Bab 4

...****************...

Sandra keluar dari ruangan kakek, sepertinya kakek pusing lagi dibuat Sandra, tapi gadis itu tidak peduli, dia masih tidak tertarik untuk berebut hak waris keluarga Andrafana.

Sandra berdiri di depan lift, menunggu untuk pintunya terbuka.

"Oh astaga siapa ini? Keponakan ku yang manis?" Celetuk perempuan berusia 45 tahun itu, namanya Claudia, dia anak terakhir kakek Gheobalt, bibinya Sandra.

"Halo Bi, lama nggak ketemu, senang ketemu bibi." Sapa Sandra hangat, dia masuk ke dalam lift yang sama dengan Claudia, walau dia tau dia pasti akan dihina habis-habisan.

"Keponakan ku yang satu ini masih suka berkata hal-hal manis, jadi apa yang seorang guru lakukan disini?" Jelas sekali, nada Claudia penuh penghinaan.

"Dipanggil kakek, diminta untuk kerja dikantor." Tapi Sandra masih tetap tenang. Dia tidak tertarik untuk bertengkar hanya karena masalah sepele.

"Kau terima?" Claudia mengernyitkan dahinya, dia menunjukkan ketidaksukaannya dengan jelas.

"Aku tolak, aku rasa kantor dan aku enggak cocok. Aku nggak punya bakat di dunia perkantoran." Sandra menjawabnya dengan tersenyum.

"Haha, keponakan kecil ku memang suka bercanda. Memang enggak mudah untuk kerja di kantor Andrafana, kalau dilihat-lihat Sandra memang cocok jadi guru saja."

"Kan...? Saya juga merasa begitu."

"Soalnya sebagai Andrafana, Sandra sama sekali gak berbakat sih. Padahal semua anggota keluarga Andrafana memiliki bakat alami biasanya. Oh atau jangan-jangan, Sandra bukan anak keturunan Andrafana? upsss ...!"

Sandra sudah biasa sih dihina, tapi rasanya hinaan yang ini begitu menusuk tepat di dadanya, karna penghinaan ini bukan hanya jatuh pada dirinya melainkan juga pada sang ibu. Pernikahan sah dan cinta ayah-ibunya kini sedang dipertanyakan.

"Walau saya nggak berbakat dalam banyak hal kayak Andrafana lainnya, saya punya kemampuan untuk mukul orang kok Bi, minimal sampai bibir-nya robek, atau giginya terlepas. Apalagi memukul orang yang nggak bisa menjaga mulutnya." Sandra melirik sinis sang bibi, senyuman palsu yang tadi dia tampilkan mendadak hilang begitu saja.

"Upss, Sandra harus terlihat kalem. Cobalah lihat Ecalica dan belajar darinya, dia masih muda tapi sudah menjadi artis terkenal, memenangkan banyak penghargaan, bisa menjaga sikap, anggun, elegan dan selalu berkelas. Yah, itu pesan bibi, sampai jumpa."

Claudia tersenyum sinis, dia keluar dari lift itu dengan tertawa pelan. Claudia memang suka mengganggu Sandra sejak kecil, terutama sejak kedua orangtuanya sudah meninggal. Dibanding mengambil peran seorang bibi dan merawat Sandra, Claudia lebih memilih membesarkan Sandra dengan banyak hinaan.

"Hah, udah ku duga pergi ke tempat ini cuma bakal bawa masalah dan petaka, lebih baik aku disekolah melihat anak-anak itu yang mengeluh karna pr, atau bermain dengan anak-anak YK jauh lebih menarik."

Sandra menghela napasnya, padahal dia hanya berbicara, tapi rasanya tubuhnya sangat lelah.

Ada misi kah hari ini?

Sandra mengambil ponselnya, mengirim pesan singkat bertanya pada Fladilena--sahabat sekaligus anggota Tim YK71 yang bertanggung jawab menerima kasus dan permintaan klien.

Sandra memasang maskernya saat dia bersiap menuju pintu luar, supaya tidak ada yang mengenalinya, memang tidak semua, tapi ada beberapa orang di kantor ini yang tau bahwa Sandra adalah Andrafana. Sandra tidak ingin ribet, jadi menyembunyikan wajahnya adalah pilihan terbaik.

Sandra melihat di parkiran sudah ramai para reporter yang menghujani Gerald dengan pertanyaan.

Sandra melirik Gerald sebentar, tapi ternyata Gerald juga meliriknya, kedua pasang mata itu saling bertemu. Tapi tidak ada hal yang terjadi berikutnya.

Sesuai dugaan, Gerald mana mungkin tau aku detektif YK71

Sandra mempercepat langkahnya, menjauh sejauh-jauhnya dari kakak sepupunya yang sangat terkenal.

...****************...

"Kalian masih anak remaja, bagaimana bisa kalian melakukan kejahatan seperti ini? Jangan bilang cita-cita kalian ingin menjadi seorang kriminal?" Sandra duduk seperti sang penguasa, di hadapan dua bocah lelaki yang berlutut di depannya, dengan tangan mereka yang terborgol di belakang.

