"Maaf, gue yang salah, gue memang berhak lo maki-maki." Gio
"Sebentar, Mamah gak ngerti deh dengan apa yang kalian bicarakan, jadi ini sebenarnya siapa yang berkelahi dan siapa yang dipanggil ke sekolah?" Gita
Gea melirik ke arah Gio dengan tatapan kesal, sementara Gio menunduk, dia bingung, benar-benar bingung.
"Hm, aku Mah yang dipanggil, aku yang berkelahi dengan Bianka, dia yang mencari gara-gara duluan, tapi karena CCTV nya rusak aku yang disalahkan." Gio
"Kalian berkelahi karena apa?" Gita
"Masalah perempuan Mah, dia menjambak rambutku duluan kok, aku kesakitan, ya udah aku bales aja, eh ada guru masuk pas aku lagi jambak dia balik." Gio
"Mamah besok akan pergi ke sekolah, anggap kali ini Mamah percaya padamu tapi tidak dengan kekacauan selanjutnya, kamu harus bersikap baik Gea..!" Gita
"Iya, wanita kan anggun bukan malah berkelahi, pasti gara-gara cowok, siapa dia Ge? Pasti ganteng kaya Papah?hehehe…" Reza
"Papah… ," Gita tak menyangka suaminya malah bercanda disaat dia sedang serius.
"Hmm, hmm, iya Mah besok Mamah aja yang ke sekolah, dan jangan terlalu keras sama anak-anak, kita harus percaya sama mereka..!" Reza
Gio menatap ayahnya dengan rasa haru, bersyukur ayahnya memberikan kepercayaan yang besar pada anaknya.
Gea melewati Gio begitu saja, dia masuk ke dalam kamar dan langsung mengunci pintunya. Dia tidak mau jika Gio masuk ke kamarnya, perasaannya sedang kacau karena semua kelakuan Gio.
"Kalau saja aku berada di tubuhku sendiri, aku pasti bisa berpacaran dengan Arif, nilaiku tidak akan kubiarkan turun, dan aku tidak akan mencari masalah dengan Bianka, hidupku akan baik-baik saja." Gea
Gea merasa frustasi, aku harap secepatnya bisa kembali ke tubuhku, aku ingin Kakak yang selalu membuatku merasa bangga memilikinya, bukan seperti Gio yang selalu membuat masalah untukku. Gumam Gea
Gea bergegas mandi, mengganti baju dan tertidur pulas, dia bahkan mengabaikan suara ketukan pintu dari luar kamar.
Tok
Tok
Tok
"Gea, buka..! Gue bener-bener gak sengaja membuat masalah ini." Gio
"Ge, maafin gue ya?" Gio
Hmmm, biarkan saja dia diluar, nanti juga lelah sendiri, aku malas bicara dengannya. Gea
Gio tak menyerah, dia menelpon dan mengirim banyak pesan permintaan maaf pada Gea, namun gadis itu mensilent ponselnya, dia tertidur nyenyak sekarang, sementara Gio tak bisa tidur semalaman karena masalah ini.
***
Ketika pagi datang, mereka sarapan seperti biasanya, Gio dengan mata pandanya sarapan dengan malas.
Gea masih marah dan diam tanpa kata meski Gio mengajaknya bicara, padahal aku berusaha membuat nilai-nilainya bagus disekolah, tapi apa yang dia lakukan pada nilaiku? Pada nama baikku? Ish… gumamnya dalam hati.
Mereka pergi dengan satu mobil berhubung Gita pun akan pergi kesekolah mereka.
"Kalian kenapa? Lagi marahan? Jangan lama-lama marahnya gak baik sayang..!" Gita
"Gak kok Mah." Gea
"Jangan bohong, kalian kan bersaudara seharusnya akur, saling melindungi, bukannya kemarin Mamah lihat kalian sudah kaya perangko, nempel terus? Hehe.. " Gita
Mereka mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat mereka kompak satu sama lain, memang menyenangkan namun Gea terlanjur kecewa.
Gio menyayangkan kejadian ini, padahal dia berharap bisa menjadi kakak yang baik.
Saat sampai di sekolah, Gea pamit terlebih dahulu menuju kelasnya, toh yang dipanggil ke ruang kepala sekolah adalah Gio dan Gea gak mau tahu.
"Lo lagi bete? Gitu amat wajah lo." Brian
"Iya bete gue, punya saudara tapi kita tuh gak pernah sepemikiran." Gea
"Haha, namanya juga beda orang, meski kembar kan kalian pasti memiliki sifat dan sikap yang berbeda, wajar kali adik kakak berantem terus baikan lagi, gue juga gitu sama kakak gue, percaya deh kalau sebenarnya saudara lo sayang sama lo." Brian
"Masa sih? Dia gak pernah peduli sama gue." Gea
"Hmm, pasti peduli meski pura-pura tak peduli, liat tuh si Haikal dia seperti happy tanpa beban, padahal dia tuh kesepian, iya kan? harusnya lo bersyukur dengan hidup lo..!" Brian
"Iya juga ya," jawab Gea saat melihat Haikal sedang bermain gitar dengan merdu di depan banyak gadis di kelas ini, dia tersenyum, dia bahkan menggoda beberapa gadis disana. Padahal dia hidup tanpa kasih sayang orang tuanya, dia pandai menyembunyikan kesedihannya.
"Haha, jadi cowok jangan lembek! Lo kayak cewek aja ngeluh mulu kerjaannya." Brian
Gue emang cewek kali. Pikir Gea
Gea mulai serius belajar saat guru sudah mulai memberikan materi pelajaran, meski dia kesal pada Gio, dia tidak mau bermain-main saat belajar, dia tidak mau membuat nilai Gio jelek.
Setelah satu jam berlalu, Haikal memberi kode pada Gea agar dia menyusulnya.
Haikal permisi ke toilet, diikuti Brian setelah 5 menit berlalu, lalu Gea pun ikut permisi ke toilet meski Pak Feri sempat curiga, namun dia membiarkan Gea pergi.
"Ada apa sih?" Gea
"Ada apa? Ya biasalah kita ke kantin dulu, gue laper." Brian
"Tapi kan bisa nanti pas waktu istirahat." Gea
"Ah lama, ayo!" Haikal
Gea ditarik oleh Haikal, membuatnya terpaksa menuju kantin dan makan dipojokan bersama mereka, bahkan Brian sempat merokok disana.
"Uhuk..uhuk… ," Gea terbatuk karena asap rokok itu, dia tidak suka sama sekali.
"Hmm, lo mau? Nih…!" Brian memberikan sebatang rokok padanya.
"Gak, gue udah berhenti, gue udah insyaf." Gea
"Hahahaha… lagak lo." Haikal
Gea yang ingin segera kembali ke kelas merasa bingung harus memberikan alasan apa, jika dia terang-terangan maka mereka akan curiga, bukankah seorang Gio itu sama saja seperti mereka yang perokok dan malas belajar?hmm
Gea tertahan cukup lama bersama mereka, hingga suara yang dikenalnya mampu membuat perasaannya menjadi tidak enak.
"Gio… ," teriak Gita.
Astaga, masalah baru nih. Pikir Gea
Gea bahkan takut hanya untuk sekedar menoleh ke arah belakang, sementara Haikal dan Brian sudah lari terbirit-birit. Namun kaki Gea seakan berat dan tak mampu berlari.
"Gio……. Kesini kamu!" Gita
Gita benar-benar murka, bagaimana tidak marah, Kedua anak-anaknya membuat masalah disekolah secara bersamaan. Kepala Gita seakan mau pecah memikirkan kenakalan mereka berdua.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments