Hamil

"Sudahlah. Semua dokter itu sama. Biarkan Dokter Marsel melakukan penanganan pertama pada Marissa. Dokter Marsel pasti tahu apa yang harus dilakukannya."

"Dokter Marsel masih dokter umum. Kita harus membawa Marissa ke dokter specialis."

"Specialis apa?" tanya Arjuna cepat.

Mama Nisa terlihat tergagap. Wanita itu pun cepat cepat mengusai dirinya supaya Arjuna tidak menyadari kegugupannya. Dia tidak tahu jika Marissa memperhatikan gerak gerik nya dari balik selimut.

"Special bagian dalam."

Arjuna menarik nafas panjang. Dia tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh mama Nisa tapi tidak juga membatalkan kedatangan Dokter Marsel. Pria itu mendekati Marissa dan duduk di tepi ranjang.

"Ayo Sa. Kita berangkat sekarang. Kamu ke kantor saja ya pa. Aku bisa mengurus Marissa sendirian," Mama Nisa sambil menyentuh tangan Marissa.

Marissa pura pura tertidur. Membayangkan Naik mobil dengan sakit kepala dan perut yang masih mual. Membuat Marissa tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya. Selain itu, gelagat mama Nisa yang mencurigakan membuat Marissa tidak ingin pergi dengan mama angkatnya itu ke rumah sakit. Marissa menduga mama Nisa merencanakan sesuatu kepada dirinya.

"Biarkan dia tidur dulu," kata Arjuna. Melihat mata Marissa yang terpejam. Arjuna berpikir jika Putrinya itu benar benar tidur.

Mama Nisa keluar dari kamar itu. Seharusnya melihat Marissa tertidur. Wanita seharusnya merasa senang dan lega. Tapi apa yang dirasakan oleh mama Nisa tidak seperti itu. Wanita itu merasa kesal dan menginginkan Arjuna secepatnya ke kantor. Dia menggerutu tidak jelas sambil menuruni tangga.

Rasa kesal yang ada di hati mama Nisa semakin menjadi jadi. Dia berpikir jika Arjuna membatalkan dokter Marsel kini dokter itu sudah berdiri di hadapannya.

"Nisa, suami mu meminta aku datang. Siapa yang sakit?" tanya dokter Marsel.

"Tidak ada yang sakit dokter. Dokter bisa pulang sekarang," kata mama Nisa ketus.

Mama Nisa menjawab tanpa memikirkan perasaan dokter itu. Sang dokter baru saja tiba tapi mama Nisa sudah mengusirnya. Mama Nisa jelas tidak menghargai dokter Marsel karena memang dirinya tidak ingin melihat pria itu.

Dokter Marsel tidak menanggapi sikap ketus yang diperlihatkan oleh mama Nisa. Seandainya Arjuna bukan sahabatnya. Dokter Marsel pasti sudah pergi dari rumah itu. Dokter Marsel tidak bodoh. Di hadapan mama Nisa. Dokter Marsel menghubungi Arjuna yang masih di kamar Marissa. Dokter Marsel melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan tatapan tidak suka dari mama Nisa.

Mama Nisa melayangkan tinjunya ke udara. Ternyata apa yang dia rencanakan Hari ini sepertinya akan berantakan. Dia berpikir dan memikirkan apa yang harus dikatakan kepada Arjuna jika rencananya tidak sesuai dengan yang terjadi pagi ini. Di lantai satu itu.

Di lantai atas tepatnya di kamar Marissa. Arjuna memperhatikan sahabatnya memeriksa Marissa. Setelah bertanya apa yang menjadi keluhan Marissa. Dokter Marsel mengeluarkan peralatan kedokteran miliknya.

Dokter Marsel mengerutkan keningnya ketika pemeriksaan itu berlangsung. Dia sampai memeriksa Marissa dua kali karena tidak percaya dengan hasil yang di dapatkan.

"Apa mungkin?" kata dokter Marsel sambil menatap wajah pucat dan polos Marissa.

"Sakit apa putriku Marsel?" tanya Arjuna khawatir. Dokter Marsel sudah memasukkan peralatan nya ke dalam tas.

"Marissa sudah mempunyai pacar?" tanya dokter Marsel tanpa memperdulikan pertanyaan Arjuna. Marissa menggelengkan kepalanya lemah.

Entah apa yang dipikirkan dokter Marcel saat ini. Pria itu menatap Arjuna dengan tatapan menyelidiki.

