Tak ada yang tau apa yang dipikirkan tuan Lu, mereka menganggap tuan Lu hanya bertanya biasa saja tapi sebenarnya tidak begitu, setelah masuk ke dalam Ia menelepon seseorang dan menyuruh orang di ujung telepon itu untuk bersiap dan melakukan sesuatu.
"Kakek, kakek... aku sudah datang."
Suara Lu Jiayi di depan klinik, Ia kemarin memang datang bersama tuan Lu, ada juga seorang dokter serta asisten dokter yang ikut bersamanya namun karena ada urusan pekerjaan yang mendesak, Ia pergi lagi dan dokter itu pun juga ikut pergi dengan alasan menemani Lu Jiayi meskipun sudah dilarang. Ketika kembali lagi, dokter itu tidak membawa asistennya.
"Angkat semuanya ke belakang, langsung pasang saja di kamar kakek." terdengar suara Lu Jiayi namun sepertinya orang-orang itu cukup kesulitan lewat depan dan akhirnya lewat pintu samping yang memang cukup lebar dan terhubung langsung ke kamar di bagian belakang.
"Dokter Lin, apa wanita itu istrimu?" tanya pria yang membawa pasien itu.
"Bukan, itu cucu tuan Lu."
"Kalau begitu maaf. tadinya kupikir..."
"Karena dia membawa tempat tidur? hehe tapi boleh juga, bisa dipertimbangkan."
Lu Jiayi mengernyitkan dahi mendengar omongan ini, "Ini untuk kakekku, tempat tidur si sini sangat jelek. Kakekku bisa tambah sakit nanti."
"Siapa yang memberimu izin?" tanya Lin Chen, dia tidak marah. Bagaimana pun tempat tidur di kamar itu memang kurang cocok dengan status tuan Lu.
"Apa aku perlu izin?"
"Tentu saja, ini klinikku dan semua harus melalui persetujuan dariku."
Lu Jiayi menyadari ini, memang rasanya kurang pantas pikirnya tapi ketika hendak mengatakan sesuatu, Ia melihat Lin Chen senyum-senyum dan ini membuatnya sedikit gusar. "Dokter Lin? maaf menganggu, aku sudah membawa tempat tidur dan akan memasangnya, dan minta izin."
Ucapan ini terdengar minta izin sekaligus terdengar tidak butuh izin, kalau Lin Chen tidak memberi izin, memangnya tempat tidur itu akan dibawa lagi? tentu saja tidak karena Lu Jiayi berkata akan memasangnya. "Bermain denganku, tunggu saja hehe."
"Nona Lu, pergilah ke apotik klinik dan ambik salep yang ada di meja."
"Ambil sendiri." tentu saja Lu Jiayi tidak mau.
"Tidak mau? kalau begitu aku tidak akan memeriksa kakekmu." kata Lin Chen sambil senyum-senyum.
"Kau...
Lu Jiayi melotot, ingin marah tapi tidak bisa, Ia terlalu sayang pada kakeknya. Bagaimana kalau Lin Chen benar-benar tidak mau memeriksa kakeknya.
"Tunggu di sini." Lu Jiayi menghentakkan kakinya lalu pergi tapi baru beberapa langkah berjalan, Lin Chen berkata lagi, "Jangan lupa bawakan juga teh dari dapur." Lu Jiayi tidak berhenti, seolah tidak mendengar ucapan Lin Chen ini.
"Nona Lu memang cantik, bahkan kalau sedang kesal begitu." ucap Lin Chen dalam hati sambil memandangi kepergian Lu Jiayi.
"Jiayi? kenapa kau di sini? dan, eh kenapa wajahmu terlihat kusut begitu?" Lu Jiayi berpapasan dengan tuan Lu yang baru saja selesai menelepon.
"Mau ambil salep di klinik." jawab Lu Jiayi. "Kakek, tunggu sebentar. Tak lama kemudian Lu Jiayi pun muncul, agak repot karena harus membawa teko teh juga.
"Teko teh? untuk siapa?" tuan Lu.
"Siapa lagi kalau bukan dokter jelek itu. Kakek... dia menindasku? bukan saja menyuruh ambil saja tapi juga teh, memang aku ini pembantu nya? Kakek harus menegurnya." Lu Jiayi merajuk kesal sementara tuan Lu hanya bisa tersenyum. "Bagus juga kalau Jiayi sedikit dikasih pelajaran, pikirnya. Meskipun sedikit kelewatan memintanya membawakan teh.
