Gio yang bingung, dia terpaksa harus berbohong pada ibunya itu.
"Ih Mamah aku kan masih belum sehat bener, makanya bantuin yang mudah-mudah aja, perutku agak sedikit sakit Mah," ucap Gio sambil memegangi perutnya.
"Kalau masih sakit istirahat aja, biar Mamah yang masak, kamu duduk aja disana, oke..!" Gita
"Iya deh Mah… " Gio
Gio duduk melihat ibunya memasak, meski Gita sosok ibu yang kuat, jago beladiri, namun juga hebat di dapur, membuat Gio merasa beruntung memiliki ibu seperti Gita.
Kenapa gue selalu ngerasa Mamah pilih kasih dan gak perhatian ya? Padahal kan gue yang selalu menghindar dan sibuk sama dunia remaja gue. Pikir Gio
Wangi aroma masakan itu begitu nikmat, membuat Gio menjadi lapar, apalagi itu makanan kesukaannya. Meski temanya memasak untuk Gio, namun tetap saja Gita memasak masakan kesukaan Gea juga, membuat Gio merasa senang dan tak perlu meminta ibunya memasak soto sapi kesukaan adik perempuannya itu.
"Mah, aku laper, boleh dicoba sekarang gak?" Gio
"Ih, jangan dong.. sebentar lagi Gio dan papa kamu juga pulang." Gita
"Hehe.. iya Mah," ucap Gio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Gio menatap makanan yang masih panas dan beraroma nikmat itu dengan fokus. Sementara Gita memperhatikan anaknya dengan sedikit aneh, karena jarang sekali Gea semangat makan, dia biasanya diet, Gita tidak tahu kalau yang tadi memasak dengannya adalah Gio yang berada di tubuh Gea.
Benar saja hanya menunggu 20 menit saja terdengar suara orang masuk dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam, Gea… ," sambut Gio.
"Hmm, itu Gio, kamu malah memanggil namamu sendiri.. " Gita
"Hehe, lidahnya keseleo Mah." Gio
"Gio, duduk sini..! entah ada angin apa Mamah juga heran, ini adik kamu tiba-tiba pengen masakin kamu, tapi sebenernya Mamah juga sih yang masak, dia cuma nonton duduk santai." Gita
"Haha.. dia masak Mah? Mana bisa…" Gea
"Bukan gitu ceritanya Mah, aku kan bantuin tadi motong sayuran, masukin ini lah itu lah, ambilin semua bahan yang Mamah butuhkan." Gio
"Dan entah mengapa, Gea yang sakit perut mendadak jadi pelupa, masa gak bisa bedain garam sama gula, kunyit sama lengkuas, repot deh acara masak kali ini," keluh Gita
"Hahaha… aku kok bayanginnya lucu ya Mah." Gea
"Tapi aku udah berusaha masak buat kamu, eh malah diledekin," Gio merasa kesal.
"Bukan lucu lagi Gio, tapi aneh, Gea kan pinter masak kok mendadak gak tahu apa-apa." Gita
"Hmm, Gea masih sakit kali Mah, Makasih ya kalian udah masakin soto yang enak ini." Gea
"Hmm, maksud Gio pasti rendang yang paling enak, iya kan Gio?" Tanya Gio dengan sedikit penekanan.
"Eh iya, rendang kesukaanku." Gea
Gea lupa kalau dirinya kini menjadi Gio dan makanannya pun harus sesuai selera Gio. Padahal dia begitu ingin makan dengan soto sapi itu, namun dia terpaksa mengambil lauk rendang.
Namun saat papanya datang, ibunya bangkit dan langsung menghampiri Reza ke depan rumah. Ibunya itu hafal dengan bunyi klakson suaminya sendiri, dia akan sumringah saat mendengar klakson itu berbunyi.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh si kembar, mereka menukar piring mereka yang belum sama sekali mereka makan, mereka langsung makan dengan lahap.
Untung saja ibunya itu malah diam didepan, entah apa yang dibicarakan ibu dan ayahnya itu, hingga saat mereka kembali makanan si kembar sudah habis.
