Menurut pria yang bernama Tong Dji itu masih ada penduduk desanya yang juga terjangkit penyakit yang sama. "Aku sebetulnya mau membawa mereka juga tapi mobilku tidak bisa menampung orang lagi."
"Kenapa paman tidak terjangkit?"
"Hehe mungkin karena aku kuat, awalnya aku juga sempat merasa gatal tapi tidak terlalu, mungkin masih ringan dan setelah sampai di sini. Rasa gatal itu hilang, aku sama sekali tak merasakan apa-apa lagi."
Pasti karena kertas jimat, pikir Lin Chen. "Paman Tong, pergilah ke toko untuk membeli kantong tidur untukmu dan dan yang lainnya. Maaf aku tak punya kamar yang lain lagi. Besok kita pergi bersama setelah membuat salep."
"Dokter Lin, ini... aku merasa tidak pantas, kami tidak masalah tidur di bawah."
Lin Chen mengabaikan ucapan Tong Dji, memberikan sejumlah uang lalu masuk ke ruang peracikan untuk membuat salep.
"Dokter Lin...."
"Cepatlah kembali dan bantu aku membuat salep."
...
Desa Jun adalah desa asal Tong Dji, seperti yang diceritakan, setelah benda dari langit itu meledak dan menghasilkan debu, banyak penduduk desa yang kemudian terjangkit wabah penyakit yang menyerang kulit.
Kabar ini dengan cepat meluas dan menjadi perhatian pemerintah setempat. Satu tim dokter diterjunkan untuk menangani wabah dan satu tim dari kepolisian untuk mengatur sekaligus menyelidiki asal dari wabah.
Di sudut desa Jun.
Seorang pria terlihat sedang duduk sendiri, pakaian atasnya sedikit longgar dan memegang sebatang tongkat. "Sial, polisi ini cukup cepat juga." dia mengumpat dengan gusar.
"Tuan, gawat kita harus segera menyingkir dari sini. Biro Naga ada juga di sini."
Pria itu tampak kaget, pria yang datang barusan adalah bawahannya. "Berapa orang?"
"Yang aku lihat ada dua orang tuan."
"Apa mereka mencurigaimu?" tanya pria itu.
Pria yang datang melapor itu menggeleng tidak yakin, sesaat kemudian ia pun pergi.
"Tidak berguna! bahkan dari biro Naga apa juga tidak tau. Hah Sebaiknya aku juga pergi. Biro Naga, hehe... aku titipkan hadiah kecil untukmu." pria misterius itu melepaskan sesuatu sebelum pergi.
Di negara ini ada biro khusus yang yang menangani urusan-urusan rahasia negara yang paling dalam. Biro ini berbeda dengan jaringan intel dalam militer, status biro Naga berada di atasnya.
Biro Naga sendiri terbagi menjadi biro Naga Merah dan biro Naga Hitam. Naga Merah lebih banyak bertugas untuk mengumpulkan informasi sedangkan biro Naga Hitam selain mengumpulkan informasi, biro ini juga bertugas melakukan eksekusi masalah dan anggotanya lebih sedikit dan lebih kuat dari biro Naga Merah.
Itulah alasan pria misterius itu bertanya pada bawahan nya dari biro Naga mana dua orang yang dilihatnya.
Kalau itu dari biro Naga Merah maka ia tidak akan takut menghadapinya tapi kalau dari biro Naga Hitam maka pilihannya hanya lari, resikonya terlalu berat kalau harus menghadapi Naga Hitam sendiri.
Tidak lama setelah pria misterius itu pergi, dua pria dari biro Naga pun datang, reaksi mereka bisa dikatakan cukup cepat untuk mencari dan melacak si pria misterius.
"Apa kau yakin ini tempatnya? tanya seorang dari mereka.
"Tunggu sebentar," kata pria di sebelahnya. Ia lalu berdiam sebentar, mencari aroma di udara, gerakan ini seperti mencari jejak aura tapi lebih sederhana. "Ini ... Lari!" tiba-tiba saja Ia berteriak sambil melompat menjauh, namun terlambat, baru setengah langkah saja Ia sudah tumbang. Terlihat darah mengalir dari mulut dan hidungnya.
Sementara kawannya yang kaget dengan teriakan itu juga reflek melompat, hanya sedikit terlambat juga namun efek yang dirasakannya tidak terlalu kuat, Ia masih bisa berdiri dan menghampiri temannya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya sambil meletakkan sebuah pil dalam mulutnya.
