Reza bersiap-siap, dia menunggu Gio dengan tidak sabaran, "Kenapa dia lama sekali?".
Sementara Gea sedang berada di kamar Gio, dia mencari baju renang yang bisa menutupi badannya, namun dia tidak menemukannya dimanapun.
Dimana Gio menyimpannya sih? Kalau aku tanyain itu sekarang….. kan kasian, dia masih sakit. Pikir Gea
Gea hanya menemukan celana pendek untuk berenang saja, dia terpaksa memakai itu dipadu dengan kaos lengan pendek.
Gea menghampiri ayahnya ke samping rumah, dimana disana ada kolam renang yang luas.
"Yah, aku udah siap." Gea
"Hmm, buka bajunya Gio, bukankah biasanya juga kamu bertelanjang dada?" Reza
"Gak usah Pah, aku lagi ingin seperti ini." Gea
"Aneh sekali," ucap Reza sambil memperhatikan tubuh Gio dari atas sampai bawah, Reza curiga jika anak lelakinya itu menyembunyikan luka memar di tubuhnya.
"Kenapa sih Pah?" Gea
"Buka bajumu sekarang juga!" Reza
"Gak mau Pah, gak usah maksa deh!" Gea
Kenapa dia gak mau? Aku yakin dia habis berkelahi dan menyembunyikan lukanya. Pikir Reza
Reza menghampiri anak lelakinya itu, mencoba membuka baju itu dengan paksa, namun sebelum berhasil, Gea sudah melarikan diri. Dia berlari terus menerus menghindari Papanya itu.
Ada apa sih?, kenapa Papah maksa sekali, apa Papah sudah tahu kalau aku bukan Gio? Pikir Gea
"Gio… , kemari! Jangan lari terus!" Reza
Gita yang memperhatikan mereka dari dalam rumah hanya mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan dua lelaki yang sedang berlarian itu, bukankah mereka ingin berenang, Kenapa malah kejar-kejaran?
"Papah sebenernya kenapa sih?" Teriak Gea
"Papah cuma mau memastikan tidak ada memar di tubuhmu." Reza
Oh, kirain papah tahu kalau aku bukan Gio karena tingkahku yang aneh tadi. Pikir Gea
Gea dengan patuh mendekati Reza, dia dengan terpaksa membuka bajunya untuk meyakinkan ayahnya.
"Tuh, gak ada yang memar Pah..!, udah ya aku pake lagi bajunya?" Gea merasa tak nyaman jika harus bertelanjang dada begitu.
Reza mengambil baju Gea, "udah gitu aja, berenang kan lebih enak begitu, lebih ringan..!" Reza
"Tapi pah?" Protes Gea, namun baju itu benar-benar diambil oleh ayahnya.
Gea merasa kedinginan, angin yang berhembus menambah kesan dingin pada tubuhnya, dia refleks menutupi bagian atasnya dengan kedua tangannya.
Aku bener-bener gak nyaman. Pikir Gea
"Pah lain kali aja ya berenangnya, aku masuk ke kamar dulu," ucap Gea lalu berlari menuju ke dalam rumah dengan posisi masih menutupi bagian atasnya.
Reza merasa sangat kesal pada anaknya itu, padahal dia ingin mengajak Gio lomba berenang, tapi malah pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.
Gea masuk ke dalam kamar, mengambil baju secara asal, dan langsung memakainya.
"Padahal tadi aku udah seneng mau berenang bareng, eh pake acara dicurigai segala sih, males ah." Gea
Gea berkeliling di kamar itu, kamar Gio dengan cat putih, biru dan hitam. Mencoba mencari sesuatu yang menarik, tapi tidak mungkin kakak lelakinya itu menulis diary seperti dirinya. Padahal Gea begitu penasaran dengan isi hati dan keluhan-keluhan Gio disetiap harinya.
Dia menatap foto disana, hanya ada foto Gio dan teman-temannya. Gea baru sadar jika selama ini dia belum pernah berfoto bersama lagi dengan saudara kembarannya itu, kecuali saat mereka masih kecil.
"Lucu banget fotonya, mereka kayaknya sahabat dekat deh, hmm iya aku ingat yang itu Haikal dan yang satunya Brian, pantas saja mereka langsung menjitak kepalaku saat sampai disekolah tanpa ragu." Gea
Ternyata Gea melewatkan banyak waktu berharganya, padahal Gio seharusnya menjadi orang yang paling dekat dengannya, Gio adalah teman pertamanya yang selalu menemaninya sejak saat dalam kandungan.
Gea yang teringat Kakaknya itu, dia menuju kamarnya sendiri yang serba pink itu untuk melihat keadaan Gio.
Tok
Tok
Tok
Namun pintu itu tidak ada yang membuka, dan tidak ada suara Gio yang menyahut.
Apa dia masih tidur? Pikir Gea
Ceklek
Ternyata gak dikunci. Pikir Gea
Dia masuk dengan hati-hati, khawatir jika mengganggu Gio yang sedang tidur, ternyata Gio tidak ada diranjang pink miliknya itu, Gea mendengar suara air mengalir, sepertinya Gio sedang mandi.
Akhirnya Gea menunggu Gio sambil tiduran dan memainkan ponselnya dengan santai.
Akhirnya Gio keluar dari kamar mandi, dia sudah memakai celananya namun masih memakai handuk bagian atasnya.
"Gea… bangun…!" Gio
"Eh, udah mandi? Udah sembuh perutnya?" Gea
"Udah mendingan, ini gue abis ganti pembalut yang penuh, gue bingung bersihinnya, gue buang aja langsung ke tong sampah, jijik banget gue." Gio
"Ih Gio jorok, harusnya dibersihkan dulu di air mengalir baru dibuang, biarin aja di bawah keran lama-lama juga bersih kok." Gea
"Oh gitu caranya, yaudah mumpung lo ada disini, pakein gue baju!" Gio
"Kan bisa sendiri, bukan bayi gede." Gea
"Tapi susah Gea kalau pake atasan lo itu tuh," tunjuk Gio.
"Oh, kacamata, yaudah sini aku pakein, lagian itu tubuh aku, kamu merem ya Gio!" Gea
Gio hanya menurut saja, dia menutup matanya, padahal untuk apa dia susah payah harus menutup mata, dia sudah tahu keseluruhan badan saudaranya itu.
Ck, dasar Gea. Batin Gio
Gio merasa lucu saja melihat tingkah kembarannya itu, ternyata Gea tidak selalu menyebalkan, dia terkesan manis, dan Gio baru menyadarinya.
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka, membuat kedua saudara itu panik, ternyata mereka lupa mengunci pintu.
"ya ampun." Gea
Bersambung…..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments