Alkana melirik kembali ke arah gerbang namun Rania tidak juga terlihat, dia menghembuskan nafasnya kasar dan langsung melangkahkan kakinya menuju kelas. Akan tetapi, seperti ada yang mengusik perasaannya sehingga membuatnya merasa tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang harus di selesaikan.
"CK, kemana sih Rania itu? Apa dia sudah masuk ke kelas? Apa mungkin dia secepat itu?"
"Membuat repot saja!" Gerutu alkana dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, namun dia menghentikan langkahnya dan berdecak kesal. Lalu langsung membalikkan badannya berjalan menuju kelas Rania untuk memastikan keberadaan wanita itu.
Akan tetapi di sepanjang perjalanan, dia mencoba untuk mencari cara agar tidak di curigai jika dia mencari Rania di dalam kelasnya. Lalu dia melihat Dani di lelaki gendut yang berada di dalam ruang penyimpanan barang olahraga kemarin.
"Kau, kemari!" Perintah alkana.
Dani meneguk salivanya dengan kasar, dia langsung berjalan mendekat dengan terus menunduk. sedangkan alkana tanpa rasa bersalah, berdiri dengan menyenderkan tubuhnya di dinding dan melipat kedua tangannya di depan dada, manik matanya menatap Dani dengan tajam.
"I-ya kak, ada ap-a?" Tanya Dani gugup.
"Ya ampun itu kak alkana kan? Baru baru kali ini melihatnya dari dekat, ganteng banget!"
"Kita samperin yuk."
"Jangan, sepertinya suasana hati ya sedang tidak baik. Yang ada kalian akan terkena masalah!"
Begitulah percakapan yang terdengar di telinga Dani dan alkana saat ini, para siswi kelas sebelas itu histeris saat melihat alkana berada di sekitar kelas mereka.
"Gimana ya kemarin pas Rania anak baru itu tangannya di pegang kak alkana, jadi pengen juga! Seharusnya kemarin aku saja yang melempar bolanya, tidak apa-apa di bawa ke mana saja asal di pegang kak alkana." Celoteh siswi itu.
Alkana tersenyum licik saat mendengar ocehan merek semua, karena mereka tadi dia jadi mempunyai alasan untuk menanyakan keberadaan Rania, dia langsung menatap ke arah Dani. "Kau kelas sebelas kan? Panggilkan cewek yang kemarin melempar bola ke arahku. Cepat!"
"Ma-maksudnya, Rania kak?"
"Aku tidak tahu namanya, kau tahu kan siapa yang melempar bola itu kemarin?"
"Tahu kak." Jawab dani.
"Ya sudah panggilkan dia!"
"Baik." Dani langsung berlari masuk ke dalam kelas dan mencari keberadaan Rania namun tidak melihat gadis itu.
"Sherly, Rania belum datang ya?" Tanya Dani panik.
"Belum, kenapa memangnya? Ih kau olahraga apa pagi-pagi begini, keringatmu sudah seperti kebanjiran begitu." Ledek Sherly.
"Aku tidak olahraga, d-di luar ada kak alkana mencari Rania." Ujar Dani dengan gemetar.
"Astaga, pantas saja kau gemetar begitu! Memangnya kau suka dengan kak alkana? Jangan bilang kalau kau homo ya, Dani!" Teriak Sherly.
"Kau bisa diam tidak sih, aku gemetar karena takut kemarin sudah membuat masalah pada kak alkana. Please katakan di mana Rania?" Tanya Dani lagi.
"Dia belum datang, kan kau lihat sendiri kalau bangku Rania masih kosong!" Jawab Sherly.
"Awas kau, aku mau menemui kak alkana." Sherly mendorong tubuh Dani hingga lelaki itu terhuyung.
"Sherly, tolong aku!" Teriak Dani.
dani kesulitan untuk bangkit, dan dengan usaha kerasnya akhirnya dia bisa berdiri kembali dan menemui al karena di depan kelasnya. dia melihat gadis yang membuatnya terjatuh itu malah tersenyum manis ke arah alkana, dia langsung berjalan sambil menghentakkan kakinya. namun saat alkana melirik ke arahnya, dia langsung berjalan pelan pelan dan menundukkan kepalanya.
