Haikal berhasil menemukan Gea yang sedang bersembunyi, langsung merangkulnya dengan erat, lalu menjitak Gea sebanyak mungkin.
Pletak
Pletak
Pletak
"Hentikan.. , ini sakit!" Gea
"Makanya lo jangan nyari gara-gara sama gue, yuk ah masuk, lagian bel masuk udah berbunyi tuh." Haikal
Haikal merangkul Gea dan membawanya pergi ke kelas lagi.
Gea hanya pasrah, karena kekuatan lelaki itu lebih kuat darinya, kenapa aku jadi inget si Gebi sih? Malesin. Pikir Gea
Ulangan hari ini pun dimulai, Pak Feri begitu meremehkan Gea yang sedang serius mengisi soal.
"Hmm, isi yang benar, jangan diisi asal lagi!" Pak Feri
"Baik Pak," jawab Gea dengan santai.
Tumben sekali Gio serius begitu, dia juga bersikap lebih baik, nanti akan ku pastikan kalau nilai dia nol lagi seperti biasanya. Pikir Feri
Gea menyelesaikan soal itu dengan cepat dan menyimpan kertas ulangannya ke meja guru yang ada di depan kelas.
Semua siswa tidak ada yang merasa heran, karena biasanya memang Gio akan lebih cepat mengumpulkannya, namun tetap mendapatkan nilai nol, entah diisi asal atau memang tidak diisi sama sekali.
"Brian, si Gio keluar duluan tuh! Dia pasti dapet nol lagi, gue khawatir dia gak akan berhasil lulus sekolah." Haikal
"Gaya lo, kayak lo bakalan lulus aja, biasanya juga dapet nilai 30, haha.." Brian
"Itu mending lah, daripada nol kan?" Haikal
"Sstttt… kerjakan dengan tenang!" Pak Feri
Haikal dan Brian akhirnya diam.
Setelah ujian selesai, dilanjutkan dengan pelajaran sejarah dengan guru yang berbeda, Haikal dan Brian selalu saja bertingkah konyol yang membuat Gea tak bisa menahan tawanya.
"Hahaha… kalin lucu," Gea benar-benar tak sadar jika didepan kelas ada guru yang sedang menjelaskan materi.
"Siapa yang ketawa disaat saya sedang menjelaskan?" Tanya Pak Jaka dengan kesal.
"Gio Pak," jawab semua anak kelas 9D.
Haikal dan Brian hanya tersenyum sambil mengejek, menantikan sahabatnya itu mendapatkan hukuman.
"Gio kedepan!" Pak Jaka
"Baik Pak." Gea
Gea melangkahkan kakinya dengan lesu, ini pengalaman pertamanya dimarahi guru karena nakal.
"Karena kamu tadi tertawa, coba kamu jelaskan semua yang Bapak bahas tadi di depan, semuanya…!" Pak Jaka
Ini sih gampang, aku bahkan hafal diluar kepala karena kelas ini sepertinya ketinggalan materi deh. Pikir Gea
Gea menjelaskan semuanya dengan baik dan benar, dengan jelas tanpa ada yang terlewat, bahkan Gea menjelaskan dengan caranya, membuat para siswa yang lain lebih cepat mengerti dibandingkan mendengarkan penjelasan guru laki-laki di depan mereka.
Bahkan saking asiknya, Gea menjelaskan yang bahkan belum dibahas oleh gurunya, membuat semua orang menganga tak percaya, termasuk guru sejarah itu.
"Gimana Pak? Sudah kan?" Gea
"I-iya sudah, silahkan duduk kembali..!" Pak Jaka
Kenapa dia mendadak pintar? Apakah selama ini dia hanya berpura-pura tidak bisa? Pikir Pak Jaka
Gea tersenyum penuh kemenangan, baru kali ini dia merasakan pujian yang benar-benar pujian dari semua siswa di kelas, karena dikelasnya kelas pilihan, kelas A siswanya diambil dari siswa peringkat 1, 2 dan 3 dari kelas lain.
Jadi kelas Gea dipenuhi orang-orang pintar dan apa yang dilakukan Gea barusan adalah hal biasa bahkan kegiatan rutin di kelasnya. Kelas 9A adalah kelas khusus yang dibuat atas kebijakan sekolah.
Gea kembali duduk di kursi Gio.
