Bab 11

...****************...

Sudah satu jam berlalu, tapi Sandra masih belum menemukan petunjuk apapun. Dia kesana kemari mencari bukti dan cctv.

Tapi sialnya, cctv tiba-tiba rusak. Ada satu cctv yang menangkap jejak Jihan, tapi itu hanya saat Jihan lewat saja.

Sandra tidak menemukannya.

Sedikit frustrasi, Sandra mencoba untuk tetap tenang. Dia duduk menyendiri di pinggir jalan, menenangkan dirinya sendiri.

Sandra tau, dia dalam kondisi yang tidak fokus sekarang, sebabnya jelas karena dia khawatir dengan Jihan.

"Rafael kepada Kapten."

Sebuah suara yang akrab dan familiar terdengar di telinga Sandra.

"Katakan."

Sandra memijit kepalanya.

"Maaf, untuk sekarang kami belum bisa menemukan apapun."

"Yah, lanjutkan."

Sandra menarik napasnya dalam-dalam. Rencana penculikan ini benar-benar disusun sangat rapi, dipersiapkan dengan sempurna.

Ini dilakukan bukan oleh orang biasa, bukan pula orang miskin.

Sandra yakin, ada banyak hal yang melatarbelakangi kejadian ini. Seluruh gerakannya terorganisir dengan rapi, ini bukan pekerjaan seorang amatir.

Sandra yakin, bahwa penculikan itu benar-benar terjadi dari rute seperti biasa Jihan pulang.

Tanpa jejak.

Bahkan nomor yang coba Rafael lacak juga tidak menghasilkan apa-apa.

Sandra benci ini.

Ini mengingatkan Sandra kembali pada kasus kecelakaan orang tuanya. Sandra tau bahwa itu bukan kecelakaan biasa, ada sabotase dari sekelompok orang untuk melenyapkan ayahnya. Dan jejaknya hilang begitu saja seperti tertelan bumi.

Sama seperti saat ini, ini bukan penculikan biasa, ada tangan-tangan profesional yang bergerak disini. Itu artinya sang penculik tidak hanya melakukan kejahatan yang sama sekali, tapi sudah berulang kali.

Mereka sudah tau gerakan polisi dan detektif, jadi mereka melakukannya dengan sempurna, tanpa celah.

"Apa sekarang pekerjaan detektif hanya tidur?"

Sandra segera membuka matanya, tepat di depan matanya sudah berdiri Gerald dengan seragamnya yang lengkap.

Sedikit terkejut, Sandra duduk dengan tegap. Dia baru sadar bahwa dia masih memakai maskernya. Dia jadi lebih percaya diri berbicara dengan Gerald. Dan dia masih memakai masker dan pengeras suara yang mampu merubah suaranya.

"Senang bertemu dengan anda lagi Irjen. Ini kali kedua kita bekerjasama."

Sandra menatap Gerald serius.

"Kerjasama ya? Benar. Maafkan kebodohan kami di misi masa lalu, sekarang kami akan lebih bekerjasama lagi."

"Baguslah kalau anda sadar hal itu benar. Tidak ada tindakan yang lebih keren daripada mengaku kesalahan."

"Terimakasih. Kasus ini cukup rumit ya? Pelakunya sepertinya orang kaya, bukan sembarang orang."

"Iya, ini pertama kalinya saya mengurus kasus yang sulit seperti ini. Sangat terorganisir."

Sandra bangkit berdiri. "Karna anda mengurus hal-hal disini, saya akan pindah, kalau begitu saya permisi, silahkan bekerja lebih keras lagi."

Sandra pergi begitu saja, dia tidak ingin bermain persahabatan antara detektif dan polisi sekarang. Dia hanya ingin segera menemukan Jihan. Lebih cepat lebih baik, setidaknya Sandra ingin tau bahwa Jihan baik-baik saja.

...****************...

"Berapa persen kemungkinan korban masih selamat?"

Sandra bertanya menatap satu per satu ke arah para bawahannya.

Kali ini, Tim YK71 sedang melakukan rapat serius, yang di pimpin oleh Sandra.

Sandra berdiri di depan dengan papan tulis putih yang sudah tercoret-coret oleh spidol yang dia genggam.

"Kemungkinannya masih 80 persen, mengingat motif dasar penculikan ini adalah untuk menodai Jihan, bukan untuk membunuhnya."

Sandra kembali menjelaskan dengan profesional.

Dia hebat.

Dia tegar.

Dia kuat.

Padahal rasanya badannya ingin bergetar, kakinya ingin terjatuh lemas saat mendengar kondisi Jihan sekarang.

"Apalagi penculikan ini direncanakan sebaik mungkin, menghilangkan jejak, memblokir jalan detektif dan polisi. Jelas mereka nggak akan membunuh Jihan begitu saja. Dengan usaha semaksimal ini, mereka akan merasa rugi jika langsung membunuh Jihan setelah menangkapnya."

Tambah Hainry. Tidak sia-sia detektif tampan ini bergadang semalaman menatap bukti, menulis coretan-coretan spekulasi yang tertoreh di catatan pribadinya.

"Masuk akal, itu artinya kemungkinan Jihan masih hidup tinggi." Fladilena mengangguk mengerti, setidaknya dia yakin usaha mereka saat ini bisa menghasilkan hasil yang cukup maksimal.

"Dan, Jihan itu adalah talent model. Setelah tamat sekolah, dia bilang dia akan masuk sekolah model. Dan ada beberapa orang yang tertarik dengan Jihan. Dia cantik, seksi, perawan dan berbakat, incaran bagus untuk jajaran direksi yang gila. Jadi aku simpulkan, kita akan membuat banyak tersangka. Rafael."

Sandra tampak serius sekarang, Tim detektif yang biasanya dipenuhi canda dan tawa, sekarang mulai lebih serius. Hainry bahkan tidak berani mengeluarkan celotehannya yang tidak penting.

Rafael mengambil laptopnya, dia menjelaskan dan memaparkan beberapa foto di infocus yang ada di depan.

"Aku punya banyak tersangka, tapi untuk sekarang kita akan fokus pada orang-orang ini lebih dulu. Dia Petter, pemilik agensi model tempat Jihan latihan, konon katanya dia pria yang paling setia, dia sangat mencintai istrinya. Dia Dewa, Manajer di agensi itu, dia playboy. Dia Raizel, asistennya Petter, dia tidak terlalu kaya, tapi orang gila bisa melakukan apa saja kalau sudah terobsesi atas nama cinta. Dan terakhir, ini Ben--Dia bajingan vulgar yang sangat kaya, investor tetap dan utama di agensi model itu."

Sandra menjelaskan sembari menggeser foto-foto mereka ke kanan dan kiri, menunjukkan detail informasi yang sudah Rafel dapat soal tersangka ini.

"Ob? petugas kebersihan, atau siapapun? Kita bisa mencurigai mereka kan Mbak? Seperti yang Mbak bilang kalau orang gila sudah terobsesi dia bisa melakukan apa saja." Kandri mengangkat tangannya, menanyakan pertanyaan yang ada di kepalanya.

"Itu benar, tapi kalau yang melakukannya mereka, mungkin waktu penculikannya adalah saat Jihan pulang dari latihan menjadi model, mereka tidak akan repot-repot menunggu Jihan pulang sekolah. Dan lagi, penculikan ini direncanakan secara terorganisir, ini bukan tingkah satu orang gila. Semuanya dipersiapkan dengan sempurna. Aku yakin, mereka juga memperhitungkan jam berapa Jihan pulang sekolah."

"Itu benar, para penculik ini pasti sudah mengawasi Jihan sejak lama, dan hapal pada setiap kegiatan Jihan, itulah kenapa mereka memilih hari Rabu untuk menculiknya, karna hari Rabu Jihan ada jadwal ekstrakulikuler voli, yang membuatnya pulang lebih sore dan sendirian." Tambah Hainry, selain informasi yang Rafael berikan, Hainry juga mencari informasi lainnya sendirian.

Hainry itu cerdas, jenius dan bijaksana, dia memang mendadak bodoh kalau itu soal Sandra.

"Jadi kita mengesampingkan dulu orang-orang seperti mereka. Tapi tetap melakukan pengawasan pada mereka, mungkin saja mereka terlibat." Fladilena menulis banyak hal di catatan pribadinya, dia memang suka menyatukan detail kecil, mengumpulkan benang merah dan merajutnya menjadi sebuah jawaban adalah cara kerjanya.

"Bagi tim ini menjadi empat, Tim ku akan menyelidiki Ben, Tim Fladilena Menyelidiki Petter, Tim Hainry mengawasi Raizel, dan Kandri mengawasi Dewa. Seperti sebelumnya, kalau ada informasi tambahan, beritahu Rafael, agar Rafael yang menyebarkannya."

Sandra menutup rapatnya. Kali ini, dia berharap dia beruntung bahwa satu dari mereka benar-benar adalah dalangnya.

Terpopuler

Comments

Dania🌹

Dania🌹

🥺🥺🥺🥺deg deg an

2022-12-01

1

Ana

Ana

semoga cepat ketemu 🥺aku deg degan nih, beneran deh bacanya tuh spot jantung 😁 next kaka💪🥰 semangat

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!