tidak akan terkalahkan lagi.
Sratt...
Lembar pertama terbuka.
"Metode kultivasi Surga." Syuuut... cahaya keemasan masuk ke kepala Lin Chen melalui titik di antara kedua matanya.
Lembar kedua. "Metode Alkimia." Syuuut... cahaya keemasan kembali masuk ke kepala Lin Chen.
Lembar ketiga. "Metode Mantra Formasi." Syuuut... Lagi-lagi ada cahaya yang menembus keningnya.
"Hais sepertinya aku sudah menjadi korban novel." keluh Lin Chen, tak ada yang terjadi, memang betul dia merasa seperti ada sesuatu yang masuk ke kepalanya tapi selain itu tidak apa-apa lagi. Jangankan informasi yang membuat sakit kepala, sedikit pusing saja tidak ada. Hanya kitab itu saja yang berubah menjadi bubuk dan terbang terbawa angin.
Lin Chen yang tidak merasakan apa-apa lalu menyimpan temuannya yang lain, kertas mantranya kini berjumlah lima dengan yang pertama, lalu ada satu gelang giok, dua mutiara kecil dan satu giok kecil yang barusan di dapatnya lalu pergi.
"Paman Tang, aku datang." seru Lin Chen, sudah tiga hari sejak Ia tidak pergi ke klinik paman Tang.
"Maaf paman, aku sibuk di ladang beberapa hari ini. Bagaimana kesehatan paman?"
"Tidak masalah, klinik juga sepi. Kemarin ada temanku datang berkunjung jadi klinik tutup." kata paman Tang.
"Kenapa aku merasa anak ini agak lain dari biasanya?" ucap paman Tang dalam hati. Dalam pandangannya, Lin Chen terlihat tampak lelah.
"Chen, kemari," panggil paman Tang setelah seharian memperhatikan Lin Chen. "Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, tidak ada yang salah." kata Lin Chen sambil meraba tubuhnya.
"Sini aku periksa." paman Tang lalu memeriksa nadi Lin Chen. "Aneh, hm... eh?"
"Paman, ada apa, jangan menakutiku." Lin Chen terlihat gelisah melihat reaksi paman Tang.
"Apa-apaan nadi ini, sangat lemah dan hilang?" batin paman Tang tak mau membuat Lin Chen khawatir. "Tidak masalah, kau hanya butuh istirahat." kata paman Tang sambil tersenyum.
"Tunggu sebentar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
IDE Pasir mayang
bukan cuma MC yg jadi korban readers juga,😁😁😁😁
2025-03-16
0
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss Lin Chen
2023-11-13
1
herry bjb
di cerita ini kalau orangnya bepergian naik mobil apa kuda thor...
2023-11-03
2