"Hey, lo kesambet hantu pintar ya?" Haikal
"Bener banget tuh Brian, gak mungkin kan dia mendadak pintar hanya dalam semalam." Brian
"Hmm, gue emang pinter dari lahir, cuma gue gak suka pamer aja." Gea
"Ck, gak suka pamer? tapi lo sekarang itu lagi bersikap sombong tau." Brian
***
Sementara di kediaman keluarga Reza, disana suasana sangat sepi, Reza dan Gita yang masih berada di kantor, sementara Gio sedang asyik membaca buku diary kembarannya yang ada di kamar itu.
Buku pink yang sangat tebal, hampir setengah dari buku itu sudah terisi tulisan adik perempuannya yang berjejer rapi.
Gio membaca halaman demi halaman.
"Hahaha… lucu bener nih anak."
Jadi sebenarnya dia itu pengen punya sosok Kakak yang deket sama dia, melindungi dia kayak super hero gitu. Batin Gio
Gio merasa bersalah karena dia bukan Kakak yang terbaik, seperti yang diinginkan adiknya itu, Gio selalu menganggap mereka itu bukan adik kakak karena lahir di jam yang sama, dia juga tidak tahu kalau adiknya berharap lebih padanya.
Gue kadang menganggap dia itu saingan gue, maafin gue Gea. Pikir Gio
Gio begitu penasaran apa saja yang ditulis adik perempuannya itu, hingga catatannya setebal itu, dia ingin mengabulkan setiap apa yang diinginkan adiknya mulai saat ini. Ya… Gio berjanji didalam hatinya.
Gea setiap hari tumbuh ceria, mendapatkan barang apapun yang diinginkannya kecuali kebebasan. Gea juga selalu banjir pujian dari ibu dan ayahnya, bahkan kakek Baskoro dan Nenek Hanna, membuat Gio tak pernah berpikir jika adiknya punya kesedihan.
Saat Gio membaca lagi dan lagi, "kenapa ceritanya semakin sedih, membuat mataku sakit dan berair."
Namun Gio penasaran dan semakin penasaran, sampai dimana dia menemukan rahasia Gea, dimana Gea pernah merasa terpuruk dan putus asa.
"Apa? Dia pernah mengalami ini semua? Lalu kenapa gue sebagai Kakaknya tidak tahu? selama ini gue kemana aja? Gue memang Kakak yang gak berguna, lihat aja Gea, gue akan balas dendam dengan tubuh lo ini!" Ucap Gio merasa geram saat membaca halaman itu.
Tok
Tok
Tok
Gio menyimpan buku itu lagi ketempat semula, dia bangkit dan mencoba menata hatinya agar bisa menutupi rasa sedih dan marah di wajahnya. Dia menghampiri pintu dan perlahan membukanya.
"Mamah? Kok udah pulang, ini kan masih siang?" Gio
"Iya, Mamah khawatir sama kamu, meski ada asisten rumah tangga, tetap saja Mamah gak tega ninggalin kamu saat sakit," ucap Gita sambil memeluk tubuh anak gadisnya itu.
Gio menyambut pelukan hangat itu, dia bahkan lupa kapan hari terakhir dia dipeluk ibunya. Itu karena dia sudah tumbuh menjadi lelaki Remaja yang tidak suka dipeluk ibunya karena risih, padahal jauh di lubuk hatinya dia menginginkan itu.
Dengan menjadi Gea, dia bisa manja tanpa harus malu bukan? Itulah yang dipikirkan Gio.
"Mah? Masak yuk.. buat Gio..!" Gio
"Tumben kamu perhatian sama Kakakmu itu, biasanya juga ribut mulu? Hmm.. eh iya memangnya kamu udah sehat?" Gita
"Udah baik-baik aja kok, Kan Adik Kakak itu harus saling menyayangi, melindungi, iya kan Mah?" Gio
Gue harus bisa bersikap baik sama Gea!. Pikir Gio
"Iya dong, nah gini nih, Mamah suka kalau melihat kalian akur." Gita
Mereka pergi ke dapur untuk memasak, sementara Gio hanya membantu memotong sayuran atau mengambilkan apa yang dibutuhkan ibunya karena Gio tidak bisa memasak.
"Kamu ko cuma bantuin gitu doang? Katanya mau masakin buat Gio? Ini kan makanan kesukaannya, kamu kan pandai memasak, apalagi masak rendang dan sambal ijo, kamu niat gak sih masakin buat dia?." Tanya Gita heran.
Gio merasa gugup, dia bingung harus menjawab apa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments