Setelah sarapan bersama, Tong Dji membawa Lin Chen dan yang lain menemui penduduk desa yang terjangkit wabah. Namun pengurus Ma yang juga ikut bersama ke desa Ju ada urusan lain dan meninggalkan satu pengawal untuk tuan Lu.
Satu persatu penduduk desa mendapatkan pengobatan dari dokter Lin dan dinyatakan sembuh tak lama setelah diolesi salep, sangat cepat dan efisien.
Padahal tim dokter yang juga ikut diturunkan tidak bisa menyembuhkan satu orang pun, palingan hanya mengurangi rasa gatal untuk sementara saja, lewat beberapa jam, rasa gatal itu akan datang kembali.
Lin Chen hanya berkeliling selama beberapa jam saja lalu pulang, Ia merasa perilaku ini tidak efisien dan akan memakan waktu lama. Oleh karena itu setiap selesai mengobati pasien, Ia berpesan kepada mereka untuk datang langsung ke rumah Tong Dji untuk mendapat perawatan.
Dan berita pun menyebar dengan cepat. Lin Chen dan rombongan yang baru selesai makan siang di rumah mulai disibukkan dengan pasien yang berdatangan. Bahkan yang masih berada di pusat medis yang dibangun tin dokter juga ikut datang.
Karena banyak yang membantu, pekerjaan ini jadi cepat selesai.
Lu Jiayi yang nampak lelah duduk sendiri, pakaiannya lengket karena berkeringat namun di wajahnya terlihat senang. Nona kaya pemilik perusaan itu terlihat tambah cantik.
"Nona Lu, minumlah."
Lu Jiayi mendongak, melihat siapa yang berbicara. "Oh iya, terima kasih." ucapnya sedikit malu.
Lin Chen lalu duduk di sebelah Lu Jiayi. "Tak kusangka nona besar itu hebat juga, dia tidak risih bersentuhan dengan orang desa." ucap Lin Chen namun tidak memandang Lu Jiayi, Ia menatap lurus ke depan.
"Memang seharusnya begitu, kalau wanita itu tidak ikut membantu, akan kutarik tangannya dan kuusir pergi jauh."
"Oh benarkah?"
"Tentu saja, heh aku sampai lelah begini. Kalau melihat ada yang hanya menonton saja saat semua orang kesulitan, orang itu benar-benar keterlaluan."
Lu Jiayi tidak sadar, wanita yang Lin Chen maksud adalah dia.
"Kalau begitu aku harus berterima kasih padanya karena sudah begitu baik, bukankah begitu?"
"Tunggu apalagi, kau pikir mudah untuk membantu orang sebanyak itu?" Lu Jiayi.
"Nona besar, terima kasih sudah membantu hari ini." Lin untuk pertama kalinya memalingkan wajahnya dan menatap Lu Jiayi.
"Ap-apa... eh? jadi, yang kau maksud itu aku?" kaya Lu Jiayi yang baru saja sadar.
Lu Jiayi menyerah, "Baiklah, tapi salep buatanmu itu sungguh luar biasa. Dari mana kau belajar?"
"Aku belajar langsung dari dewa di langit, mereka memberiku keberkahan." jawab Lin Chen seenaknya tapi juga tidak bohong.
"Cih dasar bocah sombong, baru dipuji sedikit saja sudah bicara setinggi langit."
Lu Jiayi kembali ke sifat aslinya, tapi ini sebetulnya bukan dia. Biasanya di tak akan terlalu peduli dengan orang lain.
"Hahaha tak apa sombong yang penting hebat." Lin Chen juga entah kenapa senang menggoda Lu Jiayi.
lu Jiayi memajukan bibirnya dan berkata dengan sedikit beirama mengikuti ucapan Lin Chen. "Tidak apa-apa sombong asal hebat. Aduh tolong kenapa ada orang yang tak kenal malu begini."
"Dokter Lin kita ada masalah, di depan ada tim dokter yang marah-marah, mereka mencari anda." Tong Dji datang melapor.
Lin Chen tidak banyak bertanya lagi, Ia langsung ke depan bersama Lu Jiayi.
"Oh jadi kau yang bertanggung jawab?" dokter itu bertanya pada Lin Chen yang ada di depannya.
"Kalau iya, kenapa?"
"Aku ini ketua tim dokter di sini. Nyalimu besar juga membuka praktek tanpa sepengetahuan kami."
"Apakah itu harus?"
"Tentu saja! kamilah yang bertanggung jawab di sini. kalau ada apa-apa, siapa nanti yang akan disalahkan?"
"Itu kalau terjadi apa-apa, bagaimana kalau tidak terjadi apa-apa?" Lin Chen membalikkan ucapan dokter itu.
