Bab 9

...****************...

"Aku tau kau sudah bangun, jadi buka mata mu Hainry, keluar sana, aku harus pergi ke sekolah."

Sandra berdiri di sebelah sofa panjang tepat saat Hainry tidur tadi malam. Pada akhirnya karna Hainry memohon, Sandra membiarkannya untuk tidur di rumah ini, ya walau hanya tidur di sofa sih.

"Aku masih ngantuk, serius. Biarin aku tidur lebih lama oke? Aku nggak pernah tidur se-nyenyak ini, sofanya ajaib."

"Muka mu tuh ajaib, bangun sebelum aku siram!"

"Muka ku emang ganteng sih, masuk tujuh keajaiban dunia juga, jadi jangan heran, santai aja. Tenang, gen ganteng bakal aku turunin buat anak kita nanti."

"Bangun Hain, aku mau ke sekolah, udah terlambat."

Sandra masih melihat Hainry, matanya masih tertutup sempurna, tidak ada tanda-tanda akan bangun.

"Ya udah sih pergi aja, aku yang jaga rumah, aku bakal disini sampai kamu pulang."

"Hain, aku hitung sampe dua kalo kamu nggak bangun beneran aku siram loh."

Hainry membuka matanya secara perlahan, tepat di depannya sudah ada Sandra yang rapi dengan seragam gurunya, dia terlihat manis dengan kacamata hitam yang dia kenakan.

Hainry tersenyum bahagia. "Beneran defenisi bangun langsung semangat. Ini sih beneran masa depan terbaik."

"Berisik, sana keluar."

"Enggak, udah sana kalo kamu mau kerja ya kerja aja, aku masih mau disini. Aku cape San, tiga hari kerja nggak tidur."

Hainry menarik selimut yang Sandra berikan tadi malam, menutup seluruh badannya sampai leher.

"Emangnya kamu kerja apa?"

Sandra mengernyitkan dahi heran, Hainry memang sering tidak ikut rapat detektif, dia sering bolos dan bilangnya selalu ke luar negri, entah apa yang dia kerjakan itu.

"Luluhin hati kamu."

"Asli pengen ku getok kepala mu."

"Oh, atau kamu nggak mau pergi kerja karena nyaman sama aku? pengen selalu deket-deket sama ku?"

"Dih apaan, gara-gara kamu aku melanggar ajaran ayah aku. Kata ayah aku nggak boleh tinggal satu rumah sama pria yang bukan keluarga juga bukan suami! Aku nggak nyangka gara-gara kamu aku kecewain ayah aku yang ada di surga. Kayaknya tadi malam aku lagi nggak waras deh."

Sandra memijit kepalanya, padahal selama ini dia sudah menanamkan segala prinsip yang ayahnya ajarkan. Tapi dia melanggar satu prinsip itu dengan membawa Hainry masuk ke rumahnya bahkan sampai menginap.

"Bukan orang lain, tapi calon suami, udah terverifikasi nih, aman dan terpercaya, kalo nggak percaya coba nikah aja."

Hainry tersenyum percaya diri, mengundang kekesalan Sandra yang semakin menjadi-jadi. Sandra tidak suka marah pagi-pagi, tapi kalau lawan bicaranya Hainry, sulit sih mengendalikan emosi.

"Sana keluar!"

Sandra menarik selimut Hainry, tapi sialnya gadis itu dia malah tergelincir dan jatuh menimpa Hainry.

Mungkin ini yang namanya kesialan untuk Sandra, dan keberuntungan untuk Hainry.

Benar adanya, bahwa Hainry sedang bahagia di atas penderitaan Sandra, 'kan?

"Tuh kan, modus?"

Hainry melingkarkan tangannya di punggung Sandra, menaik-turunkan alisnya menatap gadis di hadapannya. Jarak antara wajah mereka sangat dekat, Hainry bahkan bisa mendengar hembusan nafas Sandra.

Bukh!

Sandra segera bangkit berdiri, dia menggunakan tehnik bela diri khasnya untuk lepas dari cengkraman srigala yang baru bangun.

"Jangan aneh-aneh, aku mau kerja. Sarapan di lemari, buruan sebelum dingin."

Sandra berjalan keluar.

"Iya istri ku, hati-hati di jalan ya." Hainry melambaikan tangannya dengan penuh senyuman.

Setelah pintu itu tertutup dengan sempurna, Hainry duduk menyandar di sofa, dia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.

"Sial, dia cantik banget. Hampir aja aku khilaf, untung punya iman yang kuat, kalau nggak pasti udah ku buat dia nggak bisa pergi kerja."

Hainry menghela napasnya, wajahnya memerah panas, ingatannya masih terpaku pada Sandra yang begitu cantik ada dalam pelukannya.

"Tapi kalau aku beneran khilaf, habis sudah, dia bakal benci aku seumur hidupnya kan? untung iman ku lumayan bisa diandalkan."

