"hei, kenapa keluar hanya pakai handuk begitu saja?" Tanya Silvi.
Rania menahan tawanya dan langsung menutup matanya menggunakan kedua tangannya, "argh, jangan menodai mataku! Kak Al sana masuk lagi."
"Sini kau!" Perintah alkana.
"Rania, ada apa?" Tanya Hendra.
"Tidak ada pa. Tidak tahu itu kak alkana aneh sekali, masa keluar hanya memakai handuk begitu saja."
"Alkana masuk, selesaikan mandimu dan segera turun untuk makan." Perintah Hendra.
"Rania, kemari kau!" Sungut alkana.
Dia sudah tidak tahan lagi melihat tingkah wanita itu, dia langsung berjalan mendekat dan menarik tangan Rania makh membawanya menuju kamar. Sesampainya di kamar, alkana langsung mengunci pintu kamar dan Rania membulatkan matanya saat handuk yang dipakai oleh alkana melorot ke bawah.
"Aaaaa, ada harimau!" Teriak Rania terkejut dan menutup matanya rapat rapat.
"harimau?" Alkana langsung melirik ke bawah dan betapa terkejutnya dia saat handuk yang dia pakai jatuh ke lantai, bahkan dia tidak merasakannya sama sekali.
"Aaaah, shiiitt!" Umpat alkana. Dia langsung memakai kembali handuknya dan berlari masuk ke walkin closet.
"Buang kecoa itu! Kalau tidak mau aku laporkan karena sudah melihat harimauku!" Ancam alkana.
"Heh, enak saja. Kak alkana yang mesum karena sudah menodai mata suciku!"
"Rania, cepat buang kecoa itu!" Teriak alkana lagi.
"Iya-iya, sabar kenapa! Badan saja besar, sama kecoa saja takut." Ledek Rania.
"Aku mau kamu harus bertanggung jawab! Karena membuat mata Rania yang polos ini ternodai oleh harimau mu itu." Ketus Rania.
"Enak saja, seharusnya kau aku denda karena kau sudah dengan beraninya melihat harimauku!"
"Diih,"
Rania langsung masuk ke kamar mandi dan mengambil semua kecoa mainan itu, dan menyisakan satu buku lalu dia genggam. Setelah selesai rania langsung keluar dari dalam kamar mandi.
"Sudah!! Cepat mandi aku tunggu agar kita makan bersama!" Teriak Rania.
"Tidak perlu, kau makan saja duluan nanti selera makanku malah hilang!"
"Cepat! Mau aku kasih kecoa lagi?" Ancam Rania.
"Argh, shiit!! Belajar dari mana kau ilmu mengancam seperti itu. Ya sudah tunggu!" Alkana langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
Tidak berapa lama dia membuka pintu itu kembali dan menyembulkan kepalanya. "Rania, kau tidak mau mandi bersama?"
"Kak alkana!" Teriak Rania.
"Nanggung amat, kau kan sudah melihat harimauku!"
"Aku lempar kecoa ini ya, masuk tidak!" Ancam Rania.
Alkana tertawa keras dan kembali mengunci pintunya, dia senang berhasil menggoda wanita itu. Sedangkan Rania di luar bergidik ngeri dan menatap horor kearah kamar mandi.
"Hah, dasar mesum!"
"Argh, otakku jadi tercemar ini! Kenapa jadi memikirkan harimau kak alkana terus."
"Rania ayo, kamu harus fokus untuk membuat alkana tidak betah. Agar dia mau segera mengajukan gugatan cerai." Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Ponsel Rania berdering, dia sudah lama sekali tidak mendengar suara ponselnya itu kembali berdering. Dia melangkahkan kakinya menuju meja samping tempat tidur untuk mengambil ponselnya.
"Bapak?" Gumam Rania mengerutkan kening saat melihat nama yang tertera.
"Tumben sekali bapak Ingat dengan anaknya."
Rania langsung berjalan menuju balkon dan menjawab panggilan tersebut, "iya halo, pak."
"Rania, bagaimana kabarmu nak?"
"Baik, pak! Bapak sama ibu gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah kami baik-baik saja."
"Bagaimana alkana dan keluarganya, apa mereka memperlakukan mu dengan baik? Bapak harap rumah tangga kalian rukun ya nak, bapak yakin nak alkana adalah pria yang baik untuk mu." Jelas hary.
