Bab 6

Enam tahun yang lalu ....

Gerald baru saja pulang dari pelatihannya, dia masih seorang brigadir kala itu. Dia masih hidup bergantung dengan sang ayah, dan nama baik yang ayahnya punya.

Gerald turun ke bawah setelah dia mendengar keributan yang tidak ada henti-hentinya di aula bawah. Padahal pria itu sedang belajar dan berlatih mati-matian demi menjadi yang terbaik.

"Dia menjebak ku! Dia meminta temannya menodai ku!"

Teriakan Sandra menggema di seluruh ruangan, dengan tangannya menunjuk ke arah Levan yang kala itu juga masih kuliah.

"A-apa maksud mu! Mana mungkin aku menjebak kakak sepupu ku sendiri, kau gila ya?Walau kau bodoh, tapi kau juga Andrafana, jadi aku tidak akan mungkin melakukan kesalahan yang bisa merusak Andrafana!"

Sangkal Levan dengan nada yang lebih tinggi.

"Tapi itulah faktanya, kau memang menyuruh teman mu untuk menodai ku kan?! Aku hanya mencoba melindungi diriku sendiri!"

Sandra membela dirinya mati-matian. Tapi tidak ada satupun yang membelanya, tidak satupun mereka berdiri di pihaknya.

"Dengan mendorong teman Levan jatuh dari lantai dua? Sandra, tidak ada yang bisa mempercayai kata-kata mu. Sekarang cepat mengaku dan akan ku selesaikan dengan cara ku."

Desak Kakek Gheobalt dengan pandangan yang lebih dingin.

"Aku bilang, aku melindungi kehormatan ku!"

Sandra sama sekali tidak ingin mengaku salah, jelas terlihat dari matanya bahwa dia percaya dan yakin apa yang dilakukannya adalah benar.

"Tapi Kau tidak punya saksi atau bukti! Seluruh pelayan hotel saja bilang kalau dia tidak mencoba menodai mu, melainkan menolong mu, tapi kau malah mendorongnya dari lantai dua?! Kau gila?! Kenapa kau lakukan itu? Apa karna dia adalah teman ku?! Kau sungguh sepupu yang penuh iri dengki!"

Levan semakin mendesak Sandra. Dan sialnya apa yang Levan katakan benar soal pelayan hotel yang juga ikut berbohong demi mungkin segepok uang?

"Dasar kau! Mengaku atau keluar dari rumah ini?"

Kakek semakin tajam.

"Untuk apa mengakui kejahatan yang tidak pernah aku lakukan? Jalanan jauh lebih baik dibandingkan rumah mewah dengan orang-orang yang tidak mempercayai mu."

Sandra juga semakin keras. Sandra masih muda kala itu, dia begitu keras dengan ajaran kebenaran yang ayahnya tanamkan.

Sandra pergi meninggalkan rumah itu begitu saja, tanpa keraguan di setiap langkahnya. Tidak ada tanda-tanda Sandra akan memutar balik langkahnya.

"Ck sial! Aku akan mengurus ini sendiri, jangan ikut campur."

Gheobalt bersiap pergi, sepertinya dia punya banyak kesibukan setelah kejadian yang menimpa kedua cucunya.

"Ayah harus menyelesaikan masalahnya, aku tidak mau masalah Sandra akan mempengaruhi kenaikan jabatan Gerald."

Desak Leon, kala itu dia masih mencoba memahat sang anak untuk menjadi apa yang dia inginkan.

"Aku juga tau, masa depan Gerald cerah. Tidak akan ada yang bisa membuatnya gelap, bahkan Sandra sekalipun."

Kakek pergi dari sana, mungkin dia sudah tau ingin bertemu siapa dan merencanakan apa.

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

Gerald melangkah mendekat ke arah Levan yang masih muda. Gerald tau, adiknya ini adalah orang yang brengsek, suka berbicara, suka minuman dan judi. Tapi apa dia memang setega itu menjual kakak sepupunya sendiri?

"Aku bilang Sandr--"

Bukh!

Gerald memukul Levan tepat di wajahnya, tatapannya tajam penuh amarah.

"Yang aku inginkan adalah kebenaran, bukan penjelasan."

"Iya! Memang teman ku ingin menodainya? Lalu kenapa? Waktu itu aku hanya iseng memanggilnya ke hotel, aku nggak tau kalau teman ku mabuk dan malah bernafsu pada Sandra!"

Bukh! Bukh!

"Bajingann!!!"

Seketika amarah memuncak di kepala Gerald, dia menghajar habis adiknya itu. Sesak di dada tiba-tiba muncul dan ingin Gerald lampiaskan secara membabi buta terhadap adiknya.

Gerald harus mengajari Levan lagi, arti dari menghargai seorang wanita.

"Kalau kau sudah selesai memukulnya, kau bisa pergi ke atas belajar dan berlatih lagi."

Leon tampak tidak peduli, entah apa yang anaknya lakukan benar atau salah.

Gerald terdiam membeku di tempatnya, kepalanya tiba-tiba terasa kosong. Dia tau ayahnya adalah orang yang keji, tapi dia tidak tau bahwa ayahnya akan tega berlaku seperti ini pada Sandra, yang notabene-nya keponakan sendiri?

"Ada apa? Kau ingin melaporkan adik mu dan memenjarakannya? Jangan gila Gerald, aku dan kakek mu sedang berusaha mati-matian untuk mengurus kasus ini agar semua berakhir damai dan kau bisa tetap menjadi seorang Jendral nantinya."

Tambah Leon lagi tanpa rasa bersalah.

Bibir Gerald kelu, pandangannya kosong, dengan langkah perlahan dia kembali ke kamarnya. Ingatannya memutar wajah dan ekspresi Sandra di tengah aula tadi, suaranya yang lantang masih bergema di telinga Gerald.

Sesak di dada yang tidak bisa dia lampiaskan, kemarahan yang tertahan di ujung lidah, amarah yang memuncak semakin memanas, rasa bersalah yang menumpuk di pundaknya, tahun demi tahun tidak pernah hilang.

...----------------...

"Tapi ... Ada apa? Kenapa mendadak kau peduli pada ku?"

Sandra melirik Gerald aneh, dia mencium bau-bau tidak beres sedang terjadi disini.

"Bukan peduli padamu, aku hanya peduli pada diri ku sendiri, kalau ayahku melakukan hal bodoh, aku juga yang akan kena getahnya."

Gerald mengalihkan pandangannya, ada banyak perkataan yang ingin dia sampaikan pada Sandra, tapi semuanya tertahan di bibir yang bergetar.

"Oh ya, aku dengar kau sudah menjadi seorang Irjen, selamat ya."

Sandra mengalihkan topik saja. Tapi, mengingat Gerald tidak membahas soal detektif, atau bertanya hal aneh pada Sandra. Sepertinya Gerald benar-benar tidak mengenali kalau kapten Tim YK71 yang beraksi malam itu adalah Sandra.

"Ya, jadi? Kau ingin aku turunkan di halte ini?"

Gerald menghentikan mobilnya, tepat di depan sebuah halte yang kosong dan sepi.

"Ya, nanti teman ku bakal jemput kok."

Sandra turun dari mobil Gerald.

"Makasih tumpangannya."

Sandra melambaikan tangannya ramah, dengan wajah penuh senyuman bahagia.

Ck sial!

Tiba-tiba wajah Sandra yang saat ini tersenyum tumpang tindih dengan wajah Sandra enam tahun lalu, yang meneteskan air mata, tapi masih bisa berbicara lantang membela dirinya sendiri.

Gerald menutup kaca mobilnya, pergi menjauh sejauh-jauhnya.

Pada akhirnya aku nggak mengatakan apapun padanya. Pada akhirnya aku memang seorang pecundang.

Gerald memukul stir mobilnya. Padahal sudah enam tahun berlalu, tapi Gerald masih belum bisa mengakui kesalahannya sendiri, meminta maaf pada gadis yang tidak bersalah.

Jika bukan karna aku, maka mungkin Sandra tidak akan pergi dari rumah, Kakek akan membuktikan kebenarannya.

Kalau dulu aku memenjarakan Levan, apa yang terjadi ya?

Meski enam tahun sudah berlalu, rasa bersalah itu masih melekat erat di badan Gerald, Dia ingin menebus itu, tapi tidak tau caranya. Sempat terpikir di benak Gerald untuk memenjarakan sang adik, tapi ada banyak pertimbangan yang masuk dikepala Gerald.

Mungkin jalan ku menjadi penerus Andrafana akan putus?

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

akhirnya...ttp masa depan diri sendiri yg utama. perkara berlumur darah dan air mata org lain, masa bodo

2024-04-20

1

Dania🌹

Dania🌹

ngeri hidup diantara Sultan yg menjunjung derjat jabatan kekuasaan dunia😱🥺🥺

2022-12-01

1

Ana

Ana

kenapa ya selalu memperebutkan kan kekuasaan, selalu memandang sesuatu kecil, padahal apapun pekerjaannya yang penting bermanfaat, gerald kamu pun sama saja 😔

2022-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!