Apakah ini Jebakan2

"Marissa, darimana kamu?"

Marissa mendengar pertanyaan Arjuna seperti petir yang menggelegar. Suara itu bernada tajam dan terdengar menakutkan. Marissa tidak mempunyai nyali untuk menatap papa angkatnya itu tapi tidak berani juga melewati tubuh Arjuna yang menjulang tinggi di dekat pintu mobilnya.

Marissa berdiri dan menundukkan kepalanya masih di dekat motor milik Dino.

"Dan kamu Dino. Kemana kamu membawa putriku?" tanya Arjuna tajam. Pria itu juga terlihat menundukkan kepalanya. Arjuna jelas menunjukkan rasa tidak suka atas perbuatan Dino yang berani membawa Marissa keluar rumah.

"Marissa masuk!. Kamu juga," kata Arjuna lagi. Dia menunjuk wajah Dino kemudian membalikkan badannya menuju pintu masuk.

Marissa dan Dino saling berpandangan. Marissa terlihat sangat ketakutan. Setelah ini, gadis belia itu khawatir Arjuna menganggap dirinya sebagai manusia yang tidak tahu diri. Sedangkan Dino terlihat lebih berani dari Marissa. Laki laki itu bahkan menggenggam tangan Marissa dan menarik gadis belia itu supaya menggerakkan kakinya melangkah ke arah pintu itu.

Marissa berusaha melepaskan tangannya dari Dino. Semakin sia berusaha melepaskan. Dino semakin kuat menggenggam tangannya.

"Kita hadapi bersama sama. Kamu jangan takut," kata Dino. Tapi bukan itu yang diinginkan Marissa. Dia tidak ingin masuk ke dalam rumah dengan bergenggaman tangan seperti itu. Dia dan Dino tidak melakukan hal apapun yang melampaui batas. Marissa ingin mereka berdua masuk ke dalam rumah itu dengan bersikap biasa saja Karena hubungan mereka juga biasa biasa saja. Jika untuk menyakinkan sang papa dirinya tidak melakukan hal apapun. Marissa percaya, mama Nisa akan membantu dirinya menjelaskan hal itu kepada papanya. Lagipula, dirinya keluar rumah bukan karena keinginannya melainkan ijin dari sang mama.

"Tapi tidak perlu juga bergenggaman tangan seperti ini Dino," protes Marissa. Wanita itu berusaha melepaskan genggaman tangan itu dan akhirnya berhasil. Marissa melangkah cepat meninggalkan Dino yang juga mengikuti langkahnya.

Marissa mendekati kedua orang tuanya dengan perasaan takut. Di sofa itu, Arjuna dan Nisa sudah duduk bersebelahan dan sama sama menatap Marissa. Arjuna menatap Marissa dengan wajah yang datar sedangkan Nisa memandang Marissa dengan tersenyum. Tapi anehnya. Marissa merasakan senyum sang mama itu sedikit berbeda dari biasanya. Mungkinkah wanita itu juga merasa takut karena akan ketahuan memberikan ijin kepada Marissa untuk keluar rumah bersama Dino?.

"Sudah pulang sayang. Mana Dino?" tanya Nisa. Marissa menggerakkan tangannya ke belakang tubuhnya untuk menjawab pertanyaan sang mama. Dan yang ditanya pun langsung muncul di ruang tamu itu.

"Sudah berapa kali kamu melakukan seperti ini Marissa?" tanya Arjuna datar tapi melirik tajam kepada Dino.

"Baru pertama ini pa."

"Jujur, berapa kali?" tanya Arjuna lagi. Pria itu bertanya pelan tapi dari warna wajah jelas terlihat jika dirinya sangat marah.

"Aku jujur pa. Baru pertama ini."

"Tanpa ijin dari papa. Kamu lebih mementingkan dia dari papa. Kalau mama tidak menyuruh papa pulang cepat hari ini. Papa tidak akan mengetahui perbuatan kamu ini."

Nia terkejut. Ternyata papanya pulang karena permintaan sang mama. Lalu apa maksud dari perkataan mama Nisa sebelum dirinya dan Dino keluar dari rumah tadi. Bukankah tadi mama Nisa mengatakan papanya akan pulang malam?. Nia memberanikan diri menatap mama Nisa. Tapi wanita itu terlihat mengelus lengan Arjuna. Perbuatannya itu seolah olah menenangkan Arjuna supaya tidak marah.

"Maaf Pak. Sebenarnya, aku...."

"Diam kamu. Aku tidak bertanya kepada kamu," kata Arjuna memotong perkataan Dino. Arjuna merasa tidak mempunyai urusan dengan laki laki itu. Arjuna hanya mendidik putrinya karena itu adalah tanggung jawabnya. Bagi Arjuna. Dirinya tidak bisa menyalahkan anak orang lain. Walaupun Dino yang mengajak Marissa keluar, harusnya Marissa bisa menolak dan menahan diri. Jika dirinya menyalahkan Dino dalam hal ini. Maka kemungkinan besar. Marissa akan mengulang nya lagi dan mungkin bukan dengan Dino tapi dengan orang lain. Arjuna tidak menginginkan seperti itu karena bisa saja orang yang mendekati putrinya karena alasan tertentu.

Dino menundukkan kepalanya. Suara Arjuna memang tidak kencang tapi suara itu sanggup membuat kakinya gemetar.

"Pa, biarkan mereka saling mengenal. Sebentar lagi Marissa akan tamat sekolah dan melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Biarkan Marissa belajar menjaga dirinya mulai dari sekarang. Mereka saling mencintai. Apa salahnya jika jalan jalan sebentar di luar rumah."

Nisa mengeluarkan kata kata untuk membela putri angkatnya itu.

"Apa kalian sudah berpacaran?" tanya Arjuna tajam setelah mendengar perkataan Nisa jika Dino dan Marissa saling mencintai. Arjuna sangat tidak setuju dengan perkataan istrinya itu. Karena dia akan menyediakan pengawal bayangan bagi Marissa jika Putrinya itu bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Dia tidak akan melarang Marissa untuk berpacaran jika usia putri angkatnya sudah dewasa. Saat ini, Marissa bisa dikatakan di usia yang masih labil. Arjuna takut. Pria yang berniat mendekati Marissa akan memanfaatkan usia labil putrinya itu.

"Tidak pa," jawab Marissa cepat.

"Tidak apa apa Sa. Berpacaran juga tidak apa apa. Tapi jangan kelewat batas."

Marissa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan sang mama yang seakan membantah perkataannya jika dirinya dan Dino sudah tidak beberpacaran.

"Papa yang membuat peraturan di rumah ini. Dan peraturan papa sudah buat sebelumnya. Marissa tidak bisa keluar dari rumah tanpa sepengetahuan aku."

Setelah mengucapkan kata kata tegas itu. Arjuna meninggalkan mama Nisa di sofa itu dan masuk ke dalam kamar. Seperti biasa apa yang dikatakan oleh Arjuna tidak bisa dibantah oleh siapapun termasuk mama Nisa.

Marissa menundukkan kepalanya sambil berjalan mendekati mama Nisa. Gadis belia itu sangat sedih karena membuat papanya marah.

"Sudah, jangan bersedih. Papa hanya marah sesaat saja. Kalau papa tidak mengijinkan kamu keluar rumah. Kamu masih bisa tetap bertemu dengan Dino. Mama akan memberikan waktu bagi kalian," kata mama Nisa sambil membelai rambut Marissa yang tertunduk lesu.

"Dino, kamu bisa kembali ke belakang," kata mama Nisa kepada Dino. Dino menundukkan kepalanya hormat kemudian berlalu dari ruang tamu itu.

"Mama, mama kah yang meminta papa untuk cepat pulang?"

Marissa akhirnya bertanya apa yang terganjal di hatinya.

"Ya sayang. Tapi mama tidak sengaja. Pesan mama beberapa hari yang lalu yang meminta papa pulang cepat terpencet hingga pesan itu terkirim ulang ke papa. Maafkan mama ya, sayang!"

Mama Nisa menunjukkan bukti dari perkataannya. Marissa hanya menganggukkan kepalanya pertanda percaya setelah melihat layar ponsel milik mama Nisa yang memperlihatkan chat seperti yang dikatakan oleh sang mama.

"Lain kali, mama akan janji hati hati," kata mama Nisa. Lagi lagi Marissa hanya menganggukkan kepalanya. Mungkin karena rasa sayangnya kepada mama Nisa. Marissa mempercayai begitu saja apa yang dikatakan oleh sang mama.

Terpopuler

Comments

Mesra Jenahara

Mesra Jenahara

apakah mama Nisa boong soal chat yg kepencet itu..🤔🤔

2022-10-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!