"Rania." Panggil Hary.
"Kenapa kamu diam saja nak?"
"Jadi, Rania harus bicara apa pada bapak? Bapak tahu sendiri kan keinginan Rania bagaimana? Kalau Rania katakan semua pada bapak, apa bapak bisa memberi solusi terbaik dari pernikahan ini?"
"Rania, sebentar lagi bapak akan turun jabatan dari kepala desa dan akan pindah ke kota, agar kamu bisa dengan mudah jika ingin mengunjungi kami. Jadi jangan pernah berniat untuk berbuat macam macam agar pernikahan mu hancur ya." Pinta hary.
"Pak, Rania masih kelas dua SMA. Masih banyak sekali hal yang harus Rania lakukan di usia muda seperti ini, tapi kenapa Rania harus menikah?"
"Ini semua demi kebaikan kamu, bapak hanya bisa mempercayakan kamu pada keluarga mereka!"
"Hmmm, bapak kapan akan pindah ke kota?"
"Belum tahu, nanti bapak kabari ya."
"Ya sudah, kalau begitu bapak mau kembali ke kantor lagi ada yang harus bapak urus. Kamu sehat sehat ya nak, nanti kalau ibu sudah pulang dari pasar bapak suruh telepon kamu juga ya."
"Iya, pak. Hati hati ya pak." Rania mematikan sambungan teleponnya dan menghela nafas.
"kapan semua ini akan berakhir? Alkana, kenapa kamu tidak mempermudah rencana ku sih."
"Aku harus berbuat apa lagi?"
Rania langsung membalikan tubuhnya dan berjalan menuju sofa, dia masih setia menunggu lelaki itu mandi hingga tanpa sadar kini dia telah tertidur pulas. Saat alkana telah selesai mandi, dia melihat Rania yang telah tertidur di sofa. Langkah kakinya mendekat dan membenarkan kaki Rania agar tidak menggantung.
"Kalau kau diam seperti ini cantik sekali sih, argh tapi tidak-tidak. Aku tidak akan menyukaimu!" Alkana langsung melangkahkan kakinya menuju walk in closet untuk mengambil pakaiannya.
Ponsel alkana berdering, dia langsung menjawab panggilan telepon tersebut. "Halo!"
"Woi bro, kau sedang dimana? Sibuk tidak?"
"Di rumah lah."
"Aku dan Alex main kesana ya!"
"Mau apa?" Tanya alkana membulatkan kedua matanya.
"Ya main lah, biasanya juga kita sering main ke rumahmu! Sekalian mau ketemu Tante Silvi, kami merindukan masakannya!"
"Jangan sekarang!"
"Tidak bisa! Kami sudah di depan rumahmu ini." Ujar Kenan.
"Aku sedang tidak ingin di ganggu, lebih baik kalian pulang saja!"
"Tidak bisa, eh Tante Silvi, apa kabar Tante?"
Alkana mendengarkan percakapan temannya itu dengan mamanya, membuatnya itu kepalanya yang tidak gatal. Dia langsung bergegas memakai pakaiannya dan melihat rania masih juga tertidur.
"Rania, bangun!"
"Rania, cepat bangun!" Teriak alkana.
"Kenapa sih, bisa tidak lembut sedikit jadi laki-laki!" Ketus Rania.
Rania langsung mengerjapkan kedua matanya dan menatap kesal ke arah alkana yang panik, alkana langsung menarik tangan Rania untuk masuk ke walk in closet, membuat Rania mengerutkan keningnya.
"Kau diam disini dan jangan berisik, oke?" Pinta alkana.
"Memangnya ada apa? Kenapa aku harus disini?"
"Temanku akan datang kesini!" Jawab alkana.
Rania langsung membulatkan kedua matanya, "kenapa kakak membolehkan mereka kesini?"
"Mereka mengabariku saat mereka sudah sampai di depan rumah! Sudah, pokoknya kau sembunyi disini jangan mengeluarkan suara sama sekali." Peringat alkana.
"Alkana!" Teriak Alex, pintu kamar telah terbuka dan mereka langsung masuk begitu saja.
Kini Rania dan alkana saling menatap dan Rania langsung bergegas sembunyi, sedangkan alkana merapikan baju dan merubah raut wajahnya menjadi datar kembali, lalu langsung keluar menuju kedua teman laknatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments