Haz Group
Cakka masuk ke dalam ruangan Gavin untuk mencari Dara dan meminta Dara untuk pindah ke ruangannya. Namun, Gavin memberikan alasan bahwa Dara tidak bisa menjadi sekretaris Cakka.
"Cak, mengenai permintaan lo tadi pagi, gue rasa gue nggak bisa mengabulkannya. Masalahnya ada banyak pekerjaan penting yang melibatkan Dara. Tidak semudah itu untuk kita menukar sekretaris kita," ucap Gavin yang memang seperti itulah keadaannya. Ia juga berpikir jika berganti sekretaris, pasti sekretaris barunya akan kewalahan melakukan kegiatan Dara yang beberapa hari ke depan akan semakin banyak.
"Baiklah, gue tunggu sampai semua pekerjaan dan tugas-tugas Dara sebelumnya selesai. Setelah itu lo harus segera perintahkan Dara jadi sekretaris gue." Gavin mengangguk, meskipun di dalam hatinya merasa tidak rela.
Cakka pun kembali ke ruangannya. Tak lama kemudian, Dara masuk ke ruangan Gavin.
"Apa ada berkas yang harus aku tanda tangani?" tanya Gavin.
"Tidak pak, em begini ... " Dara menghela napasnya pelan, sebenarnya ia tidak enak dengan Gavin, karena harus izin di hari Senin nanti. Dimana pada hari itu, banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan.
"Tidak usah ragu, katakan saja Dar."
"Senin besok, saya mau meminta izin, masuk ke kantor agak siangan pak."
Gavin mengernyitkan alis sebelah. Sambil bertanya-tanya kenapa Dara meminta izin.
"Senin besok, anak saya akan masuk sekolah untuk pertama kalinya. Saya tidak ingin kehilangan momen itu. Saya ingin mengantarkannya berangkat dan menemaninya hingga selesai sekolah lalu mengantarkannya pulang. Apa izin saya diterima?"
"Baiklah, tapi setelah itu, kamu harus langsung ke perusahaan ya. Masa kamu tega biarin aku menyelesaikan pekerjaan yang segunung sendirian?"
"Baik pak, terima kasih."
Dara berterimakasih sambil memberikan senyum termanisnya karena terlalu bahagia. Ia pun segera keluar dari ruangan Gavin dan kembali bekerja di tempat kerjanya.
Sementara Gavin yang berada di dalam ruangan, ia berusaha mengontrol hatinya yang tiba-tiba terkena serangan dari senyuman manis Dara.
"Dar, kapan lo sadar kalau gue itu cinta sama lo? Gue bahkan nggak peduli dengan status lo yang sekarang udah punya anak. Selagi bapaknya masih belum bertanggungjawab gue siap jadi papanya Revan."
Ya mau bagaimana lagi, perhatian kecil yang diberikan Gavin untuk Dara, selalu Dara terima sebagai perhatian dari seorang teman bukan dari pria yang mencintainya. Dara bahkan tidak sadar jika Gavin telah menaruh hati padanya.
****
Cafetaria perusahaan, 13.00
Seperti biasa, Dara pasti membawa dua bekal makan siang. Satu untuknya dan satu untuk Gavin. Mereka duduk di kursi yang paling dekat dengan jendela.
"Seperti biasa, masakan kamu emang tidak ada duanya, Dar. Selalu enak dan selalu nagih untuk dinikmati," puji Gavin setelah beberapa sendok makanan masuk ke dalam mulutnya.
"Terima kasih, tapi masakan ku kali ini dibantu Sasa. Karena pagi tadi, Revan tiba-tiba menangis tidak ingin aku tinggal pergi bekerja," ujar Dara menanggapi.
"Walaupun begitu, tetap saja kamu yang memasaknya, Dar."
Tiba-tiba Cakka datang dan langsung duduk di samping Dara. Dengan tidak tahu malunya, Cakka memakan bekal milik Dara, padahal sudah dimakan oleh Dara sebagian.
"Pak ... Pak ... itu bekas saya," ucap Dara mengingatkan.
"Memangnya kenapa jika bekas kamu? Masih bisa dimakan kan?" Setelah mengatakan itu, Cakka lagi lagi memasukan makanan itu ke mulutnya.
Pantas saja Gavin tidak menolak jika dibawakan bekal makan siang. Lah, rasanya saja lebih enak daripada masakan koki di cafetaria perusahaan.
