Gio mengajak Gea duduk dulu, bahkan Gio malah ngajak Gea makan dulu di tukang bakso kaki lima.
"Ko malah makan bakso sih?" Gea
"Gue mau isi perut dulu, bakalan menguras emosi kalau ngajarin lo." Gio
"Hmm, aku itu anak yang pintar, sekali dijelaskan pasti paham kok, aku ingin cepet-cepet bisa naik motor," keluh Gea bahkan dia hanya melihat kakaknya makan.
"Hehe, ya udah lo searching dulu masalah gigi motor, ingat bukan gigi nenek ya..! Hahaha… ," ledek Gio yang masih mengingat kelucuan Gea.
Meski kesal akhirnya Gea menurut, dia asyik dengan handphonenya sambil manggut-manggut.
"Oh gitu ya, oke," gumam Gea pelan.
"Lo kenapa manggut-manggut gitu?" Gio
"Sssttt… kalau makan gak boleh sambil ngobrol nanti keselek..!" Gea
"Kaya orang tua sok nasehatin, uhuk… uhuk… ," Gio benar-benar tersedak oleh kuah bakso yang super pedas itu, membuat tenggorokannya terasa perih.
"Tuh kan, minum nih..!" Gea menyodorkan air putih.
Gio langsung meminumnya tanpa sisa, astaga perih banget, omongan si Gea manjur bener deh, gue jadi ngerasa kayak anak durhaka yang disumpahi. Pikir Gio
Setelah acara makan selesai, Gio mencoba menjelaskan, dia menunjuk beberapa nama bagian motornya juga fungsinya.
"Oh jadi ini yang dimaksud gigi motor, emang kenapa dinamain gigi? Harusnya ada mulutnya dong sama lidahnya." Tanya Gea
"Astaga, bener kan gue bilang, ngajarin lo itu butuh tenaga dan kesabaran ekstra, hmm… serius dong Ge! ," keluh Gio
"Oke oke, cerewet ini kan bawaan dari lahir, huh." Gea
Setelah materi selesai diberikan mereka langsung praktek lapangan, ya karena memang dilapangan yang luas Gea akan belajar menaiki si hitam.
Gue harap c hitam gak bakalan kenapa-kenapa, dia pulang masih dalam keadaan mulus. Pikir Gio
"Siap?" Tanya Gio pada Gea yang kini sudah berada diatas motor.
"Siap." Gea
"Oke, kamu masukan giginya..!" Gio
"Sudah." Gea
"Gas pelan-pelan..!" Gio
Dan ngeng…. Motor itu melaju cukup kencang, Gea memutar gas terlalu kencang.
"Gio…." Teriak Gea.
"Rem dong! Rem!" Teriak Gio
Cekit
Motor itu berhenti tepat di depan beberapa orang bertubuh kekar. Sepertinya mereka marah, namun Gio yang menyusul membantu Gea dari amukan para preman itu.
"Maaf saudara gue gak sengaja, dia baru belajar." Gio
"Kalian mau bikin kita mati, hah?" Preman
"Gak ko, itu masih hidup, orang gak kena juga." ucap Gea dengan entengnya yang mampu membuat preman-preman itu marah.
Ya ampun Gea, mulut cerewetmu bikin masalah aja. pikir Gio
"Sialan kalian, gue kasih pelajaran biar kalian kapok." Preman
Gea bersembunyi dibalik tubuh gadis kecil itu (Gio).
"Hahahahahhaa… dia takut." Preman
Perkelahian pun tak bisa dihindari, namun karena hanya Gio yang jago beladiri akhirnya Gea hanya menonton saja dengan rasa khawatir tentunya, dia melihat tubuhnya yang cantik melawan 3 preman kekar besar.
"Keren, andai aku bisa seperti itu," Gumam Gea memandang dirinya sendiri dengan takjub.
Karena kalah jumlah, Gio terjatuh, tangannya terluka karena mengenai batu di tanah.
"Gio…!" Teriak Gea khawatir namun bingung harus bagaimana.
Hingga datanglah beberapa orang berjas hitam membantu mereka, preman itu pun lari terbirit-birit setelah merasa kalah.
Gea langsung menghampiri Gio dan membantunya bangun tanpa memperdulikan siapa orang yang menolong mereka karena panik.
Gio dibawa ke pinggir lapangan dan segera diobati oleh Gea, Gea membersihkan luka itu dengan air mineral, memberikan obat merah yang dibeli di apotek dekat sini, lalu memasang plester.