"rania belum datang kak." Ujar dani.
alkana membulatkan matanya, dia langsung berlari meninggalkan sherly yang sedang mengajaknya mengobrol. sherly memutar kepalanya mengikuti kepergian alkana.
"Kak alkana aku belum selesai berbicara! Argh sudahlah." gerutu sherly.
Alkana langsung kembali berjalan keluar gerbang dan melihat ke tempat tadi dia menurunkan wanita itu, tetapi tidak ada siapapun disana membuatnya berdecak kesal. Alkana kembali masuk namun ditahan oleh kevin karena sudah jam masuk.
"kau terlambat dan tidak boleh masuk sebelum menjalankan hukuman dariku!" Ujar kevin.
"Bagaimana aku bisa terlambat, kalau mobilku sudah ada di parkiran, pakai matamu untuk melihat!" sungut alkana kesal.
"tetap saja, untuk apa kau keluar lagi?"
"aku mencari rania, dia tidak ada di kelasnya atau di manapun." ujar arkana terus terang karena dia tidak mau menjalankan hukuman dari Kevin.
"apa maksudmu? mungkin saja dia tidak masuk sekolah, eh tapi tunggu kenapa kau mencari rania?"
"kau tidak tahu apa-apa, jadi diam saja! kalau kau tidak mau membantuku mencari rania, jangan menghalangi jalanku!" Alkana mendorong tubuh kevin hingga lelaki itu meringsut mundur.
Alkana langsung berjalan menuju toilet siswi, namun dia kembali mengumpat, bagaimana dia bisa masuk ke toilet siswi? Dia menyugar kasar rambutnya. Lalu dia menunggu di depan toilet selama lima belas menit lamanya akan tetapi tidak ada siapapun yang keluar.
"Toilet ini kosong."
"CK, kau di mana sih Rania?" Ujar alkana kesal.
Dua orang siswa berjalan di depan alkana sambil bergosip, "eh kau tau anak baru itu tidak? Tadi aku lihat dia di bawa Helena secara paksa, apa mungkin ya dia di bawa Helena ke Sasha? Tapi apa salah anak baru itu?"
Alkana yang mendengarnya langsung membulatkan matanya dan berlari menuju kelasnya, dia mencari keberadaan sasha di dalam kelas namun tidak dia temukan. Lalu dia menatap ke arah Kenan dan Alex.
"Oi, cari siapa?" Tanya Alex.
"Sasha mana?" Tanya alkana sedikit panik.
"Sasha? Tumben sekali kau mencari dia, sudah mulai punya perasaan nih Yee." Ledek Kenan.
"Helena, kalian tahu siapa wanita itu?" Tanya alkana lagi.
"Oh, si dukun hitam putih itu." Timpal Alex.
"Ada apa sih kau mencari mereka?" Tanya Kenan.
"Rania sedang bersama mereka, kalian tahu kan akan terjadi apa padanya?" Tanya alkana panik.
"CK, sialan! Aku tidak terima, calon istriku di ganggu sama mereka! Ayo kita cari Rania." Ajak Kenan.
Alex langsung meraup wajah Kenan dengan sedikit kasar, "enteng banget itu mulut!"
Alkana kesal melihat perdebatan tidak bermutu mereka berdua, dia langsung berlari menuju keluar kelas. Kenan dan Alex menyusul, mereka tidak peduli dengan guru yang akan masuk ke kelas sebentar lagi karena jika mereka bersama alkana maka semua akan aman terkendali.
"Al, biasanya mereka berada di rooftop!" Uajr Kenan.
Kini mereka bertiga langsung menaiki tangga untuk menuju rooftop sekolah, alkana mempercepat langkahnya. setelah sampai di rooftop, alkana menghentikan langkahnya, dia menatap lurus ke depan dan ternyata sudah ada Kevin di sana.
