Pertanyaan nenek Rosa

Marissa tidak langsung pulang setelah pelajaran selesai berlangsung. Gadis itu duduk termenung di taman sekolah itu. Dia tidak bersemangat pulang ke rumah Karena sudah merasakan hal berbeda sejak dua hari yang lalu. Marissa dapat merasakan perubahan sikap mama Nisa dan Arjuna. Sikap kedua orang tua angkatnya itu sungguh benar benar meresahkan hatinya. Jika mama Nisa memaksakan keinginannya supaya Marissa menjaga kehamilan itu dengan baik hingga bisa lahir ke dunia. Sikap Arjuna yang membuat Marissa resah yaitu sikop dingin yang diperlihatkan oleh Arjuna kepada dirinya.

Marissa menduga jika Arjuna terlanjur sangat kecewa kepada dirinya. Marissa juga tidak menginginkan ini terjadi pada dirinya. Marissa sudah berusaha keras menjadi anak yang baik tapi usahanya itu harus berakhir dengan kehamilan di luar nikah.

Ternyata mama Nisa masih mengkhawatirkan dirinya. Marissa sudah menghabiskan waktu setengah jam tersenyum di taman itu. Dan biasanya. Di jam seperti ini. Marissa sudah berada di rumah. Mungkin itulah yang membuat mama Nisa menghubungi Marissa.

Marissa sebenarnya malas menjawab panggilan itu. Tapi jika tidak dijawab. Marissa takut mama angkatnya itu cemas sendiri. Akhirnya Marissa menjawab panggilan itu.

Tidak jauh dari tempatnya duduk. Seorang pria sedang memperhatikan gerak gerik Marissa. Pria itu bukan orang jahat. Dia adalah orang suruhan dari Arjuna untuk mengawasi Marissa. Setelah mengetahui jika Janin itu adalah benih miliknya. Arjuna berubah pikiran. Dia tidak ingin Marissa menggugurkan janinnya itu. Itulah sebabnya, Arjuna membayar pria itu karena Arjuna takut Marissa melakukan pengguguran itu sepulang sekolah hari ini.

Marissa beranjak dengan malas dari duduknya. Mau tidak mau, dirinya harus pulang ke rumah itu karena hanya mereka lah keluarga yang dimiliki oleh dirinya saat ini.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Tatapan Marissa kosong. Dia tidak merasakan lapar meskipun tadi pagi dirinya belum sarapan. Beban pikiran itu membuat Marissa seakan mati rasa. Hingga tiba di rumah. Marissa juga tidak langsung makan. Gadis belia itu langsung masuk kamar dan menguncinya dari dalam.

Malam harinya. Marissa dipanggil ke ruang tamu. Dengan sangat lemas. Marissa menjumpai kedua orang angkatnya itu.

"Ada apa ma, pa," kata Marissa. Dia duduk menjauh dari mama Nisa dan Arjuna.

Arjuna menatap Marissa dengan tajam. Satu jam yang lalu. Rasa sayangnya sebagai papa angkat musnah tidak berbekas setelah melihat video dirinya dengan Marissa. Arjuna membenci putrinya itu karena tidak bisa menjaga diri. Arjuna berpikir, seharusnya Marissa menghindar ketika dirinya hendak melakukan itu kepada dirinya. Tapi yang terlihat di video itu. Marissa juga terlihat menikmati permainan itu.

"Jangan pernah coba coba menggugurkan janin itu," kata Arjuna dingin. Arjuna akhirnya setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh mama Nisa. Setelah Janin itu lahir, make janin itu akan menjadi miliknya dan mama Nisa. Mereka akan tetap bertanggung jawab atas pendidikan Marissa. Termasuk akan menanggung semua biaya Marissa selama kuliah di luar negeri. Mama Nisa juga sudah memikirkan supaya Marissa tetap mempunyai ijazah tahun ini meskipun tidak lagi masuk sekolah.

"Papa, aku tidak mau janin itu terus bersama ku meskipun delapan bulan lagi pa. Aku tidak mau," kata Marissa lemas.

"Kalau kamu tidak mau, mengapa kamu melakukan itu. Bukankah ini tujuan kamu. Kamu memanfaatkan kekurangan istriku untuk mencapai tujuan mu. Kami sudah menyayangi kamu selayaknya anak kandung. Tapi kamu dengan tidak tahu diri dan menjijikkan menjebak aku. Tapi setelah penjebakan kamu berhasil kamu justru pura lupa. Kamu terlalu pintar untuk anak seusia kamu Marissa. Dino sudah mengatakan semuanya," kata Arjuna marah.

Marissa tertegun mendengar perkataan Arjuna. Walau dalam keadaan lemas. Dia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Arjuna. Tapi setelah memikirkan beberapa detik. Marissa tidak mengerti maksud dari perkataan papa angkatnya itu.

"Aku tidak mengerti apa maksud papa."

"Kamu tidak mengerti. Tapi kamu sudah mengetahui dengan jelas kalau kamu sedang hamil kan?" tanya Arjuna. Marissa hendak menjawab perkataan papanya tapi kedatangan kedua orang tua Arjuna di ruang tamu itu membuat semuanya terdiam.

"Siapa hamil?. Kamu hamil Nisa?" tanya Nenek Rosa kepada Nisa. Wajah tua itu terlihat senang tapi tidak dengan wajah mama Nisa.

"Syukur lah kalau kamu sudah hamil Nisa. Aku sangat senang mendengarnya," kata Kakek Heri juga sangat senang.

Mama Nisa menundukkan kepalanya. Dia terkejut melihat kedatangan kedua mertuanya itu. Beberapa hari yang lalu, kedua mertuanya itu pamit untuk ke luar Kota tapi kenyataannya kini berada di rumah ini.

"Papa dan mama tidak ke luar Kota?" tanya mama Nisa. Menurut wanita itu lebih baik menanyakan hal itu daripada menjawab pertanyaan mertuanya. Mama Nisa ingin memastikan apakah kedua mertuanya itu jadi ke luar kota dan berapa lama disana. Jika jadi berangkat dan dalam kurun waktu yang lama.. Marissa akan menjawab dirinya sedang hamil. Jika tidak, mama Nisa tidak akan berani mengambil resiko itu. Dia mengetahui watak mertua laki lakinya. Sekali dibohogi, selamanya tidak akan percaya.

"Sebenarnya kami sudah memesan tiket pesawat untuk keberangkatan tiga hari yang lalu. Tapi sepulang dari rumah ini. Papa tiba tiba demam. Akhirnya keberangkatan ditunda. Dan direncanakan akan berangkat hari senin. Tapi setelah mengetahui kamu hamil seperti ini. Sepertinya kami tidak perlu berangkat ke luar Kota. Melihat kamu sudah mengandung sudah membuat kami bahagia," kata nenek Rosa. Perkataannya disetujui oleh Kakek Heri karena keberangkatan mereka ke luar kota bukan sesuatu yang penting. Mereka hanya ingin mengganti suasana baru.

Mama Nisa menunjukkan kepalanya dengan kesal. Lagi lagi rencananya seperti harus kembali menemukan kendala. Dia berharap kedua mertuanya secepatnya pulang dari rumah itu.

"Maaf pa. ma. Sebenarnya aku belum hamil," kata mama Nisa. Dia berharap dengan jawabannya itu kedua mertuanya itu jadi berangkat ke luar Kota.

"Jadi siapa yang hamil. Aku mendengar dengan jelas Arjuna mengatakan kata hamil," kata Kakek Heri. Pria tua itu bingung dan menatap wajah Arjuna, mama Nisa dan juga Marissa secara bergantian.

"Mungkin papa salah dengar," jawab mama Nisa. Pria itu menggelengkan kepalanya. Dia bahkan mengulang perkataan Arjuna.

"Marissa yang hamil pa," kata Arjuna membuat Nenek Rosa dan kakek Heri sangat terkejut.

Kedua orang tua itu langsung menatap Marissa yang menundukkan kepalanya. Marissa ketakutan. Dia takut mendengar kata kata yang kurang enak dari kedua orang tua itu.

Tapi yang ada di pikirannya tidak menjadi kenyataan. Nenek Rosa justru berpindah tempat ke sebelah Marissa. Nenek itu mengangkat dagu Marissa dengan lembut supaya menatap wajahnya.

"Siapa yang melakukan itu kepada kamu nak?" tanya wanita itu lembut. Marissa menggelengkan kepalanya dengan lembut.

"Untuk kalian berdua. Apa kalian mengetahui siapa orang yang melakukan itu terhadap Marissa. Katakan dengan jujur," tanya Nenek Rosa sambil menatap Arjuna dan mama Nisa.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!