Gio yang belum sempat memakai bajunya pun langsung meloncat ke atas kasur, menarik selimut secepat mungkin, dia berpura-pura tidur dan kedinginan.
"Eh ada Gio juga, tumben kamu sekarang jadi lebih sering menemui adikmu, biasanya kan kaya kucing dan anjing, hmm.." Gita
"Ah Mamah suka gitu deh, aku khawatir aja sama Gea Mah." Gea
"Hmm, Gea sakit begini setiap bulan loh, tapi kamu perhatiannya baru sekarang." Gita
Gio menggeliat, berpura-pura bangun dari tidurnya, namun tetap mempertahankan selimutnya agar tetap menutipi tubuhnya.
"Udah Mah, aku udah seneng diperhatiin Gio, jangan mojokin Gio terus Mah..!" Ucap Gio yang sebenarnya membela dirinya sendiri.
Ck, sejarang Gio pintar akting, sepertinya demi dirinya sendiri deh. Pikir Gea
"Syukur deh kalian sekarang jadi akur, saling membela gak saling bertengkar dan menyalahkan, teruslah seperti ini, kalian kan saudara..!." Gita
"Iya Mah," jawab Gea dan Gio kompak.
Mereka baru menyadari jika mereka berdua selama ini selalu bertengkar tanpa mau mengerti satu sama lain.
Gio kini merasakan sendiri, bahwa menjadi seorang perempuan itu tidaklah mudah. Dia merasa bersyukur dilahirkan sebagai anak laki-laki dan berharap bisa kembali ke tubuhnya lagi, secepatnya.
"Gea, ini Mamah bawain minuman hangat, agar perutmu baikan." Gita
"Iya makasih Mah." Gio
Gita mengajak anak lelakinya keluar dari kamar serba pink itu, agar anaknya yang sedang sakit bisa cepat sembuh, Gita juga tidak yakin jika selama mereka ada di dalam kamar yang sama akan akur terus. Gita khawatir jika Gio malah akan mengganggu Gea.
Karena hari sudah malam, Gea kembali ke kamar Gio untuk mengistirahatkan badannya, dia harus sekolah besok, namun dia ingat ada ulangan di kelas Gio besok.
Gea duduk di kursi, mulai belajar di meja belajar itu, namun dia tiba-tiba tersenyum mengingat kejadian tadi pagi.
Flashback
Hari itu Gea pertama kali masuk ke kelas Gio, karena Gio berada di kelas 9D, sementara dia ada di kelas 9A.
Saat pertama kali masuk, suasana kelas begitu ramai, semua siswa melakukan apa yang mereka inginkan, ada yang bernyanyi dengan menggunakan sapu sebagai mikrofon nya, ada yang naik kursi dan meja juga.
Ya ampun mereka berisik sekali, tapi lucu. Pikir Gea
Sangat berbanding terbalik dengan kelasnya yang sepi, semua siswanya begitu serius belajar, tidak ada kata bercanda selain waktu istirahat, mereka semua saling bersaing mengenai nilai, menginginkan peringkat pertama dan menjadi yang terbaik.
Haikal menghampiri Gea, dan…
Pletak
"Aww… sakit tau, gak sopan banget sih!" Teriak Gea, yang lupa jika dia sekarang adalah Gio.
Haikal menatap temannya itu dengan heran, dia menaruh telapak tangannya di kening sahabatnya itu.
"Lo lagi sakit ya?" Haikal
"Hahaha, mana ada, gue cuma bercanda tadi, lagian lo sih pake main jitak-jitakan segala,hehe..." jawab Gea, dia mencoba membuat teman Gio tak curiga.
"Bukannya lo udah langganan ya dapet jatah jitakan dari gue? Hahaha.." Haikal
Pletak
Gea memberanikan diri membalas kelakuan temannya Gio itu. "Satu sama."
"Nah ini baru Gio." Haikal
Bukannya marah, Haikal malah senang mendapatkan jitakan dari Gea. Aneh banget deh. Pikir Gea
Selama di kelas Haikal, Brian dan temannya yang lain begitu usil, selalu aja ada tingkah yang nyeleneh. Sementara Gea hanya memperhatikan mereka dan sesekali tertawa. Apalagi saat melihat mereka menyontek dengan berbagai cara dan gaya, Gea benar-benar terhibur.