"Gue gapapa, ini luka kecil, lo jangan lebay!" Gio
"Tetep aja harus dirawat lukanya biar gak infeksi Gio." Gea
"Iya iya, makasih." Gio
Orang-orang berjas hitam itu masih ada disekitar mereka, membuat Gea mengingat kejadian tadi. Saat mereka sadar kalau orang berjas hitam itu adalah bodyguard yang dikirim ibunya, mereka mengendap-ngendap membawa si hitam segera pergi dari sana saat para bodyguard lengah.
Ternyata yang sedari tadi mengikuti mereka adalah 2 pengawal yang diperintahkan Gita untuk menjaga anak-anaknya dari jauh, Gio dan Gea benar-benar tidak menyangka, bagaimana kalau semua aktivitasnya dilaporkan pada ibu mereka.
"Pasti Mamah merasa heran nanti, kalau tahu gadis kecilnya melawan preman sementara anak lelakinya bersembunyi ketakutan." Gio
"Iya, gimana dong?" Gea
"Kita ngeles ajalah nanti, kita mau kemana?" Gio
"Mau ke mall, sekarang giliran kamu temenin aku..!" Gea
"Ngapain ke mall? Mau beli baju? Buat siapa, buat gue? Kan tubuh lo dipake sama gue." Gio
"Bener juga, percuma dong ya, yaudahlah kita pulang, lanjut belajar motornya besok sore aja." Gea
"Iya kalau diizinin, bukannya sekarang kita akan kena omelan Mamah?" ucap Gio yang mampu membuat Gea pulang dengan lesu.
***
Benar saja saat sampai di rumah, awalnya Gita menanyakan keadaan Gea yang terluka dia khawatir pada anak-anaknya terutama Gea yang seorang gadis. Namun 5 detik kemudian ibunya itu berubah marah.
"Gio, pak Denis bilang kamu malah sembunyi dibalik punggung Gea? Harusnya kamu yang jagain adik kamu, kamu kan jago beladiri?" Gita
"Bohong Mah, mereka salah lihat kali Mah, aku pasti jagain Gea kok." Gea
"Terus kenapa malah Gea yang terluka?" Gita melihat plaster yang tertempel ditangan anak gadisnya.
"Ini sih aku terjatuh Mah," Gio
Memang gue jatuh kan karena preman itu, gue gak bohong dong, hehe… pikirnya
Setelah perdebatan demi perdebatan, pengakuan mereka yang berbeda dengan bodyguard suruhannya membuat kepala Gita pusing, dia akhirnya membiarkan mereka istirahat dan yang terpenting baginya mereka tidak apa-apa.
***
Keesokan harinya dipagi hari saat mereka sarapan, Gea meminta izin pada ibunya sebagai Gio.
"Mah, aku boleh kan berangkat ke sekolah naik motor lagi?" Gea
"Boleh, biasanya juga begitu." Jawab Gita sambil menyuapkan sanswich ke mulutnya.
"Tapi, aku mau ajakin Gea berboncengan Mah." Gea
"Gak boleh, Gea sama Mamah aja." Gita
Gea nampak lesu, padahal dia ingin pergi dibonceng Gio, dia bosan naik mobil terus.
Tiba-tiba ibunya itu mendapatkan telepon dari klien, memaksanya segera berangkat ke kantor, sementara Reza sudah pergi 10 menit yang lalu.
"Kalian boleh pergi naik motor atau sama pak Denis, Mamah ada urusan mendadak, Mamah pergi dulu ya?" Ucap Gita sambil menggigit rotinya dengan berlari menuju pintu keluar.
"Yes… " Gea
"Gio, Kita naik motor ya berdua?" Gea
"Gue sendiri aja, lo sama pak Denis" protes Gio.
"Kenapa?" Gea
"Kalau kita berdua boncengan, lo yang keren, dan gue yang malu, masa cowok dibonceng sama cewek, naik motor gede lagi." Gio
"Hahaha…. Gapapa lah sekali-kali aku jadi keren ngorbanin kamu, sebagai ganti rugi nilai yang 60 kemarin, kamu juga udah malu-maluin aku dikelas." Gea
Yaelah ni anak malah ngebahas 60 aja, gue kan jadi gak bisa nolak. Pikir Gio
Gio diam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan dia ambil, berhubung dia berjanji akan lebih memperhatikan adiknya, dia mengambil keputusan IYA meski resikonya cukup besar.
"Yaudah kita naik motor berdua biar lo kelihatan keren dan gue…. Ah sudahlah." Gio
"Yes… ," Gea tersenyum senang, dia memakan sarapannya secepat mungkin.
Saat melihat adiknya yang ceria itu tersenyum, ada rasa puas di hati Gio, puas karena bisa membuat adiknya bahagia. Karena ketika membaca diary Gea, lelaki itu merasa kasihan dengan kesedihan yang disembunyikan Gea selama ini.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments