"Auhh." Marissa meremas perutnya berkali kali hingga dirinya menjerit kesakitan. Dia berharap dengan apa yang dilakukannya saat ini. Janinnya itu terlepas dari tubuhnya. Menyadari jika janin itu akan menjadi penghalang bagi dirinya untuk meraih Masa depan yang cerah. Marissa menganggap jika keberadaan janin itu adalah ancaman bagi dirinya sendiri.
Marissa berhenti meremas perutnya jika masih terasa sakit. Dan setelah rasa sakit itu hilang. Marissa kembali meremas perutnya. Begitu berkali kali. Tapi tanda tanda janin itu terlepas dari tubuhnya tidak ada sama sekali.
Marissa sadar jika hanya meremas perut. Rasa sakit itu hanya di permukaan luar bagian perut.
Marissa tidak berhenti hanya melakukan itu. Marissa berdiri di lantai kamarnya. Marissa melompat lompat di lantai itu hingga dirinya merasa lelah dan berkeringat sangat banyak.
Karena merasa sangat lelah. Marissa akhirnya berbaring. Gadis belia itu kembali menangis. Dirinya semakin sadar jika dirinya benar benar hamil. Tamu bulanannya yang seharusnya datang dua minggu lalu. Ternyata sampai hari ini, tamu bulanan itu tidak datang.
"Aku hamil, ternyata aku hamil," kata Marissa sambil memukul perutnya berkali kali. Gadis belia itu kini menjambak rambutnya sendiri. Marissa benar benar frustasi. Dia hanya memikirkan bagaimana menyingkirkan janin itu dari perutnya.
Marissa benar benar menyiksa dirinya sendiri. Dia membenci hidupnya. Sejak lahir, tidak merasakan kasih sayang orang tua kandung. Dan ada orang baik yang mengangkat dirinya menjadi putri angkatnya. Ternyata ini balasan Marissa.
Marissa terisak mengingat semua kebaikan Kedua orang tua angkatnya. Dirinya tidak pernah kekurangan materi maupun kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi, setelah ini. Marissa tidak yakin jika Arjuna maupun Nisa akan tetap menyayangi dirinya seperti dulu.
"Mengapa hidup ku sangat menyedihkan," kata gumam Marissa. Isak tangisnya masih terdengar di penjuru kamar itu. Marissa bahkan mengabaikan panggilan dari teman sekolahnya.
Di kamar terpisah, Mama Nisa terdengar menghubungi Dino dan keluarganya. Wanita itu menyuruh Dino dan keluarganya untuk datang ke rumah ini nanti malam. Dari seberang tidak banyak bertanya karena mereka sudah mengetahui ini akan terjadi.
"Bu, apa ini tidak keterlaluan?. Marissa itu adalah gadis yang baik loh bu. Masa Kita menyakiti gadis itu," tanya Dino kepada Ibu Nilam.
Dino merasa berat menjalankan kerja sama itu dengan mama Nisa karena tidak tega menyakiti gadis polos seperti Marissa.
"Kita sudah terlanjur terlibat nak. Jadi Kita jalani saja. Ini bukan perkara yang sulit. Lagi pula dengan seperti ini. Kita kan mendapatkan uang yang banyak. Lagi pula kita kan hanya membantu Marissa," jawab ibu Nilam santai.
Pembicaraan ibu Nilam dengan Dino terhenti di situ. Dino sudah memutuskan akan mengikuti rencana yang disusun demi mama Nisa untuk mendapatkan uang walau rencana itu sedikit bertentangan dengan hati nuraninya.
"Benar kan pa, Dino bersedia datang tanpa banyak menjawab karena dia tahu apa yang dilakukan olehnya kepada Marissa. Pa, jangan jangan Dino sengaja melakukan itu karena mempunyai maksud tertentu. Mungkin karena uang. Dia kan tahu, Marissa putri kita satu satunya meskipun hanya putri angkat," kata mama Nisa. Dia sengaja memprovokasi Arjuna supaya pintu keberhasilan akan semua rencananya terbuka dengan sempurna.
"Berani, dia melakukan itu. Maka bersiap siap lah dia berubah bentuk."
"Jangan langsung main hakim sendiri ya pa. Sebelum menikahkan mereka. Kita kan bisa menyelidiki Dino. Apa dia melakukan itu karena harta atau karena cinta."
