Bab 3

...****************...

"Siapa yang akan membawa anak itu?" Hainry bertanya pada Gerald.

Semuanya sedang sibuk sekarang, mereka merapikan dan mencari bukti di tempat kejadian perkara, menginterogasi beberapa penculik yang tampaknya bergerak secara terorganisir.

Misi penyelematan malam hari ini sukses besar karna usaha Sandra, dia pemeran utamanya malam ini.

"Kami akan membawa keduanya, sisanya akan polisi tangani." Gerald menjawab dengan datar, tidak heran, memang kepribadian Gerald seperti itu.

"Yah, tolong perlakukan kedua anak itu sama. Kar--"

"Karna mereka adalah korban. Aku paham, jadi jangan sok pintar di depan ku, kefatalan bagi mu jika mencoba mengajari ku."

"Begitu 'kah? Bukankah kalian harus belajar bekerjasama lagi dengan para detektif? Kalian sangat sombong, jika bukan karna kapten kami, pasti masalah besar sudah terjadi." Kekesalan masih Hainry rasakan, karna gerakan tambahan yang tidak direncanakan itu. Syukurlah Sandra tidak terluka, dan para korban juga selamat dengan aman.

"Aku mengakui itu, bahwa kapten kalian memang benar-benar orang yang hebat. Jadi diamlah, dan ini bayarannya." Gerald memberikan sebuah koper hitam yang Hainry yakini semuanya berisi uang.

"Yah, senang berkerjasama dengan mu, Pak Irjen Gerald Andrafana yang hebat." Hainry tersenyum manis menerima uang itu. Senyuman manipulatif yang sengaja Hainry tampilkan, agar Gerald tidak memandangnya sebelah mata.

Gerald diam sebentar, dia hanya terus fokus menatap Sandra yang sedang menjelaskan situasi dan apa yang terjadi pada timnya.

"Kapten kami ... dia itu tunangan ku, jadi berhenti menatapnya seolah ingin memilikinya."

Hainry maju dua langkah, menutupi pandangan Gerald terhadap Sandra. Walau jelas Hainry berbohong soal masalah tunangan itu, kan?

"Dia pasti tertimpa sial karna memiliki tunangan menyebalkan seperti mu."

"Kenapa? iri ya?"

"Hah, yang benar saja. Yah, apapun itu kerja bagus hari ini. Aku harap kita tidak bertemu lagi." Gerald melambaikan tangannya, dia mulai memberi aba-aba dan perintah untuk segera pergi membawa para korban.

Beraninya dia menatap Sandra seperti itu? Haruskah ku habisi sekarang?

Hainry selalu kesal, jika itu soal pria yang tertarik dengan Sandra. Hainry kembali ke perkumpulan para detektifnya.

"Yo halo, saatnya pulang dan Tim-YK71 berbagi hasil." Hainry menunjukkan koper yang lumayan besar itu.

Koper hitam yang sudah pasti isinya membuat air liur mereka bersiap untuk jatuh. Wajah mereka sudah seperti binatang buas yang mendapat mangsanya, bagi mereka uang memang salah satu hal terbaik di dunia ini.

"Kerja bagus hari ini, ayo akan ku traktir kalian makan." Sandra merangkul pundak Fladilena dengan bangga.

"Yeahhh!!"

Sorak-sorai ramai dari anggota lain yang sudah bekerja keras juga.

"Bagaimana dengan ku? Aku juga berperan besar loh?" Hainry menunjuk dirinya sendiri, dengan ekspresi kucing memelas yang meminta hadiah.

"Ya, kerja bagus." Sandra membuka maskernya saat tidak ada lagi orang lain di sekitar mereka.

"Kau memang yang terbaik." Sandra tersenyum hangat, dia tulus mengatakan itu pada Hainry.

Deg

Perasaan yang menyenangkan saat Hainry bisa melihat pemandangan ini, wajah Sandra memang candu yang nyata baginya.

"Saya jatuh cinta lagi nih Kapten." Hainry memegangi jantungnya yang berdebar keras.

"Ada yang megang panci? Rasanya aku ingin memukul kepala seseorang." Sandra tersenyum menyeringai.

"Haha! Han ... Han ... udah ditolak berulang kali masih aja nggak nyerah."

Fladilena dan yang lainnya tertawa lepas, mereka sudah biasa melihat tingkah Hainry yang terus menggoda Sandra. Bagi seluruh Tim YK71, itu sudah merupakan tontonan setiap hari.

...****...

Sandra masuk ke dalam kelas 12 IPA 5, yah hanya dia wali kelas yang bisa tahan dengan segala tingkah absurd anak muridnya, kadang buat kesal, kadang sangat menarik untuk dilihat, intinya Sandra benar-benar terhibur menjadi wali kelas ini.

"Yo halo bocah-bocah, minimal duduk ya waktu ibu datang."

Setiap langkah yang Sandra jalani setiap itu pula suara keributan kelas IPA lima meredam. Sandra duduk di mejanya, menatap satu persatu muridnya yang sudah duduk rapi.

"Tumben ricuh banget, ngomongin apa?" Sandra membuka bukunya, mencari halaman mana yang akan dia bahas hari ini, sebelumnya Sandra sudah merencanakan ingin membahas apa sekarang.