Siap pun tau kalau dokter-dokter itu hanya menang gengsi, ingin terlihat hebat padahal tidak bisa apa-apa. Lalu dari kerumunan dokter itu muncul suara lain "Nona Lu, anda harus memperingatkan dokter gadungan ini?"
Lu Jia berpaling, "Dokter Ken? sejak kapan kau ada di situ, bukankah aku menyuruhmu pulang?"
Dokter Ken adalah dokter yang datang bersama Lu Jiayi namun disuruh pulang olehnya karena perintah tuan Lu.
Ucapan Lu Jiayi ini seperti membuang sesuatu ke wajahnya, statusnya cukup tinggi tapi malah disuruh pulang oleh seorang wanita. Seketika Ia pun tak sanggup berbicara lagi.
Lalu, Lin Chen pun berkata lagi. "Para dokter sekalian, pasien sudah sembuh, apa kalian tidak bisa ikut senang?"
"Tentu saja, tapi itu adalah tanggung jawab kami, kau tidak bisa asal pergi begitu saja."
"Jadi mau kalian?"
"Berikan resep membuat salep, lalu aku akan membiarkanmu untuk kali ini."
Lin Chen cukup terkejut, "Tak disangka ternyata kau orang tak tau malu, apa kau pikir itu resep nenek moyangmu? tidak becus kerja lalu minta resep orang. Kalau bukan gila entah apalah namannya."
Lin ini bicara langsung tanpa beban, baginya orang di depannya ini tak layak untuk di ajak bersopan-santun.
"Kalau kau tidak mau, kami akan tetap di sini. Lihat sampai dimana keberanianmu."
"Buahahaha silahkan kalau itu maumu, nona Lu ayo kita masuk."
Lin Chen tertawa keras, lalu mengajak Lu Jiayi masuk. "Eh? aku... tapi?" Lu Jiayi tampaknya ragu-ragu, gerakan dokter-dokter itu bisa gawat kan, ini seperti demo, menunggu di depan properti orang lain.
"Apa kau tidak lapar?" Lin Chen tiba-tiba mendapat ide. "Tidak usah, kau tunggu disini saja." Lu Jiayi mengangguk, Ia juga ingin tau apa yang akan Lin Chen lakukan.
Tak lama kemudian, Lin Chen keluar bersama Tong Dji, menggotong meja bundar yang cukup besar. Disusul kemudian orang lain yang membawa kursi dan makanan.
Lu Jiayi tak pernah berhenti tersenyum melihat rencana Lin Chen, pemuda makin lama makin menarik, pikirnya.
"Ayo makan. Kalian juga ayo." Tanpa malu-malu Lin Chen duduk dan mulai makan dengan lahap, Lu Jiayi juga makan tanpa malu-malu.
"Eh, kenapa kau tidak makan? apa kalian tidak lapar?"
Mereka adalah penduduk desa yang polos dan jujur, makan di luar saja sudah membuat mereka tidak nyaman karena merasa tidak sopan. Tapi sekarang, bukan hanya makan di luar, tapi makan di depan banyak dokter.
Lin Chen kemudian tersenyum lalu berkata, "Aku yang mengobati kalian semua, dan aku sengaja mengajak kalian makan diluar agar mendapat berkah dari cahaya bulan?"
Lu Jiayi hampir tersedak mendengar ucapan Lin Chen. Ia memelototkan matanya tapi Lin Chen pura-pura tidak melihat."
"Itu... dokter Lin, Mm bisakah kita memanggil para dokter itu ikut makan? ini masih ada kursi kosong." ucapnya.
"Hais kalian ini terlalu meremehkan dokter. Dokter itu sangat kuat dan gagah. Coba lihat, apakah aku salah?" penduduk desa itu melihat ke arah para dokter dan mengangguk membenarkan ucapan Lin Chen.
"Sudahlah, ayo makan yang banyak. Lihat bulan sudah keluar hahaha."
Akhirnya mereka tak ragu lagi dan mulai makan dengan lahap.
"Kau sungguh keterlaluan." kata Lu Jiayi dengan pelan. "Tapi makan di luar begini juga cukup bagus, sangat menyenangkan." lanjutnya lagi dengan senyum.
"Bagaimana, aku keren kan? hehe apa kau mulai suka padaku?" Lin Chen tersenyum menggoda Lu Jiayi. Namun yang didapatnya adalah sebuah cubitan di pinggang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Jamrud Khatulistiwa
apakah dikehidupsn sekarang ada dokter yg tdk dpt mengobati penyakit..........
2025-01-01
0
Nurul Hikmah
aaaauuuuuuuuuuhhhh... sakit
2023-10-23
0
Zoelf 212 🛡⚡🔱
m
2023-09-14
0