"Cinta tidak akan menghancurkan masa depan orang yang dicintainya itu ma. Tidak ada pembenaran atas alasan apapun yang dilakukan pria itu terhadap putriku."
"Terserah kamu mau berbicara apapun pa.. Tapi aku mohon. Tolong Kita kasih semangat supaya Marissa bisa menerima kenyataan ini. Aku juga memohon kamu jangan marah lagi dengan Marissa."
"Aku mau ke atas ke kamar Marissa. Papa mau ikut. Aku khawatir Marissa melakukan tindakan yang membahayakan janinnya."
"Tidak, pergi lah," jawab Arjuna.
Arjuna memang marah dan kesal karena kehamilan Marissa. Tapi ada perasaan takut di hatinya jika kehamilan Marissa berbahaya. Bahkan dari hati yang paling dalam. Arjuna bahkan menginginkan dirinya yang pertama kali menggendong calon cucunya itu setelah para medis.
Mama Nisa mempercepat langkahnya menaiki tangga.
"Apa yang kamu lakukan Marissa. Jangan lakukan ini," kata mama Marissa marah. Wanita itu berlari dari pintu kamar menuju ranjang karena melihat Marissa memukul perutnya.
"Mama, aku mohon. Tolong bantu aku mengeluarkan ini dari tubuhku. Aku tidak mau berhenti sekolah ma," kata Marissa memohon kepada mamanya.
"Jangan gila kamu Marissa. Itu dosa. Dia sudah hadir di tubuh kamu sebaiknya kamu menjaganya dengan baik.
"Tapi aku tidak mau. Aku tidak perduli dosa atau tidak karena aku merasa tidak pernah melakukan dosa itu," teriak Marissa marah. Dia merasa kesal kepada mamanya itu karena Marissa dapat menilai jika perkataan yang keluar dari mulut mamanya itu terkesan menyalahkan dirinya tapi mendukung kehamilan itu supaya bisa sampai dilahirkan.
"Kamu Kira hanya perkara dosa yang harus kita pikirkan. Tindakan mengeluarkan janin itu dari perutnya adalah sesuatu yang paling berbahaya. Kamu ingin membuangnya karena ingin tetap bersekolah kan. Bisa Nyawa kamu tidak terselamatkan jika keinginan kamu itu kita paksakan.. Percaya pada mama. Setelah bayi itu nanti lahir. Mama akan mempersiapkan masa depan yang cerah bagi kamu. Kamu takut tidak mempunyai ijazah?. Kamu takut tidak melanjutkan kuliah ke luar negeri. Kamu tidak perlu memikirkan itu. Mama akan berusaha keras supaya kamu tetap bisa ujian akhir nasional nantinya."
Mama Nisa berkata lembut dan membujuk Marissa supaya tidak mengeluarkan janin itu dari perutnya.
"Itu tidak mungkin ma. Bagaimana pun pihak sekolah akan memecat aku jika ketahuan hamil," kata Marissa pelan. Setelah mengucapkan hal itu. Marissa menutup wajahnya dengan bantal. Marissa kembali menangis. Jika dirinya tetap mempertahankan janin itu maka kebersamaannya dengan para teman teman juga akan berakhir atau bahkan teman temannya itu akan berbalik arah mengatakan dirinya yang sok baik tapi kenyataannya bisa hamil di luar nikah.
"Kamu jangan takut Sa, dengan bantuan papa. Kita bisa mengatasi tentang masalah sekolah kamu. Yang terpenting saat ini. Kamu harus menjaga kesehatan demi janin ini. Kita harus melihatnya lahir ke dunia."
"Tidak ma. Tanpa bantuan mama atau tidak. Aku tetap mengeluarkan janinnya. Aku tidak menginginkannya."
"Marissa," bentak mama Nisa marah. Dia sudah berkata baik baik bahkan membujuk ternyata Marissa keras kepala.
Marissa menundukkan kepalanya. Setelah bertahun tahun hidup bersama keluarga angkatnya. Baru kali ini, Marissa dibentak.
"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi di hadapanku. Suka atau tidak suka. Kamu harus melahirkan janin ini. Jika kamu masih saja tetap bersikeras hendak mengeluarkannya dari tubuhmu. Maka mama yang melaporkan kamu kepada yang berwajib."
Akhirnya mama Nisa mengancam Marissa demi mencapai tujuannya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Siti Yatimatin
sungguh kejam
2024-08-21
0