Ijin Keluar

Lama berbincang bincang dengan sang mama. Marissa tidak dapat lagi menahan kantuk yang menyerang dirinya. Kata demi kata yang keluar dari mulut mama Nisa bagaikan dongeng pengantar tidur bagi gadis belia. Semakin lama, Marissa tidak dapat menahan rasa kantuk itu akhirnya gadis itu tertidur. Mama Nisa terus bercerita tanpa memperhatikan lawan bicaranya apakah masih menyimak atau tidak.

"Kebiasan," kata mama Nisa kemudian terkekeh melihat Marissa yang tertidur pulas. Bukan hanya sekali ini, Marissa tidur di kamar itu setelah berbincang bincang terlebih dahulu. Mama Nisa membebaskan Marissa masuk ke kamarnya hingga hampir setiap hari, Marissa tidur siang di kamar itu. Mama Nisa menarik selimut menutupi tubuh Marissa hingga leher. Mama Nisa menatap lekat wajah damai putrinya itu sebelum akhirnya dia beranjak dari kamar tersebut.

Hampir dua jam lamanya. Marissa tertidur di kamar kedua orang tua angkatnya. Marissa keluar dari kamar itu setelah merapikan ranjang terlebih dahulu.

Marissa terkejut begitu dirinya keluar dari kamar. Di ruang tamu. Sang pujaan hati duduk dengan santai sambil memainkan ponselnya. Marissa sengaja menatap Dino dalam diam karena pria itu belum menyadari keberadaannya di ruang tamu itu. Marissa melakukan hal itu karena nanti setelah mereka berhadapan. Marissa tidak dapat memandangi wajah pria itu dengan sepuasnya karena detak jantungnya yang tidak bisa diajak kompromi.

Kini Marissa merasakan kakinya berat melangkah karena jantungnya sudah mulai berdetak dengan kencang. Melihat Dino, membuat Marissa mengagumi ketampanan pria itu. Sebagai gadis belia, hal yang wajar bagi Marissa tertarik kepada lawan jenis seperti Dino. Dino mempunyai wajah yang tampan, lumayan tinggi dan berkulit sawo matang terawat. Bukan hanya karena ketampanan. Dino sudah jago basket. Seperti gadis belia lainnya. Mempunyai pacar yang jago di bidang tertentu apalagi di bidang olah raga adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang gadis.

Rasa bahagia di hati Marissa perlahan menghilang mengingat hubungannya dengan Dino hanya sebagai teman. Dino belum pernah menyatakan perasaan kepada Marissa begitu juga dengan sebaliknya. Marissa khawatir hanya dirinya yang mempunyai rasa sementara Dino tidak mempunyai rasa apapun kepadanya. Menyadari hal itu. Marissa menggigit jari tangannya. Dino belum melihat dirinya. Pria itu sangat fokus memainkan ponselnya yang sepertinya sedang mengetik pesan.

"Dino."

Akhirnya nama itu lolos dari mulut Nia. Dino mendengar walau Marissa berucap pelan. Dino menatap Marissa dan memberikan gadis belia itu senyuman manis yang membuat jantung Marissa semakin tidak sehat.

Perlahan, Marissa berjalan. Akibat detak jantungnya yang tidak beraturan membuat Marissa terlihat gugup. Gadis belia itu sengaja duduk di sofa yang agak jauh dari Dino. Marissa khawatir, Dino bisa mendengar detak jantungnya. Selain itu. Marissa juga takut jika sewaktu waktu sang papa atau mama Nisa datang dan melihat dirinya berduaan dengan Dino akan membuat Arjuna marah.

Gugup tidak membuat otak Marissa tidak bekerja. Marissa bertanya dalam hati mengapa Dino bisa duduk di sofa itu. Hampir semua pekerja di rumah itu tidak berani duduk di sofa tapi mengapa Dino terlihat santai tanpa rasa sungkan duduk di sofa tersebut. Dino adalah putra dari salah satu pekerja di rumah itu tapi caranya duduk di sofa itu seperti seorang tamu dari kalangan atas.

"Ibu Nisa meminta aku menjaga kamu," kata Dino seakan tahu isi hati Marissa. Marissa mengerutkan keningnya. Mama Nisa meminta Dino menjaga dirinya adalah sesuatu yang baru bagi dirinya.

"Menjaga aku?" tanya Marissa memperjelas pendengarannya. Dirinya sudah merasa besar dan dirinya sudah terbiasa di rumah sendiri dengan para pekerja lainnya tanpa ada yang menjaga dirinya seperti saat ini.

"Iya menjaga kamu. Ibu Marissa sedang keluar dan sepertinya akan pulang sore," jawab Dino. Marissa kembali mengerutkan keningnya. Mama Nisa bebas keluar rumah tanpa ada larangan dari Arjuna suaminya. Bahkan tidak hanya pulang sore hari dan terkadang juga pulang malam hari. Arjuna sangat mencintai Nisa dan tidak membatasi ruang gerak Nisa. Sebagai wanita yang mempunyai status sosial berkelas. Nisa mempunyai teman dari istri para rekan suaminya dan mereka terkadang berkumpul untuk bersenang senang atau mengadakan arisan sekali dalam satu bulan. Tapi baru ini pertama sang mama menugaskan seseorang menjaga dirinya. Marissa merasa tindakan mamanya itu berlebihan.

Marissa tidak bertanya kemana mamanya. Wanita itu memilih pergi ke kamar miliknya untuk membersihkan diri.

Tidak lama kemudian. Marissa kembali ke ruang tamu itu dan masih melihat Dino dan mama Nisa berada di sana.

"Duduk Sa," kata mama Nisa. Melihat sang mama sudah di ruang tamu itu. Marissa tidak dapat untuk menahan diri untuk bertanya darimana sebenarnya wanita itu. Jawaban mama Nisa membuat Marissa semakin bingung. Mama Nisa dari dokter memeriksakan dirinya dan membuat janji dengan dokter bahwa besok Marissa akan memeriksakan diri ke dokter yang sama.

Marissa tidak berani protes karena ada orang lain di ruangan itu. Gadis belia itu berencana protes jika Dino sudah pulang.

"Dino, ingin mengajak kamu keluar. Apa kamu mau jalan jalan dengan Dino?" tanya mama Nisa. Marissa terkejut dengan pertanyaan sang mama. Selama ini Arjuna dan mama Nisa membatasi pergaulannya tapi mengapa sekarang mama Nisa menginginkan dirinya keluar bersama dengan laki laki. Benar, dirinya sudah jatuh cinta kepada pria itu. Tapi Marissa tidak membenarkan sikap mamanya itu. Jika Dino ingin mengajak dirinya jalan jalan sebaiknya Dino mengatakannya sendiri kepada Marissa tanpa perantaraan sang mama.

"Tidak ma. Aku takut ketahuan papa," jawab Marissa beralasan. Cinta tidak membuat dirinya melupakan larangan sang papa. Jika ketahuan dirinya keluar rumah dengan laki laki bukan hanya dirinya yang dirinya yang menjadi sasaran amarah Arjuna tapi juga mama Nisa. Marissa cukup tahu diri sebagai anak angkat. Gadis belia itu tidak ingin kedua orang tua angkatnya bertengkar hanya karena dirinya. Karena hal itu sudah pernah terjadi.

"Tidak apa apa sayang. Mama juga pernah muda. Kamu pasti ingin juga seperti gadis gadis lainnya kan?. Dino adalah laki laki yang baik. Aku percaya kepada Dino. Papa pulang malam hari ini. Usahakan pulang cepat sebelum jam sembilan. Lagi pula. Kamu belum ada tugas tugas sekolah kan?"

Marissa menganggukkan kepalanya. Hari ini memang dirinya tidak ada tugas tugas sekolah. Dan dirinya juga ingin seperti gadis gadis belia lainnya tapi Marissa ingin seperti mereka karena ada ijin dari papanya.

"Besok besok. Jikapun papa pulang malam kamu tidak bisa keluar. Kamu harus mengerjakan tugas tugas sekolah."

"Iya Marissa. Aku janji kita akan pulang cepat," kata Dino. Marissa berpikir sebentar. Wanita itu masih mengingat ijin sang mama satu bulan yang lalu berduaan dengan Dino di ruang tamu ini karena Arjuna pulang malam.

"Sudah, pergi sana. Jangan kelamaan berpikir. Mama mengetahui kamu suka kepada Dino," bisik mama Nisa tepat di belakang telinga Marissa. Gadis belia itu membulatkan matanya dan langsung menatap Dino. Dia malu jika Dino sampai mengetahui dirinya tertarik kepada pria itu.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

benih dino tuh jgn2 ....kek semacam bayi tabung gitu....nisa-dino sepakat,demi keutuhan rumahtangga nisa arjun,....

2022-10-26

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

ada maksud terselubung antara mama nisa-dino kah??? curigation nih...

2022-10-26

0

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

Lanjut thor

2022-10-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!