Rania gemetar ketakutan, dia melirik ke arah alkana yang baru sampai, dia tersenyum manis dan langsung melepaskan rangkulan tangan Kevin. Rania langsung berlari ke arah alkana dan memeluknya dengan erat membuat alkana dan yang lainnya membulatkan matanya.
Alex dan kenan juga menutup mulutnya yang menganga lebar karena menyaksikan kejadian itu, Sasha yang melihat Rania memeluk alkana semakin marah dan tidak terima. Dia berjalan menghampirinya dengan raut wajah yang terlihat sangat emosi.
Alkana menatap lurus ke depan, dia langsung membalas pelukan Rania, membuat Sasha menghentikan langkahnya dan semakin tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Alka, kamu sakit?" Tanya Sasha.
Alkana tidak berniat menjawab pertanyaan itu sama sekali, dia mengurai pelukan Rania dan mengusap air mata istrinya itu. Dia langsung menggenggam erat jemari Rania dan berjalan mendekat ke arah Sasha.
"Sekali lagi aku melihatmu menyentuh Rania, kau akan berurusan denganku!" Ancam alkana.
"Alkana, kau gila ya? Kenapa juga kau membela anak baru itu?" Protes Sasha.
"Asal kau tahu, caramu itu kampungan! Apa masalahmu dengan rania?" Tanya alkana balik.
"Karena dia belagu, masih juga anak baru dari kampung lagi, tingkah menjijikan!"
"Setidaknya otaknya lebih berfungsi dari pada kau! Dan kau lebih menjijikan, asal kau tahu!" Sungut alkana dengan pedas.
Alkana langsung menggenggam tangan Rania dan meninggalkan tempat itu, Kenan dan Alex juga ikut turun mengikuti mereka. Sedangkan Sasha berteriak kesal dan merasa harga dirinya sudah di hancurkan oleh alkana, terlebih lagi di hadapan juniornya.
"Rania, awas kau ya!" Teriak Sasha.
"Kevin, kau mau kemana?" Tanya Sasha sat melihat lelaki itu juga ikut pergi meninggalkannya.
"Kau renungkan saja apa yang dikatakan alkana, agar otakmu itu berfungsi." Ketus Kevin.
"CK, apa sih istimewanya anak baru itu?" Tanya Helena.
"Entahlah, entah pelet apa yang dia pakai sampai semuanya berpihak padanya!"
Sesampainya mereka di bawah, mereka langsung di teriaki oleh pak nando seorang guru BK yang terkenal killer dan kejam. Pak nando langsung menghampiri mereka dengan tatapannya yang tajam, tidak lupa dengan kayu kecil di tangannya.
"Kalian mau bolos ya?"
"Kevin, kamu ketua OSIS tapi ikut bolos? Mau jadi apa kamu, tidak bisa menjadi panutan hah?" Tanya pak nando garang.
"Alkana, bapak tidak ingin memarahimu tapi kamu akan tetap bapak beri hukuman!"
"Kalian semua, berjemur di lapangan!" Teriaknya dengan suara lantang membuat mereka menutup telinga.
Alkana masih tetap menggenggam tangan rania namun langsung di lepaskan oleh Kevin, dan kedua lelaki itu saling menatap dengan tajam. Mereka berbaris memanjang dengan Rania yang berada di tengah-tengah.
"Semuanya hormat pada bendera merah putih!" Perintah pak nando.
"Baik, pak!" Jawab mereka kompak.
Sudah sepuluh menit lamanya membuat Rania kepanasan Dan juga merasa gerah bahkan wajahnya pun sudah memerah, namun tiba-tiba ada sesuatu yang menghalangi cahaya matahari mengenai wajahnya. Dia melihat ke depan ternyata tangan Kevin dan juga alkana yang menutupi sinar matahari secara bersamaan, dan kini dua lelaki itu kembali saling menatap dengan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ayudya
manis nya.
2022-11-17
0
Fida
ohhhhh sweeetttttt
2022-11-04
0