Pokoknya ...

"HARUS KU NIKAHI! APAPUN YANG TERJADI, HARUS KU NIKAHI!"

Ada kobaran api semangat yang datang tiba-tiba di hati Hainry. Dia kembali berbaring memeluk selimut Sandra.

"Harus ku nikmati, ini momen langka Sandra izinin aku tidur di rumahnya, biasanya baru satu dua jam di rumahnya aku udah di usir. Ini momen yang langka, aku tidur pake selimut Sandra! Oh ya, sarapan juga."

Hainry tersenyum manis seperti anak-anak, tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan kebahagiaannya saat ini. Dia mencintai Sandra lebih dari yang bisa orang lain pikirkan. Bisa mengenal dan ada di dekat Sandra adalah hal pertama yang selalu Hainry syukuri setelah dia bangun pagi.

....

Sandra sudah hadir di sekolah, pagi ini jadwalnya masuk di kelas IPA-5, Sandra suka masuk di kelas ini, karakteristik siswanya aneh-aneh, mereka nakal tapi juga bermoral, sulit dijelaskan. Sangat menguras emosi namun juga menarik.

Mabok apa aku kemarin malam malah izinin Hainry tinggal dirumah?

Sandra menghela napasnya, mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur memberinya izin. Hainry itu lelaki pertama yang menginap di rumah Sandra.

Kemarin malam mukanya kelihatan cape banget, aku jadi nggak tega mau ngusir.

Sandra memilih menyingkirkan pemikiran soal Hainry dan detektif dulu, dia masih harus menjalankan tugas di depan matanya, menjadi seorang guru yang teladan, yang berperan penting mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

"Jadi, soal nomor 1 dan dua, kalian bisa menggunakan segitiga Pascal, soal nomor dua pakai grafik atau tabel juga boleh."

Sandra baru selesai menjelaskan materi pada murid-murid IPA-5, meski wajah mereka seolah mengerti, Sandra yakin yang ada di pikiran mereka umumnya adalah bola, hp, dan hp.

"Ada yang mau ditanyakan?"

Sandra mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu murid-muridnya, ah tidak ada Jihan hari ini, dia tidak hadir tanpa keterangan.

Sandra mengunci pandangannya pada Aksa yang sedang bermain dengan pulpen. Mungkin dia sedang menjaga konsentrasi-nya agar pulpen di bibirnya yang mengerucut tidak jatuh.

"Aksa ada yang ingin ditanyakan?"

tukh...

Refleks kaget, pulpen itu jatuh. Sandra berusaha keras untuk biasa saja dan tidak tertawa, walau rasanya perutnya sedikit tergelitik.

Sandra memang sengaja memanggil Aksa, iseng semata.

"Bu, kapan nikah?"

Sangat out of the box sekali pertanyaan bocah ini, bisa-bisanya dia mengeluarkan pertanyaan absurd di jam belajar-mengajar ini.

"Mau di jemur?"

Sandra menyipitkan matanya, berusaha untuk terlihat sekejam mungkin.

"Saya serius Bu. Saya habis tamat ini bakal kuliah di London, Asrama pula. Saya mau hadir di pernikahan ibu, saya udah siapin kado dari sekarang."

"Real Bu, No fake fake!" Tambah yang lainnya menyetujui perkataan Aksa.

"Bu nikah-lah, minimal punya pacar gitu."

"Diam atau saya jemur kalian semua."

Sandra tidak habis pikir, bagaimana bisa anak-anaknya berpikiran begitu?

"Ibu~! Kami pengen jadi pengiring pengantin di nikahan ibu, nikah dong Bu."

"Nikah butuh dua orang, enggak bisa senidri."

Pada akhirnya Sandra tetap menjawab pertanyaan aneh murid-muridnya.

"Makanya carilah Bu, atau sama om saya mau nggak buk, ganteng Bu sumpah dah."

"Ka--"

*Tok tok tok

Suara ketukan pintu memotong ucapan Sandra, dia melirik ke arah seseorang yang mengetuk pintunya.

seorang pria tinggi dan tegap, berpakaian lengkap dengan seragam polisinya, tatapannya datar menuju ke arah Sandra.

"Ada apa ya Pak?" Sandra mengernyit penuh curiga, ada yang tidak beres.

"Permisi Bu guru, kami harus mendengar keterangan para murid ini atas hilangnya Jihan Gunawan, siswi kelas 12 IPA 5."

Terpopuler

Comments

Nuraishah❤💚

Nuraishah❤💚

iya... aku sokong!!!🥰🥰🥰fighthing Hain!!

2022-12-24

0

Dania🌹

Dania🌹

jihan korban penculikan bukan😱

2022-12-01

1

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

trnyata Jihan hilang toh .. pantas saja g msuk tanpa kterangan ???

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!