Bukan Rahim Bayaran

Bukan Rahim Bayaran

Masuk Angin

Cuaca cerah pagi itu seakan menggambarkan suasana hati gadis belia yang baru saja bangun dari tidurnya. Wanita itu terlihat tersenyum menyambut pagi dengan membentangkan tangannya ke atas. Kemudian kedua kakinya yang putih mulus turun dari ranjang. Dia berjalan ke arah jendela kamar itu dan menyibakkan gorden yang membuat dirinya terhalang melihat pemandangan ke luar.

Marissa, nama gadis belia itu adalah Marissa. Dia menikmati pemandangan alam itu dari lantai tiga kamarnya. Dari jendela kamar itu, dia bisa melihat kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Tapi bukan pemandangan itu yang terpenting melainkan ada seorang pria yang ingin dia perhatikan lantai atas itu. Tidak ingin pandangannya terhalang. Akhirnya Nia melangkah ke arah pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon kamar.

Benar saja. Setelah dirinya berdiri di pembatas balkon itu. Dia bisa melihat pria yang membuat hatinya berdebar debar. Dia adalah Dino putra dari salah satu pembantu di rumah itu. Dari atas balkon itu, Marissa dapat melihat jika Dino sedang membonceng ibunya. Hampir setiap pagi dan sore hari Dino melakukan itu. Ibunya yang bertugas membersihkan taman dan kebun mini di belakang rumah besar itu tidak mengharuskan wanita itu harus tinggal menatap di rumah itu.

Seakan mengetahui jika dirinya diperhatikan dari atas. Dino mendongak menatap Marissa yang juga menundukkan pandangan menatap pria itu. Marissa semakin mengembangkan senyumnya kala pria itu melambaikan tangannya ke arah Marissa. Marissa membalas lambaian itu kemudian menjauh dari pembatas balkon. Dirinya yang baru mengenal cinta merasa malu bertatapan dengan Dino.

Marissa berjalan ke arah kamar. Dia berniat berbaring kembali di ranjang menikmati bunga bunga indah yang bermekaran di hatinya. Baru saja dirinya hendak menjatuhkan diri ke ranjang. Kamarnya sudah terbuka dan sang mama berjalan masuk ke dalam kamar.

"Selamat pagi Marissa sayang," sapa wanita itu dengan tersenyum.

"Pagi mama sayang."

"Kamu melupakan sesuatu Marissa," kata sang mama membuat Marissa mengerutkan keningnya. Ini baru pagi hari tapi sudah melupakan sesuatu?. Merasa perkataan sang mama salah. Marissa menggelengkan kepalanya.

"Kami yakin tidak melupakan sesuatu?" tanya sang mama. Marissa menganggukkan kepalanya sangat yakin.

"Ini hari pertama kamu masuk sekolah...."

Mendengar sang mama menyebut nama sekolah. Marissa sadar ternyata memang dirinya melupakan sesuatu. Hari ini dirinya harus masuk kelas setelah dua minggu libur kenaikan kelas. Marissa langsung berlari kecil ke arah kamar mandi karena menyadari dirinya sudah terlambat. Jatuh cinta membuat dirinya lupa jika dirinya harus ke sekolah hari ini

"Hati hari Marissa. Awas jatuh."

Mama Nisa terlalu khawatir. Tidak mungkin Marissa terjatuh hanya karena berlarian kecil seperti itu. Marissa tidak lama di kamar mandi. Dia keluar dengan hanya menggunakan bathrobe. Dan di atas tempat tidurnya, sudah ada seragam sekolah dan juga kaos kaki. Marissa mengembangkan senyumnya. Marissa benar benar merasa bahagia memiliki orang tua seperti mama Nisa. Wanita yang sangat baik dan sempurna di hari Marissa. Marissa dengan cepat memakai seragam sekolah itu. Di setiap hari pertama masuk sekolah seperti hari ini. Papanya selalu mengantarkan dirinya ke sekolah.

"Good morning papa," sapa Marissa dari tangga. Penampilannya sudah rapi dan siap pergi ke sekolah. Tapi Marissa harus sarapan terlebih dahulu karena mama Nisa tidak akan menginginkannya keluar dari rumah jika tidak sarapan.

"Good morning," sapa Arjun. Pria itu juga sudah mengenakan pakaian rapi dan sudah siap berangkat. Marisa semakin mendekati Arjun. Seperti biasa dia ingin menghadiahi pria itu dengan ciuman di pipi. Tapi ketika Marissa hendak mencium papanya. Aroma parfum mahal yang melekat di pakaian Arjun membuat Marissa mual.

Dan benar saja, aroma parfum itu membuat perut Marissa bergejolak. Gadis belia itu berlari ke kamar mandi dapur untuk memuntahkan isi perutnya.

"Marissa, kamu sakit?" tanya mama Nisa sangat khawatir. Wanita itu ikut masuk ke dalam kamar mandi dan memijit pundak Marissa yang terus ingin mengeluarkan isi perutnya.

"Sepertinya kamu masuk angin sayang. Sebaiknya kamu tidak perlu ke sekolah hari ini."

"Tidak ma. Aku harus sekolah. Aku tidak mau dapat bangku yang paling belakang," jawab Marissa. Di belakang tubuhnya, Marissa dapat merasakan kekecewaan sang mama.

"Jangan dipaksakan kalau memang kurang enak badan sa," kata Arjun yang juga sudah berdiri di pintu kamar mandi. Marissa tidak menjawab. Wanita itu masih sibuk mengeluarkan isi perutnya yang sudah kosong.

Nisa membantu Marissa keluar dari kamar mandi itu setelah Marissa merasa cukup baikan. Setelah di meja makan, Arjun menyodorkan segelas susu ke arah Marissa. Tapi gadis belia itu menggelengkan kepalanya karena dirinya kurang selera untuk memasukkan apa saja ke dalam mulutnya.

"Kita ke dokter ya!" kata Arjun. Marissa terlihat sangat pucat.

"Biar aku saja yang bawa Marissa ke dokter mas. Kamu ke kantor saja," kata Nisa sambil menunjuk jam dinding. Marissa terlambat bangun ditambah dengan acara muntah muntah itu membuat Arjun sudah terlambat Lima belas menit dari biasanya dia ke kantor.

"Baiklah. Marissa diantar mama ke dokter ya," bujuk Arjun lembut. Nisa sudah sibuk membuat teh untuk Marissa.

"Oke pa, tapi nanti sore ya. Pagi ini aku harus ke sekolah."

"Bagaimana bisa kamu ke sekolah dalam keadaan sakit seperti ini, sebaiknya berobat

," saran Arjun sangat khawatir. Pria itu mengulurkan tangannya merapikan rambut Marissa yang menjuntai ke wajahnya.

"Ini hanya masuk angin biasa pa. Buktinya sekarang tidak mual lagi kan?.

Marissa bangkit dari duduknya dan mengambil ransel miliknya yang dia letakkan di salah satu bangku sebelum dirinya ke kamar mandi.

"Yuk, berangkat pa," ajak Marissa sambil menarik tangan papanya. Arjun tidak bisa menolak. Pria itu berdiri.

"Sayang, kami berangkat," kata Arjun kepada istrinya Nisa. Nisa berbalik dan menatap suami serta putrinya itu.

"Berangkat? lalu bagaimana dengan teh ini?" tanya Nisa keberatan. Di tangannya sudah ada segelas teh yang sudah siap untuk diminum. Wanita itu menginginkan Marissa tidak masuk sekolah hari ini. Dan mereka seharusnya berobat ke dokter.

Seperti biasa Arjun mencium kening istrinya sebelum berangkat dan Nisa mencium punggung tangan Arjun. Hal yang sama dilakukan oleh Marissa kepada Nisa. Nisa mengantar Arjun dan Marissa sampai dua manusia itu masuk ke dalam. Arjun memberikan senyum manis kepada istrinya itu sebelum keluar dari rumah.

Di dalam mobil, Marissa memikirkan hal yang dialami dirinya tadi pagi. Sebanyak apapun angin masuk ke dalam tubuhnya, Marissa hanya merasakan tubuhnya pegal pegal.

"Tidak, tidak mungkin hanya karena duduk berduaan bisa hamil," kata Marissa dalam hati setelah membaca di internet penyebab mual di pagi Hari. Untuk pertama kalinya, lebih kurang satu bulan yang lalu. Nisa memberikan ijin kepada Marissa dan Dino duduk berduaan di ruang tamu sampai jam sebelas malam. Nisa berani memberikan ijin itu karena Arjun mengabari dirinya akan pulang terlambat karena masih ada urusan kantor yang harus diselesaikan.

Terpopuler

Comments

Mesra Jenahara

Mesra Jenahara

awal-awal ketahuan hamil nihh..

2022-10-18

0

Selpiya aaa

Selpiya aaa

Semangat Thor

2022-10-17

1

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

mampir gw thor.....semangat crazy up

2022-10-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!