"Ibu tau gak, hari ini lagi-lagi Tim Detektif YK71 berhasil selamatin banyak orang Bu! Keren, kemarin mereka berhasil nolong anak Dewan yang diculik!" Jawab Jihan sangat antusias, dia salah satu murid berbakat yang Sandra punya.

"Oh gitu yak? Jadi kesimpulannya? Mana PR kalian?"

"Ya elah buk! Bahas berita aja kenapa sih!" Keluh Aksa frustasi, dia berbakat dalam bidang olahraga, tapi tidak dengan bidang matematika yang Sandra ajarkan.

"Yang nggak selesai berdiri ditempat."

"Bu Sandra mah soal PR aja cepat."

Sandra tertawa pelan. "Ala bisa karna terbiasa, pahami itu, itu bukan sekadar kata-kata mutiara."

"Bu, boleh nggak PR nya besok aja? Janji selesai?" Lirih Aksa lagi memaksa.

"Warning buat anak-anak cewek, jangan mau pacaran sama Aksa, dia janji mulu, playboy cap gayung, kasih tau juga sama anak-anak kelas lain."

"Ibuuuu...!"

"Pffttt..."

Drrttt Drttt

Ponsel Sandra berdering, dia melihat siapa yang menghubungi di jam mengajarnya. Harusnya bukan panggilan dari Tim YK71, karna mereka tau Sandra benci diganggu saat mengajar. Jika bukan masalah yang sangat penting, Sandra melarang untuk menghubunginya di jam kerja.

Ah? Asisten kakek?

^^^From Sandra:^^^

^^^Maaf Pak, lagi ngajar, bisa telepon nanti aja?^^^

Sandra memilih mengirim pesan singkat saja dibanding membalasnya.

From Asisten Johan:

Ya Non, Pak Gheobalt bilang untuk Anda datang malam nanti, ada yang ingin dibicarakan.

^^^Sandra:^^^

^^^Baik.^^^

Jam pelajaran terus berlalu, Sandra pindah dari satu kelas ke kelas lainnya untuk mengajar dibidangnya, hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, dan banyak anak yang pulang, menetap di sekolah untuk ekskul, atau bahkan mencari buku di perpustakaan.

...****************...

"Sampai kapan kau ingin terus begitu saja? Tinggalkan pekerjaan mu dan bekerja-lah di Andrafan Grub, menjadi sekretaris Levan jauh lebih baik."

Perintah sang Kakek langsung. Kakek duduk di kursi kehormatannya, dengan Sandra yang duduk di depannya, di dalam ruangan khusus sang kakek di kantor Andrafana Grub.

Sandra menghela napasnya, ini bukan kali pertama dia mendapat nasihat seperti ini, tapi meski sudah sering, tetap saja rasanya kesal mendengar hal yang sama berulang kali, apalagi diminta menjadi sekretaris Levan yang gila itu? Lebih baik Sandra menjadi seorang pengangguran.

"Maaf ya Kek, tapi untuk ke-sekian kalinya Sandra juga nolak tawaran kakek yang ini, Sandra udah nyaman dengan situasi Sandra sekarang." Sandra menatap kakek yakin, tidak ada keraguan yang tampak di mata Sandra.

"Apa kau tidak sadar Sandra? Kau satu-satunya anggota keluarga Andrafana yang tidak terkenal, mendiang ayah-mu adalah seorang Hakim yang terkenal, Paman-mu Leon seorang Pengacara terkenal, Bibi-mu Claudia juga seorang Desainer terkenal. Bahkan semua sepupu mu juga terkenal, Gerald menjadi Irjen yang mengharumkan nama negara, membanggakan nama Andrafana, Levan menjadi pengusaha muda yang sukses, Ecalica juga artis papan atas. Semua Andrafana berbakat dan juga terkenal, kecuali kamu. Tidak ada yang tau kamu seorang Andrafana."

Setelah Kakek menjelaskan panjang lebar begini, dia harap Sandra ingin merubah keputusannya dan mengikuti kemauan kakek, bekerja di Andrafana Grub saja.

"Terima kasih, tapi Sandra tetap ingin jadi guru aja. Pekerjaan ini juga mulia kok, kalau enggak ada guru, masa depan negara itu gelap, Kek."

"Astaga! Aku tidak meminta mu untuk sehebat Gerald, karna aku tau kau tidak akan mampu. Tapi, setidaknya jangan memalukan nama Andrafana."

"Saya gak malu kok." Sandra tersenyum manis, entah hatinya terluka atau tidak oleh ucapan sang kakek, yang jelas dia ingin tersenyum dihadapan semua orang.

"Karl pasti kecewa padamu."

"Mustahil begitu, ayah bukan orang yang berpikiran sempit."

Sandra tersenyum percaya diri, ayahnya bukan orang seperti itu. Sandra tau, karna dia menjadi orang yang seperti ini juga berkat didikan hebat ayahnya.

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

picik jg tu kakek2.

2024-04-20

2

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak tau aja kakek kalo Sandra itu lebih terkenal dari mereka semua, Tapi Sandra gak sombong seperti kalian, yg hanya mementingkan NAMA ck 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-10-03

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Di sanjung2 di puja2..PR tetap no one yg di tanya..🤣🤣🤣🤣

2023-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!