"Jangan tatap aku seperti itu meong," kata Arjuna kesal.

"Bolehkah kita bicara berdua?" tanya dokter Marsel. Arjuna bingung dan kemudian bertambah khawatir. Dia menduga Marissa menderita penyakit parah.

Arjuna dan Dokter Marsel harus keluar dari kamar itu supaya pembicaraan mereka tidak di dengar oleh Marissa.

"Sakit apa putriku Marsel?" tanya Arjuna mengulang pertanyaannya.

"Kamu tidak tahu atau pura pura tidak tahu."

"Apa maksud kamu?" tanya Arjuna geram. Tatapan aneh dokter Marsel membuat dirinya kesal kini perkataan pria itu semakin membuat Arjuna semakin kesal. Kini perkataan pria itu seakan menuduh dirinya jika sebelumnya dia sudah mengetahui apa yang terjadi pada Marissa.

"Marissa hamil."

"Apa???

Arjuna terkejut. Perkataan dokter Marsel membuat Arjuna terkejut luar biasa.

"Marissa hamil. Tapi jika kamu tidak percaya dengan diagnosa ku. Kamu bisa menyuruh putri mu itu memeriksa pakai test pack atau langsung periksa ke dokter specialis kandungan."

"Tidak mungkin," desis Arjuna pelan. Seketika itu juga. Arjuna merasa sebagai papa yang buruk bagi Marissa. Arjuna merasa kecolongan. Baru saja dirinya menemukan kesalahan Marissa keluar rumah dengan laki laki kini pria itu menemukan kesalahan Marissa yang sangat fatal. Hamil di luar nikah sampai saat ini masih hal yang tabu di masyarakat.

"Apanya yang tidak mungkin. Marissa bukan anak kecil lagi. Marissa adalah wanita yang sudah produktif."

"Dia tidak mempunyai pacar. Dan kami sangat ketat mengawasi pergaulannya Marsel," kata Arjuna.

"Kamu yakin, dia tidak mempunyai pacar?"

Arjuna tidak menjawab.

"Kamu ada alat test pack?" tanya Arjuna. Dia ingin mengetahui secepatnya apakah diagnosa dokter Marsel benar atau tidak.

"Ada. Tadi aku berpikir istri kamu yang sakit. Ternyata putri mu yang hamil."

"Jangan katakan itu sebelum diagnosa kamu akurat."

"Kita buktikan sekarang."

Marissa menurut ketika dokter menyuruh dirinya untuk menampung air seni miliknya di kamar Mandi. Gadis polos itu berpikir jika seperti itulah cara dokter bekerja untuk mengetahui penyakit yang dia derita saat ini.

"Sudah siap?" tanya Arjuna datar. Tidak bisa dipungkiri jika pria itu juga kecewa kepada Marissa setelah mendengar diagnosa dokter Marsel.

"Sudah pa," kata Marissa.

Arjuna dan Dokter Marsel masuk ke kamar mandi milik Marissa bersamaan. Arjuna sengaja tidak menyuruh Marissa yang memasukkan test pack itu ke dalam wadah berisi air seni milik Marissa karena Arjuna tidak begitu yakin dengan diagnosa sang dokter. Dalam situasi seperti ini. Arjuna masih memikirkan perasaan Marissa. Arjuna juga tidak langsung memberitahukan kepada istrinya Nisa. Karena Arjuna tidak ingin istrinya itu shock.

Dokter Marsel memakai sarung tangan karet sebelum memasukkan test pack.

"Lama sekali," gerutu Arjuna tidak sabar dan melihat pergerakan dokter Marsel terkesan lambat.

Kini Arjuna harap harap cemas menunggu hasil dari test pack itu. Alat itu sudah terbenam sempurna dan butuh waktu untuk melihat hasilnya.

"Positif," kata dokter Marsel pelan setelah mengambil alat test kehamilan itu dari wadah. Arjuna tertegun bersamaan dengan jantungnya yang berdetak kencang.

Arjuna meraih alat test kehamilan itu dan memperhatikan garis dua yang jelas tercetak di sana.

Arjuna marah dan kecewa. Dia marah karena Marissa tidak bisa menjaga harga dirinya dan harga keluarganya. Arjuna rasanya tidak sanggup keluar dari kamar Mandi itu untuk bertanya langsung kepada Marissa siapa yang menghamili dirinya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!