Kelima pasien di halaman sudah menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, sebagian besar lukanya sudah mengering.
"Paman, ini ada ramuan yang harus diminum untuk membersihkan organ dalam. Dalam dua hari, aku rasa sudah akan sembuh total."
"Dokter Lin, terima kasih."
"Ini sudah menjadi kewajibanku, tunggu nona Lu kembali baru kita obati yang lain." kata Lin Chen.
Sesaat kemudian, Lu Jiayi sudah datang. Datang bersama tuan Lu.
Lu Jiayi tanpa mengucapkan apa-apa langsung meletakkan mangkuk berisi salep dan teko teh.
"Terima kasih nona Lu. Anda sangat baik dan perhatian teryata hehe."
"Huh." Lu Jiayi mendengus.
Lin Chen mengacuhkan sikap Lu Jiayi lalu tanpa memalingkan wajahnya dari mangkuk salep, Ia bertanya pada tuan Lu. "Apa masih ada yang ingin anda tanyakan tuan Lu?"
"Bukankah sedikit berlebihan kalau anda meminta Jiayi mengambil teh untuk anda?" pertanyaan ini memang sudah sepantasnya, kalau dipikir-pikir lagi, memang Lin Chen sedikit kelewatan tapi sayangnya Lin Chen tidak berpikir secara umum.
"Dia boleh menolaknya, aku juga tidak memaksa." kata Lin Chen santai sambil menuang salep di mangkuk lain, mengaduknya sebentar lalu menuangkan teh di dalam teko sambil terus mengaduk.
Setelah itu Lin Chen mengoleskan salep itu kepada pasiennya. Lalu sisa salepnya Ia masukkan ke dalam wadah dan diberikan kepada pria itu. "Paman, salep ku tidak banyak dan ini adalah yang terakhir. Nanti oleskan ini untuk luka luar. Caranya cukup campurkan dengan teh, buat encer saja supaya semua kebagian."
"Ini...."
Tuan Lu dan cucunya terdiam, ternyata teh itu mencampur obat. Mereka telah salah sangka dengan berpikir teh itu untuk Lin Chen.
"Paman, ikut aku," ucap Lin Chen lagi lalu berdiri, dan berkata kepada tuan Lu. "Jika tuan Lu merasa tidak nyaman untuk tinggal di sini. Silahkan."
Ucapan Lin Chen sangat jelas, orang bodoh pun tau. Muka tuan Lu jadi tidak enak untuk dilihat, di satu sisi memang dia agak kelewatan dan di sisi lain dia adalah petinggi negara, belum pernah ada tidak begitu sopan padanya.
"Hahaha dokter Lin, aku sudah cukup berumur, badanku rasanya kuat kalau harus bepergian lagi. Biarlah tulang ini beristirahat sejenak." Ucapan ini sekaligus mengatakan ingin tetap tinggal. Tentu saja tuan Lu memilih untuk tinggal, dia tidak bodoh, hanya dokter Lin harapannya untuk sembuh.
Namun Lin Chen berkata lagi, "Kalau begitu silahkan, cucu tersayang anda sudah menyiapkan tempat tidur yang nyaman dan empuk dan oh ya satu lagi, aku tak mengizinkan ada dokter yang membuka praktek di klinikku." Lin Chen melirik dokter yang datang bersama Lu Jiayi.
Tuan Lu melihat ke sana lalu memalingkan wajahnya dan menatap Lu Jiayi, sebuah tatapan menegur.
"Kakek, aku hanya ingin yang ada pilihan lain aku. ...
"Suruh dia pergi." tuan Lu memotong ucapan Lu Jiayi. Tak lama kemudian dokter itupun pergi dengan kecewa.
Di dalam Klinik.
"Dokterl Lin, maaf...."
"Tidak usah minta maaf, paman, oh ya aku mengajakmu kesini untuk menerangkan beberapa herbal yang nanti akan paman bawa pulang."
"Dokter Lin, ilmu medis anda sangat hebat. Kenapa anda pergi bersamaku untuk mengobati yang lain? maaf sebelumnya kalau tidak sopan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Raimon
Kok plotnya seperti Serabutan ya....trus mana inti nya....pusing aku... Baa Aru kalu ini aku baca novel yang bikin pusing nggak jelas....
2023-10-16
2
Lemong Nipis
Semangaaat updatenya🥰🥰
2023-06-15
2
Lemong Nipis
manttaaaaap
2023-06-15
1