Gavin terus memperhatikan Cakka, tidak biasanya Cakka mau makan bekas orang lain. Yang ia tahu Cakka itu orangnya bersihan. Jika Cakka sudah melakukan hal di luar dari biasanya, itu artinya dia sudah mulai tertarik dengan Dara.
Apa iya aku harus menjadi rival sahabatku sendiri dalam mengejar cinta? Yang benar saja! Lagian kenapa Cakka bisa tertarik dengan Dara? Padahal Dara tidak melakukan apapun padanya.
"Kenapa natap gue seperti itu? Masih kurang makanannya? Tapi, sorry ini jatah gue," ujar Cakka kemudian menyuapkan suapan terakhirnya.
"Dih, lo kaya nggak pernah makan sebulan aja, baru juga beberapa menit udah habis. Maruk!" sahut Gavin.
Cakka tidak memperdulikan ucapan Gavin, ia malah fokus melihat bidadari yang ada di sampingnya.
"Apa kamu masih lapar? Mau saya belikan sesuatu? Ya, anggap saja itu gantinya karena saya memakan makanan kamu," tawar Cakka pada Dara.
"Tidak usah pak, saya sudah kenyang kok," tolak Dara.
"Kalau begitu saya permisi ke toilet sebentar," pamit Dara dari hadapan kedua laki-laki itu.
"Cak, ini seperti bukan diri lo. Jangan bilang lo tertarik sama Dara!" tebak Gavin yang sebenarnya sudah tahu. Namun ia lebih baik berjuang secara jantan tanpa harus saling bermusuhan.
"Apa terlihat begitu? Tapi memang sepertinya gue tertarik sama dia. Karena cuma dia yang bersikap seperti manusia di hadapan gue, di saat yang lain memuja-muja," jawab Cakka dengan jujur.
"Kalau begitu, mari kita berjuang untuk mendapatkan hatinya. Gue nggak mau musuhan sama lo cuma karena seorang wanita. Jadi lebih baik, kita saling jujur dan melakukan cara kita masing-masing."
Cakka setuju, karena bagaimana pun, memang hanya Dara dari sekian banyaknya wanita yang mendekatinya yang mampu memikat hatinya. Padahal wanita itu hanya diam saja dan tidak melakukan apapun untuk menarik perhatiannya. Bahkan mau tidur pun yang ada di pikirannya hanya Dara dan Dara.
"Janji, jika Dara memilih salah satu di antara kita. Kita akan tetap jadi sahabat?" ucap Gavin lagi.
"Iya, janji."
Perbincangan mereka pun selesai, karena melihat Dara yang berjalan ke arah mereka. Dara melihat dua kotak makannya sudah kosong dan menutupnya lalu memasukkan ke dalam tote bag nya.
"Besok-besok kamu bawakan satu bekal lagi untuk saya," pinta Cakka.
"Saya hanya punya kotak bekal empat. Duanya lagi milik Revan dan Sasa, dan duanya milik saya dan Pak Gavin."
Cakka langsung membalas ucapan Dara tersebut.
"Kamu kan bisa beli lagi," sahut Cakka.
"Saya tidak suka boros pak, saya hanya membeli barang sesuai kebutuhan. Lagipula jika saya membeli satu lagi, pastinya tidak akan terpakai."
Cakka benar-benar dibuat melongo. Bagaimana mungkin tidak terpakai, kan itu untuk tempat bekalnya. Ia mengatakan seperti itu karena memang ingin dibuatkan bekal setiap hari bukan hanya hari esok saja.
Sementara Gavin yang sedari tadi mendengar perbincangan keduanya hanya berusaha menahan tawa. Karena apa? Karena Cakka terlihat mengemis hanya karena ingin dibuatkan bekal dan Dara terlihat menolak secara halus. Benar-benar pertunjukan yang menarik.
"Sudahlah Dar, belikan saja dia kotak bekal, lalu bawakan juga di bekal makan siang. Kasihan, dia terlihat seperti pengemis," ujar Gavin meledek Cakka dan kemudian terkekeh.
Sialan! Gue dikatain pengemis sama Gavin!
****
Tolonglah Cakka, perihal bekal saja kok repot. Padahal duit banyak, tinggal beli aja. Heran deh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
gaby
Jgn mau sm Cakka, pelit bin medit. Kalo dia ga mau modalin kotak makan, bawain aja pake kertas nasi kaya di warteg2😅😅
2023-11-01
2
Kis Pulza
tul banget Gavin
2023-10-31
1
Louisa Janis
coba sekali aja ketemu sama Revan Cakka nya thor
2022-11-04
0