Pria itu hanya menggeleng pelan, menandakan keadaanya tidak baik-baik saja. Ia lalu dipapah untuk meninggalkan tempat itu, mencari tempat yang aman di gudang sebuah rumah.
"Bertahanlah, aku akan menghubungi ketua."
Di bagian lain di desa Jun.
"Kapten, hampir separuh desa sudah terjangkit wabah." seorang polisi melapor.
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?"
"Wakil kapten Mengchen." jawab petugas. "Sedang menyisir bagian timur desa bersama tim kesehatan." lanjut petugas itu lagi.
"Buat laporan lengkap setelah dia kembali." ucap sang kapten lagi.
Petugas itu pun pergi, meninggalkan sang Kapten yang tampak masih berpikir, sesaat kemudian Ia pun pergi. Mengikuti instingnya dan sampai ke tempat dua orang anggota biro Naga yang terluka.
"Apa hanya perasaanku saja?" kapten itu bergumam sambil memegang dagunya.
Sementara itu ditempat lain tepatnya di klinik pengobatan tradisional, Lin Chen tampak serius merebus banyak sekali herbal. Menurut Tong Dji, penduduk desa berjumlah lebih dari dua ratus orang, itu yang Ia ketahui dan jumlah pastinya pasti lebih banyak lagi.
Lin Chen ditemani tetua Li dan Tong Dji.
Tetua Li terus memperhatikan cara Lin Chen merebus herbal, memasukkan bahan satu-satu, membesarkan api lalu mengecilkannya lagi lalu sesekali membuka tutup panci. terkadang Ia membuka tutup panci dan membiarkannya terbuka cukup lama lalu menutupnya kembali.
"Aku tak percaya kau belajar ini dari tetua Tang." kata Tetua Li. Sebagai sahabat, tentu Ia tau betul kemampuan paman Tang.
"Tapi kenyatannya memang begitu, aku bekerja magang di klinik ini sebelum pergi." Lin Chen tersenyum, tidak mungkin Ia menceritakan kisahnya.
Pasti ada sesuatu, anak ini tau persis apa yang dilakukannya. Apa mungkin Ia keturunan tabib sakti atau menemukan buku kuno pengobatan. Tetua Li berspekulasi dalam pikirannya.
"Paman Tong, bawakan semua akar alang itu." Tong Dji yang sedang memotong akar alang mengumpulkan semuanya lalu membawanya. "Paman, ketika aku membuka tutupnya, lemparkan semua itu dengan cepat." ucap Lin Chen lagi.
Lin Chen membesarkan api ke tingkat maksimal, lalu membuka tutup panci dan menutup nya kembali dengan cepat tepat setelah semua akar alang masuk.
"Selesai." sejam kemudian Lin Chen mengecilkan api dan membuka tutup panci. Aroma herbal yang sangat kuat mulai menyebar dan menusuk hidung, aroma kuat ini berputar-putar di dalam klinik. Rasanya sangat tidak nyaman.
Di luar pintu dua orang tampak serius melihat ke dalam. Satu tatapan mata kagum dan penasaran, satunya lagi menatap dengan lembut dan cemberut.
"Paman Tong, bisa panggilkan tuan Lu ke sini?"
"Aku di sini" dari arah pintu, tuan Lu masuk bersama Lu Jiayi yang memang sudah ada di sana sejak tadi. "Ingat, jangan katakan apa-apa atau aku akan menyuruhmu pulang." tuan Lu mengancam cucunya yang hanya dibalas oleh Lu Jiayi dengan anggukan pelan.
"Oh tuan Lu, aku akan mengobati anda." Lin Chen meminta tua Lu untuk duduk lalu mengambil semangkuk herbal yang masih mendidih kemudian memotong sedikit jamur api dan memasukkan nya ke dalam mangkuk dan menyodorkannya kepada tuan Lu.
Sekujur tubuh tuan Lu bergetar, Ia menggertakkan giginya menahan panas yang terus bergerak dalam tubuhnya. "Paman Tong, bantu tuan Lu membuka bajunya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Hajto Tng
pusing bacanya. skip dulu.
2023-11-25
3
alexander susanto
Merk Teh 🤣🤣🤣🤣
2023-09-15
2
Zoelf 212 🛡⚡🔱
ko
2023-09-14
1