Bab 8

...****************...

"Nggak nyangka, akhirnya aku nangis ngisek di pelukan Hainry, mana bajunya belum aku pulangin.

Sandra menghela napas, setelah hujan badai hari itu, dia tidak bertemu Hainry sudah tiga hari, soalnya Hainry bilang punya urusan penting ke luar negri. Bukan hanya itu, masalah tambahannya adalah, Hainry minta jaketnya dicucikan bersih, dengan aroma parfum Sandra sebagai pengharumnya.

"Ingat ya Sandra, kalau berubah pikiran, hubungi bibi."

Dari pintu, Claudia melambaikan tangannya dengan senyuman yang penuh rencana. Sandra tau jelas, dia tidak bodoh.

"Iya bi."

Sandra juga membalasnya dengan senyuman santai. Kalau soal mengadu senyum di khalayak umum, Sandra jagonya loh.

Sandra masuk ke dalam mobilnya. Rabu pagi ini adalah hari liburnya, dan barusan sang bibi memanggilnya untuk beberapa urusan penting.

Sandra melajukan mobilnya, keluar dari gerbang rumah Claudia.

"Udah keluar dari rumah mu, sampai kapan kau mau bersembunyi 'Eca?"

Sandra melirik bangku belakang dengan kaca yang ada di atasnya.

"Yah, ketahuan deh."

Eca menunjukkan wajahnya, dia dengan santai berbaring di bangku belakang tanpa izin dari sang pemilik mobil.

"Perasaan tadi bibi Claudia bilang, kau ada syuting penting deh."

"Yah, karna itu aku kabur. Kalau bukan demi menghindari itu, aku pasti udah naik mobil ku sendiri."

"Bayar bensin ya."

Sandra tersenyum tipis, ini bukan kali pertama Ecalica seperti ini. Mungkin sudah beberapa kali.

"Mau?"

Ecalica membuka bungkus rokok-nya, dia memberikannya pada Sandra.

"Enggak, aku mencintai paru-paru ku lebih dari yang kau bayangkan loh."

"Hoo begitu? Oh ya aku lupa, kau kan guru culun yang payah."

Eca menghidupkan rokoknya, menyesap seolah sangat menikmatinya, ekspresi wajahnya seperti manusia yang sedang bebas dari segala tekanan.

"Tentu saja aku tidak akan sebanding dengan Nona Ecalica, Artis berwajah bidadari, berhati malaikat, bersuara indah, berkepribadian lemah lembut seperti seorang ibu." Sandra tersenyum tipis.

"Tutup mulut mu Sandra, kalau nggak ingin aku bakar. Kau tidak akan tau seberapa panasnya telinga ku saat kau mengatakan itu." Eca menyipitkan matanya, menatap Sandra kesal.

"Kakek, ibu dan seluruh keluarga Andrafana pasti kecewa melihat putri yang dibanggakan dengan kecantikan dan martabat yang tinggi malah duduk menyesap rokok bak preman jalanan." Sandra tersenyum manipulatif.

"Nah, artinya aku memang layak mendapatkan penghargaan sebagai ratu akting, 'kan?" Bukannya marah, Eca malah tersenyum bangga.

"Tidak salah sih, tapi ngomong-ngomong nona artis, buang rokok itu. Dada ku sangat sesak. Ini mobil tertutup."

"Dasar gadis cupu."

Eca memadamkan api rokok dengan tangannya sendiri, dia kembali bersandar di kursinya. Usia Eca masih 22 tahun, lebih muda dari Sandra 4 tahun, tapi kelakuannya jangan tanya.

"Jaga tangan mu, kau itu seorang artis, bodoh."

"Berisik nenek lampir."

Eca tidak mempedulikannya, dia bahkan tidak peduli tangannya yang terkena api rokok sudah mulai memerah.

"Mau kemana? Biar ku antar."

"Nggak tau, ke rumah mu aja, kau libur kan?"

Sandra diam sejenak. Bukannya dia tidak ingin menerima kedatangan adik sepupunya, masalahnya setelah kedatangan Eca, rumah Sandra yang biasanya indah rapi dan barang-barang tertata sempurna, hanya dalam satu hari bisa seperti kapal pecah.

"Rip rumah ku."

"Kalau hancur nanti ku belikan yang baru. Oh ya ngomong-ngomong tadi Nyonya Claudia bilang apa?"

Sandra menaikkan sebelah alisnya, ternyata hubungan Eca dan Claudia masih belum membaik. Entahlah, Sandra juga tidak tau kapan mereka bertengkar hebat, padahal di depan kakek Gheobalt, mereka berhasil menjadi contoh ibu dan anak yang sempurna, saling menyayangi dan mengasihi dengan lembut. Ada banyak cinta untuk ibu dan anak ini.

"Biasalah, diajak kerja jadi asisten-nya."