"Nih contekan buat lo Gio," Brian memberikan secarcik kertas kecil pada Gea.
"Gak usah," Gea mengembalikan kertas itu.
"So pinter lo, biasanya juga selalu minta dikerjain sama si Indra, trus lo kasih uang jajan yang banyak." Brian
Gea begitu kaget, ternyata selama ini Gio di kelas sangat malas belajar dan bergaul dengan teman-teman yang malas juga, meski tak bisa disangkal jika mereka sangat asyik buat diajak bermain dan bercanda, namun sangat suram jika diajak menata masa depan.
Flashback off
Gea merasa senang, kelas Gio memang begitu menyenangkan tidak seperti kelasnya yang membuatnya terbebani bahkan stress.
Dia mulai belajar agar nilainya bisa bagus besok, meski itu nilai Gio, tetap saja dia mau saudaranya itu dapat nilai yang terbaik.
Aku akan membuat perubahan di kehidupan Gio, aku akan menebarkan aura positif, bahkan untuk teman-temannya juga, hehehe… Batin Gea
***
Saat pagi tiba, Gea sudah siap dengan seragamnya yang rapi, dia sarapan roti dengan selai coklat kacang kesukaannya.
Gita yang memperhatikan Gio dia mulai bertanya karena penasaran.
"Sejak kapan kamu suka selai coklat dan kacang?" Gita
"Uhuk… uhuk.." Gea terbatuk lalu segera meneguk air putih yang ada di depannya.
Gea lupa kalau Gio gak suka selai kacang, lelaki itu biasanya hanya memakan selai coklat saja, atau nanas.
"Hmm, aku hanya mencoba selera Gea aja Mah, dan ternyata enak kok, Gea gak masuk sekolah hari ini ya Mah?" Gea
"Aneh aja liat kamu tiba-tiba berubah gitu, hmm.. iya, Gea sekolahnya besok." Gita
Setelah sarapan, Gea menghampiri Gio untuk melihat keadaannya. Ternyata Gio sudah membaik, hanya saja dia malas pergi ke sekolah, membuat Gea juga malas memperhatikan Kakaknya yang pura-pura sakit itu.
Gea berangkat ke sekolah bersama ibunya, meski Gita menanyakan sepeda motor Gio yang sudah 2 hari tidak dipakai, namun Gea mempunyai banyak alasan yang diberikan pada ibunya itu agar ibunya percaya.
Setelah sampai di sekolah, dia melihat Lili, ingin rasanya dia mengajaknya mengobrol dan makan bersama, namun rasanya tidak mungkin. Tapi dia punya alasan untuk mendekati Lili pagi ini.
"Lili, hey…" Gea
"Eh Gio, Gea nya mana?" Lili
"Gea izin, dia masih sakit, tolong kamu jaga Gea baik-baik ya..! Bantu dia saat dia ada masalah..!" Gea
Apakah Gio tahu kalau selama ini Gea mempunyai masalah dengan Gebi? Tapi kenapa dia malah menyuruhku membantu Gea, seharusnya kan dia yang membantu Gea sebagai Kakak sekaligus pelindung Gea. Pikir Lili
"Iya." Lili
Gea bergegas menuju kelas 9D, dia tidak sabar ingin melakukan kegiatan baru yang disukainya baru-baru ini.
Saat dia melihat Haikal dan Brian yang sedang duduk berdampingan.
Pletak
Pletak
Wow, keren… pikir Gea
Sementara dua lelaki itu meringis kesakitan dan menoleh ke arah Gea dengan tatapan tajam.
"Serang…!" Teriak Brian
Gea berlari terbirit-birit, dia bersembunyi dibalik tembok, jantungnya berdetak kencang, namun dia senang dan menikmati rasa takut itu.
Rasa takut yang menyenangkan bersama sahabat, bukan rasa takut yang benar-benar membuatnya takut dan tak berdaya.
Seketika wajah Gea murung mengingat hal itu.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments