Bab 14

Note: Mengandung kekerasan fisik dan mental. Tidak untuk ditiru. Ini hanya cerita fiksi..

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seorang gadis tengah meracau kacau, melirih pedih di atas kasur dengan tangannya yang di rantai. Dia hanya mengenakan selimut sebagai kain penutup tubuhnya, dengan luka di seluruh badannya, banyak tertinggal jejak kecupan menyedihkan disana.

Dia adalah Jihan. Jihan sudah berbaring lemas dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

Terlihat bekas lingkaran merah di kedua tangannya, karna rantai yang begitu kuat. Wajah Jihan kacau, mentalnya mungkin tidak baik-baik saja.

Sudah satu minggu sejak Jihan diculik, sudah satu minggu juga dia menjadi budak pemuas nafsu pria yang kini duduk di sofa sembari menyesap rokoknya tanpa rasa bersalah.

Dia adalah Levan.

Levan terus menatap Jihan yang menangis melirih minta dilepaskan. Sudut bibir Levan tertarik, dia suka melihat pemandangan ini, dia suka melihat Jihan gadis sombong yang sudah dia incar selama ini terikat di rantai dengan suara tangis yang tak henti.

Levan suka melihat jejak dirinya ada pada Jihan, tapi Jihan merasa jijik dengan dirinya yang memiliki tanda dari Levan.

Levan memadamkan api rokoknya, dia berjalan mendekat ke arah Jihan. Jihan mundur seketika, hingga punggungnya menemukan penghalang di belakangnya.

Jihan takut, badannya gemetar, jantungnya berdegup tidak karuan, ini bukan cinta, ini gila, ini penyiksaan.

Jihan membeku, air matanya semakin deras mengalir disaat Levan mendekatkan wajahnya.

Dia gemetar

Sesak

sulit baginya untuk bernapas.

Jihan ingin mati. Dia ingin mati meninggalkan tubuh yang hina dan kotor ini.

"Syukurlah kau masih perawan sayang, jika kau sudah tidak perawan, aku pasti akan membunuhmu di hari pertama aku menyentuh mu."

Levan menyentuh Jihan dari pelipis hingga bibir, dia puas melihat jejaknya ada dimana-mana.

Tapi Jihan diselimuti ketakutan yang tiada hentinya, rasanya matahari sudah menjauh darinya, takdir baik menolak berbalik padanya.

Siapapun tolong aku!

Gadis 17 tahun itu ketakutan setengah mati. Senyum Levan benar-benar mengerikan.

Jihan paling takut pada Levan.

Jihan menjadi budak pemuas nafsu Levan selama satu Minggu terakhir, jika Jihan tidak bebas mungkin dia akan selamanya seperti ini.

Tidak mau!

Jika itu terjadi, Jihan memilih mati.

"Aku mohon ... lepaskan aku." Jihan melirih dengan seluruh tubuhnya gemetar hebat. Ketakutan akan bayang-bayang Levan, rasa menjijikan yang datang setiap Levan menyentuh kulitnya.

Sekali lagi, Jihan berharap dia mati saat itu juga.

"Mana boleh aku lepaskan begitu saja, kalau ku lepaskan kau akan menjauh dari ku, kau kan gadis yang sombong."

Levan menyentuh leher hingga wajah Jihan. Menyentuh dengan tatapan vulgar penuh hawa nafsu. Nafsu birahi yang berapi-api terlihat jelas di mata Levan saat ini.

Jihan tidak berdaya.

"Bunuh aku, tolong bunuh saja aku. Kematian jauh lebih baik dari ini."

Tidak ada secercah harapan. Jihan tau siapa yang menculiknya, dia adalah Levan Andrafana. Dan sesuai yang Jihan tau, keturunan keluarga hebat ini pasti memiliki power Yang hebat pula.

Jihan tidak akan lepas begitu saja.

Masa depannya hancur, hidupnya kacau, dia sudah di tepi jurang, atau bahkan sudah di dalam jurangnya.

"Membunuh mu? Aku tidak mau, aku tidak suka berhubungan badan dengan mayat."

"kau stress sekarang, ayo merokok dulu."

Levan menyeringai bangga. Dia menyalakan rokoknya lagi, memaksa Jihan untuk menyesapnya.

"Cuih!"

Jihan meludahi Levan.

"Tidak sudi!"

Jihan menatap benci padanya, benar-benar sangat benci hingga jika Jihan memegang belati, dia dengan berani akan menusukkannya di paru-paru bajingan ini.

"Oh kau mulai berani ya? Tidak masalah, aku suka gadis penurut, tapi kalau sesekali melawan dan galak boleh juga."

Levan bangkit dari kasurnya, dia mengambil botol alkohol yang tadi ada di meja. Levan dengan senyuman sumringahnya kembali mendekati Jihan.

Jihan membeku.

Tidak lagi.

Jihan tidak mau diperlakukan seperti binatang lagi.

Tidak Sudi!

"Ja-jangan! Ja-jangan! Saya enggak mau!!!"

Jihan menggeleng keras, dia menutup rapat akurat bibirnya, dia juga menggigit lidah dan bibirnya sampai berdarah, padahal luka akibat gigitan kemarin malam belum sembuh, tapi Jihan melukai dirinya lagi.

Jihan sangat takut.

Jika iblis itu ada, maka untuk Jihan itu adalah Levan. Atau mungkin Levan itu lebih dari iblis.

Levan awalnya ingin mencekoki Jihan dengan alkohol, tapi dia punya ide gila lagi. Dia menuangkan alkohol di seluruh tubuh Jihan.

Dan sialnya, senyuman gila Levan benar-benar mengerikan untuk Jihan.

Saat ini ...

Dibanding mendengar tawa Levan, akan lebih baik jika Jihan mendengar lonceng kematian saja.

"Lepaskan saya ...!"

"Tidak mau ...."

GUBRAKK!!

Pintu di dobrak dengan kasar.

"Angkat tangan mu atau kau akan di tembak."

Ada beberapa anggota Detektif berlambang YK yang masuk dengan paksa tadi, menangkap basah Levan yang sedang melakukan kekerasan seksual pada Jihan.

"Jihan!"

Sandra menatap Jihan tidak percaya, salah satu detektif yang menerobos masuk adalah Sandra yang masih mengenakan seragam detektif lengkap dengan penutup wajah.

Levan ingin menggunakan kesempatan itu untuk kabur, tapi ...

"Bajingan!!" Hainry langsung mengunci pergerakan Levan dengan cepat. Levan si anak manja tidak ada apa-apanya dengan kemampuan Hainry. Bela diri Hainry termasuk kemampuan jenius.

Hainry dan anggota YK yang pria membalikkan wajahnya agar tidak melihat Jihan.

Ck!

Benci

Amarah

Dendam

Sakit hati

Semuanya bercampur di dalam hati Sandra, dia berjanji akan menghukum Levan seberat-beratnya.

Hatinya seolah tertusuk ribuan jarum yang tajam ketika melihat Jihan lemas tak berdaya dengan seluruh luka di badannya. Apalagi sampai sekarang Jihan masih di rantai.

Sandra segera membuka paksa rantai itu, mengambil pakaian yang bisa Jihan kenakan.

"Saya ... takut." Jihan memeluk Sandra dengan erat, suaranya begitu mengiris hati siapapun yang mendengarnya.

Sandra bahkan tidak berani membayangkan apa yang sudah Jihan hadapi satu minggu terakhir.

Setakut apa dia.

Bagaimana caranya bertahan dari iblis mengerikan seperti Levan.

"Astaga, kenapa kalian suka sekali mengganggu kesenangan orang?" Ujar Levan lantang bahkan dengan posisinya yang sudah di borgol oleh Hainry.

"Tutup mulut mu, aku tidak pernah bilang binatang boleh menggonggong sekarang." Hainry menatap Levan dengan tajam, sangat dingin dan mengerikan, jelas terlihat kebencian yang amat besar disana.

"Kalian ini para detektif rendah tidak tau diri, berapa sih harga kalian? Berapa kalian di bayar untuk mengganggu kesenangan ku sekarang? Aku akan membayar kalian dua kali ah tidak, sepuluh kali lipat. Asal kalian tau, aku ini Levan Andrafana, cucu dari Gheobalt Andrafana, anak dari Leon Andrafana, dan yang terpenting sekarang, aku adalah adik dari Irjen Gerald Andrafana. Mau kalian menangkapku, atau apapun itu, pada akhirnya aku akan tetap bebas karena aku punya kakak yang hebat yang bisa membebaskan ku kapan saja. Jadi sekarang, lebih baik kalian lepaskan aku, biarkan aku bersenang-senang la--"

Bukh!! Bukh!! Bukhh

Sandra menghajar habis Levan, menendang, memijak wajahnya sampai babak belur. Hingga ada banyak darah yang Levan keluarkan dari bibir dan hidungnya.

Meski begitu!

Meski begitu ...!

Sandra masih sangat tidak puas.

Apapun yang Sandra lakukan, seberapa keras Sandra menghajar Levan, itu tidak akan sebanding dengan luka fisik dan mental yang Jihan rasakan.

...****************...

Note: Tidak untuk ditiru ya! Cerita ini hanya fiksi belaka.

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

haduhhh ...ngeri

2024-04-12

0

Fitri ainin Ainin

Fitri ainin Ainin

sampai bab ini masih bagus

2023-10-29

0

Dania🌹

Dania🌹

bagus sandra hajar terusss😠😠😠

2022-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!