"Loh kok udah lagi makannya? Cepet banget." Gita
"Laper Mah… ," jawab si Kembar kompak.
"Gak nungguin Papah?" Reza
"Maaf Pah, tapi beneran aku kelaperan." Gea
"Yaudah gapapa, kalian mau nambah lagi? Sekalian temenin Papah makan." Reza
"Gak Pah, aku mau minum obat sakit perut Pah." Gio
"Aku mau ganti baju dulu Pah." Gea
Gita dan Reza mengangguk, si Kembar bangkit dan berjalan ke arah kamar mereka masing-masing, mereka lupa kalau mereka juga harus bertukar kamar, membuat Reza dan Gita heran.
Ceklek
Saat mereka berdua membuka pintu Gita mulai mengingatkan mereka.
"Kalian salah kamar..!" Gita
Si kembar menutup pintunya kembali dan bertukar tempat sambil tersenyum kikuk.
"Mereka kenapa Mah?" Reza
"Mamah juga gak tahu, mereka mendadak aneh." Gita
***
Keesokan harinya Gio pun masuk sekolah, dia sudah merasa lebih baik, dia tidak mau membuat absen Gea jelek. Gio mulai memikirkan adik perempuannya kali ini, sejak dia bertukar tubuh dan tahu keluhan-keluhan kembarannya itu.
"Gio, nanti kamu ajarin aku naik motor ya?" Bisik Gea.
"Hmm.. boleh kalau Mamah ngijinin," ucap Gio dengan keras.
"Ngizinin buat apa?" Gita
"Ini, Gea ngajakin aku naik motor Mah boncengin dia, jalan-jalan, emangnya boleh?" Gea
"Oh, boleh kalau hari libur, jangan jauh-jauh dan jangan lama-lama, jagain adik kamu, jangan ngebut-ngebut!" Gita
"Siap Mah," Jawab Gea dengan senang.
Gita merasa senang melihat anak-anaknya akur, dan saling perhatian satu sama lain, untuk kali ini Gita akan memberikan kesempatan kepada mereka, berharap mereka akan kompak terus, mereka juga akan diikuti oleh satu bodyguard kepercayaan Gita meski dipantau dari jarak yang lumayan jauh agar mereka tidak merasa dikekang.
Gita hanya khawatir, mengingat pergaulan remaja zaman sekarang itu sangat-sangat rentan terbawa arus yang salah.
Akhirnya mereka sampai di sekolah, "Gio, kamu harus belajar dengan benar, jangan sampai nilaiku anjlok gara-gara kamu!" Gea
"Iya, bawel." Gio
Gio berjalan menuju kelas 9A, kelas pilihan, kelas khusus siswa-siswi yang pintar.
Gio pergi ke toilet sebentar karena dia tak tahan ingin buang air kecil, setelah selesai dia membuka pintu toilet itu dan tepat didepan matanya ada wanita yang sedang menatap tajam padanya.
"Hai Gea, lo kemarin gak masuk kan? Jadi sekarang lo bayar dobel ya, ingat jatah jajan gue!" Jesi
Gio menatap wanita itu dari ujung rambut sampai ujung kepala.
Apa dia preman sekolah? Lumayan Cantik sih, tapi kok kelakuannya minus ya? Untung dulu gue gak sempet naksir sama nih cewek. Gue apain ya ni anak? Pikir Gio
"Lo budek apa? Jawab dong! malah bengong sih lo? Cepetan kasih uangnya!" Jesi
Ya ampun, si Gea hidupnya gak tenang banget banyak yang gangguin. Pikir Gio
"Gak ada, lo kan punya jatah jajan dari ortu lo, gak usah minta sama gue!" Gio
"Lo mulai berani ya sekarang? Apa lo kemarin kejedot pintu sampe lo mendadak so berani?" Jesi
"Lo kali yang sakit, lo mau gue laporin ke guru BP?" Gio
Jesi mulai geram, dia meremas kerah baju seragam Gio dengan tangannya, dengan penuh percaya diri dia mulai menakuti Gio dengan tatapan tajamnya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments