Sampah Dari Alam Langit
Sore itu desa Liang berbenah setelah seharian penuh diterpa hujan yang sangat deras, awan hitam menutup seluruh kota dengan kegelapan. Petir disertai angin kencang seperti akan memusnahkan desa itu.
Untungnya bencana itu telah berakhir, hanya menyisakan hujan gerimis dan guntur yang sesekali muncul diikuti oleh petir.
Lin Chen, seorang pemuda yang tinggal bersama neneknya di desa Liang, ayahnya meninggalkannya saat masih berusia sepuluh tahun dan hidup bersama Ibu serta neneknya dalam keterbatasan.
Ayahnya bukanlah penduduk asli desa Liang, dia datang entah darimana sedangkan Ibunya adalah penduduk asli desa Liang. Mereka bertemu saat sama-sama bekerja di kota. Setelah Ayahnya pergi, Ibunya kemudian kembali ke desa dan hidup bersama neneknya.
Lin Chen adalah lulusan kedokteran umum Universitas terkemuka di kota, setidaknya itulah anggapan dari orang-orang di sekitarnya. Padahal sesungguhnya Lin Chen sendiri belum menyelesaikan pendidikannya diakhir, Ia mengambil cuti panjang karena keterbatasan biaya dan hal lainnya.
Awalnya Lin Chen hanya ingin hidup damai, tidak muluk-muluk, setelah lulus kemudian bekerja dan merawat Ibu serta nenek. Namun kenyataan berkata lain, persaingan dan kehidupan di kota sangatlah berat, dikatakan bahwa koneksi adalah jalan terbaik untuk sukses selain kemampuan, tidak peduli sepintar apapun kamu, kalau tidak punya koneksi maka hanya akan menempati posisi terendah.
Sebulan yang lalu Lin Chen kembali ke desa, kondisi kesehatan Ibunya memaksanya untuk kembali dan merawatnya. Kalau bukan dia siapa lagi? sayangnya tidak lama kemudian, Ibunya pergi meninggalkan nya dan setahun setelah itu neneknya juga pergi.
Satu-satunya peninggalan Ibu dan neneknya adalah rumah kecil dan sebidang tanah yang selama ini menghidupinya. Lin Chen menanam sayuran dan berbagai jenis herbal untuk dijual di pasar kota, tanaman herbal itu Ia tanam untuk memenuhi kebutuhan toko herbal, sekedar menambah pemasukan.
"Apakah langit sedang bersih-bersih?" gumam Lin Chen sambil menengadah melihat langit yang masih tertutup awan hitam. Tatapannya tertuju pada beberapa benda yang berserakan di sekitar rumahnya.
Mungkin karena angin kencang yang seperti badai itu membawa beberapa barang dan menjatuhkannya dari langit sehingga Lin Chen berpikir demikian.
Lin Chen mulai mengumpulkan benda-benda yang berserakan yang kebanyakan adalah potongan-potongan kayu kecil, sampah plastik, kertas-kertas dan lain sebagainya. Dia mengumpulkannya menjadi satu di sebuah kotak kayu besar dan menaruhnya di samping rumah untuk kemudian dipilah sebelum membuangnya nanti.
Setelah beres, Lin Chen berjalan ke ladang miliknya yang terletak di belakang rumah. Ia mengernyit ketika melihat perbuatan alam pada ladangnya, tanaman herbal yang siap panen dan sayuran rebah, bahkan ada beberapa yang terangkat dari tanah.
"Langit ini benar-benar tau cara untuk membuatku susah." batin Lin Chen.
Setelah semua yang terjadi, permintaan Lin Chen tidak banyak, mengolah ladang untuk makan memperbaiki rumah agar bisa hidup sedikit layak lalu menikah, itu saja.
Tapi hari ini langit bahkan tidak memberikan kesempatan itu. Tanamannya banyak yang tak bisa digunakan lagi, rumahnya sebagian rusak.
Lin Chen hanya bisa terus mengeluh dan menyalahkan langit.
Mungkin langit mendengar keluh kesah Lin Chen, tidak lama setelah selesai membersihkan kekacauan itu, hujan dan angin akhirnya berhenti, meskipun masih mendung tapi paling tidak sudah jauh lebih tenang.
"Oh langit, akhirnya kau berhenti juga. Kenapa? apa kau sudah bosan membuat keributan? apa kau sudah lelah? hahaha ayo buang lagi sampahmu, aku masih kuat! hahaha sial."
Mungkin karena lelah atau memikirkan keadaannya, Lin Chen jadi aneh, berbicara pada langit. "Cih sampah-sampah ini tak akan membuatku lelah." Ia menggerutu dengan kesal.
Jgerrr....!!
Petir yang sangat keras terdengar, kilatan cahayanya seperti membelah langit, seolah menjawab ucapan Lin Chen.
"Kenapa, apa kau masih belum puas, apa kau masih ...
Belum selesai Lin Chen berucap, tiba-tiba dari langit turun berbagai macam benda atau bisa dibilang adalah sampah yang menutupi ladangnya, bahkan ada kayu yang cukup besar menghantam sebagian rumahnya sampai rubuh. Lin Chen terpaksa berlari menjauh karena takut tertimpa.
"Hais memang nasibku yang buruk, sudahlah aku minta maaf. Langit, kau maafkanlah aku." ucap Lin Chen tulus sambil sedikit membungkuk dengan kedua tangan terkepal di depan dada.
Yang tidak disadarinya adalah semua benda-benda itu hanya jatuh di tempatnya saja, benar-benar hanya di area rumah dan ladangnya seolah memang sengaja di taruh di sana. Lin Chen hanya bisa membersihkan kekacauan itu sekali lagi sambil menghela nafas.
Keesokan harinya, Lin Chen kembali memeriksa ladang, berharap masih ada herbal atau sayuran tersisa untuk dijual. Sampah-sampah yang sebelumnya berserakan telah Ia satukan. Batu, kayu menumpuk di halaman.
"Bahkan herbal yang sudah kering pun sudah hilang entah kemana." gerutu Lin Chen. Tak lama kemudian Lin Chen memutuskan untuk pergi ke toko herbal.
"Paman Tang, bagaimana kabarmu hari ini?" sapa Lin Chen yang baru saja tiba di toko herbal milik paman Tang.
Jaraknya cukup jauh dari desa Liang. Paman Tang adalah seorang tabib desa yang juga membuka toko herbal. Keahliannya biasa-biasa saja dan kliniknya hanya mengobati sakit ringan seperti flu karena cuaca dingin, sakit kepala atau patah tulang yang hanya bisa Ia berikan pertolongan pertama sebelum dirujuk ke Rumah Sakit di kota.
"Paman Tang...." Lin Chen sejenak ragu. "Ada apa, katakan saja." sahut paman Tang melihat keraguan Lin Chen. "Hais kau ini, masuk saja jangan pikirkan yang lain, urus dirimu sendiri dan kemarilah bantu aku." lanjut paman Tang lagi. Ia cukup mengenal Lin Chen, dalam pandangannya, Lin Chen ini pemuda yang baik dan tulus.
Bisa dibilang paman Tang yang merawat Lin Chen, membiarkannya belajar pengobatan tradisional dan membantunya di klinik.
Karena alasan ini jugalah sehingga Lin Chen menanam tanaman herbal untuk dijual dan sekaligus memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Badai itu sungguh hebat, lihat, banyak penduduk desa yang datang berobat." kata paman Tang. "Bagaimana dengan desamu? apa dampaknya cukup parah?"
"Bahkan rumahku hancur sebagian. Paman, aku hanya bisa menyelamatkan sedikit sekali tanaman herbal." sahut Lin Chen sedih.
Seharian itu Lin Chen membantu paman Tang di klinik. "Chen, ambil ini, jangan menolak, pergilah ke pasar dan beli keperluanmu."
"Tapi paman...."
"Itu gajimu untuk hari ini," jangan menolak. "besok datanglah lebih pagi."
"Baik paman, terima kasih."
Beberapa hari pun berlalu, pasien di klinik paman Tang mulai sepi. "Paman Tang, aku akan mengambil libur beberapa hari kalau begitu, rumahku perlu dibenahi." kata Lin Chen sebelum pulang. Paman Tang mengangguk mengiyakan. Lagipula tidak banyak yang bisa dilakukan lagi di klinik, pada dasarnya klinik itu memang sepi. Kalau bukan karena ada bencana badai itu, maka mereka tidak akan pernah sibuk beberapa waktu ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Diah Susanti
"ayahnya meninggalkannya" itu artinya wafat apa minggat
2024-08-03
1
Diah Susanti
kirain latar ceritanya, jaman kerajaan yang ada kultivasinya 😁😁😁😁
2024-08-03
1
═ NISA ═
mampir di novel yg ini ka... bawa 5 bunga
2024-07-11
0