Dua bocah laki-laki itu adalah penjahat yang Sandra tangkap setelah mereka mencuri sebuah tas ibu-ibu di jalan. Ibu itu menghubungi Tim Sandra karna di dalam tasnya ada banyak berkas penting, jika bukan karna berkas itu, sang ibu pasti tidak perlu repot-repot menghubungi Tim detektif terkenal seperti YK71.

"Laper Mbak, Mbak mana tau rasanya gak makan dua hari kan?" Bukannya merasa bersalah, bocah itu bahkan melawan kata-kata Sandra.

"Jadi rasa lapar itu membenarkan untuk mencuri?"

"Iya, untuk anak jalanan yang nggak punya orang tua seperti kami." Jawab bocah itu santai.

"Kalau kalian punya rumah, tidak kelaparan, apa kalian tidak akan mencuri?"

"Ya, jelas kami nggak bakal mencuri lah, kami mencuri cuma buat makan. Mbak pikir kami orang jahat?"

"Kalau begitu tolong tepati janjinya ya." Sandra mengusap kedua kepala bocah itu lembut, mereka masih anak-anak, tapi sudah harus berjuang hanya untuk sesuap nasi?

Dunia ini kejam.

Sandra tau itu, saat semakin banyak permintaan kasus yang datang padanya. Semakin lama, Sandra semakin banyak melihat manusia yang semakin hari seperti iblis.

"Kandri, tolong bawa mereka berdua ke yayasan kita, beri mereka pakaian, tempat tinggal, makanan, dan pendidikan yang layak." Sandra menatap kedua bocah itu dengan percaya.

"Kalian dengar bocah-bocah sialan? Jangan mencuri lagi, jadilah orang yang lebih berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Ayo ikut aku." Kandri menarik kedua anak itu pergi, sesuai perintah Sandra.

"Rivallie! Itu nama ku." Bocah berambut panjang dan bertindik di telinganya menatap Sandra percaya diri.

"Aram, itu juga nama ku. Kenapa nggak dari dulu aja kita ketemu, kalau dari dulu kami punya tempat tinggal, pakaian yang layak, makanan, dan pendidikan, kami nggak akan mencuri." Satu bocah lagi yang rambutnya di ikat menatap Sandra dengan percaya diri, ada aura kesombongan tersendiri yang Sandra rasakan dari dua bocah itu.

"Berisik bocah-bocah, sana pergi, saat kita bertemu lagi kalian harus hapal hukum Newton dan mengerti soal Teorema pythagoras, sin, cos, dan tangen." Sandra menggerakkan tangannya seperti mengusir, namun wajahnya tersenyum tipis.

"Hah?! Apa itu? Siapa yang punya nama aneh kayak gitu." Rivallie melongo heran, eskpresi bodoh dan polosnya jelas sekali terlihat disana.

"Itu bukan nama orang, mungkin itu nama cairan kimia." Timpal Aram mencoba berpikir sok pintar.

"Dibanding Matematika, mereka lebih bakat melawak sih San." Fledilena berusaha keras menahan tawanya, perutnya tergelitik mendengar jawaban anak-anak polos ini.

"Kalian akan mengerti kalau masuk yayasan, jadi ayo pergi." Kandri melepas borgol mereka, menuntun anak-anak itu untuk pergi.

Kandri bersama dua anak jalanan itu pergi ke yayasan. Semakin banyak misi yang YK71 terima, semakin banyak pula jenis manusia yang mereka lihat, yang paling banyak adalah anak jalanan yang tidak memiliki orang tua, tidak diterima di panti asuhan, hanya berusaha melakukan segala cara untuk bertahan hidup.

Makanya, Sandra membangun yayasan sendiri untuk menampung anak-anak jalanan yang dia temui.

"Kalau gitu Aku juga mau anter tas ini dulu, sekalian minta gaji. Aku duluan ya." Fladilena menepuk pundak Sandra, pergi meninggalkan markas mereka.

"Hati-hati Fla."

Sandra melambaikan tangannya pada Fladilena yang perlahan pergi menjauh.

"Hainry? Tumben nggak berkicau?" Sandra melirik Hainry yang sedari tadi ada disana, namun anehnya mulut yang selalu merocos itu mendadak diam.

"Hmm ...?" Hainry menatap Sandra frsutasi.

"Ada masalah apa?"

"Masalah besar."

"Apa?" Sandra berdiri, mendekati Hainry yang benar-benar terlihat lesu.

"Aku nggak tau nanti apa nama yang bagus buat anak kita. Punya saran? Aku udah mikirin beberapa sih barusan, Hasan juga bagus, gabungan Hainry-Sandra, tapi Sain juga bagus."

Tukh!

Sebuah pukulan keras berhasil Sandra daratkan di punggung Hianry.

"Sakit Weh ...!"

"Makanya jangan aneh-aneh, pikirin yang normal-normal aja bisa nggak?"

"Bisa normal, kalau anak itu udah lahir."

"Stress."

"Tolong rawat sampai tua dong, mode mohon nih."

Entah kenapa, rasanya tangan kanan Sandra seperti mengumpulkan kekuatan untuk memukul wajah orang tampan satu ini.

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

hain bucin kronis. smp darahnya jg bucin

2024-04-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣🤣 Ya salam Hainry ku pikir apa masalahnya 😂😂

2023-10-03

0

Dania🌹

Dania🌹

jodoh sandra bukan ya si hainry

2022-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!