"Biar aku kasih tau ya, tolak aja deh. Dia itu titisan nenek lampir, telinga mu akan panas kalau terus di dekatnya."

"Aku tau itu, makanya aku menolaknya."

Sandra menghela napasnya. Itu bukan ajakan pertama yang dia terima dari Claudia, bahkan Sandra sampai bosan menolaknya.

"Baguslah, kau selamat lepas dari sangkar lebah, kalau aku sepertinya akan terjebak selamanya."

Sandra terdiam sebentar, meski Eca tidak mengatakannya begitu jelas, tapi Sandra sepertinya mengerti apa yang gadis muda ini maksud.

 ***

"Hah, pagi-pagi makan yang pedas-pedas enak nih San. Btw, ada film horor nggak? Kalau bisa yang ada unsur thriller nya?"

Eca melemparkan jaketnya asal dimana saja, ia baru saja masuk di rumah sederhana Sandra. Dengan pedenya, Eca menghidupkan televisi dan duduk santai seperti rumah sendiri. Mencari DVD bagus yang ingin dia tonton.

"Lha? Perasaan pas aku baca berita katanya Princess Eca sukanya yang manis-manis dan imut-imut deh."

Sandra tau jelas adik sepupunya suka hal aneh, unik, menyeramkan dan makanan pedas. Ia mengatakan itu hanya untuk menggoda adik sepupunya.

"Ku pukul kepala mu ntar."

Eca menemukan sebuah DVD yang menurutnya cukup menarik, dia langsung putar begitu saja, sementara Sandra masih menyiapkan samyang super pedas di dapur.

"Enaknya~, enak banget tinggal sendiri yak, bebas nggak ada yang ngatur."

Eca berleha-leha dengan sempurna di sofa lembut Sandra. Dia hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendeknya.

"Pffttt kalo mau iri, salah orang, cari orang lain gih yang hidupnya lebih oke."

Sandra datang membawa samyang kesukaan Eca yang super-duper pedas.

Sandra memang tidak begitu dekat dengan Eca, tapi juga tidak begitu jauh. Terkadang satu bulan sekali Eca akan datang ke rumah Sandra, tidak dengan tujuan apa-apa, hanya berleha-leha seperti ini saja.

"Btw, Kakak mu naik pangkat lagi tuh."

Celetuk Eca, tapi fokusnya masih ada pada film dan mangkuk mie di tangannya.

"Siapa? Gerald?"

"Siapa lagi?" Eca memutar bola matanya jengah.

"Yah dia kan berbakat."

"Karna dia berbakat dia jadi menyebalkan, tujuh puluh persen ocehan Nyonya Claudia hanya soal anak itu."

"Hoo, membandingkan ya? pasti menyebalkan."

"SANGAT!"

Mungkin, tidak akan ada satu fans Eca yang akan menduga seperti apa kepribadian Eca aslinya, misalnya suka mengumpat pada sebuah film seperti sekarang.

...****************...

Sandra menghela napasnya, sesuai dugaan, malam ini sebelum istirahat sepenuhnya dia membersihkan rumahnya dulu. Hanya tinggal menyuci piring dan semuanya selesai.

Memang Sandra harus ekstra kerja keras kalau yang sudah bertamu adalah Ecalica.

Sandra diam sebentar, dia mendengar suara bel. Bergegas menuju pintu. Ia mengintip lebih dulu siapa yang bertamu ke-rumahnya malam-malam begini.

Hainry?

Saat identitas sang tamu sudah dipastikan, Sandra membuka pintunya.

"Ada apa?"

"K.A.N.G.E.N BANGET!!!!!!"

Padahal baru tiga hari Hainry tidak bertemu dengan Sandra. Tapi keadaannya seperti ikan yang berada di darat. Entah bagaimana keadaan Hainry kalau dia tidak bertemu Sandra selama seminggu? sebulan? setahun, mungkin? Astaga, dipastikan Hainry akan gila.

"Apa sih tiba-tiba datang, ngomong yang aneh-aneh, mabok garam ya?"

Sandra menatap aneh bawahannya.

"Udah pokoknya malam ini aku mau tidur disini, mau di sofa, tikar, lantai terserah, pokoknya aku mau tidur disini!"

"Lha?"

Jangan tanya. Tangan Sandra nyaris menghantam keras wajah pria itu. Dengan gampangnya dia bilang ingin tidur di rumah seorang gadis yang tinggal sendirian.

Terpopuler

Comments

Dev

Dev

aku kok merasa Hainry ini org yg berkuasa/CEO kaya yg menyamar jadi detektif utk bisa dekat dg Sandra ya🤔🤭

2023-07-16

3

Dania🌹

Dania🌹

hadeh mau cara apa lg agar kamu percaya perasaanku🥺

2022-12-01

1

Ana

Ana

hainry rindu itu berat ya kan 😂
sandra bukalah hatimu untuk hainry

2022-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!