Rania langsung mundur, namun alkana menahan pinggang rania dan mulai mencium bibirnya dengan lembut, membuat Rania menahan sesak di dadanya karena sulit bernafas dan juga ritme detak jantungnya yang tidak beraturan. setelah itu alkana menyeringai dan langsung melepas pinggang rania, lalu mensejajarkan tubuhnya dengan wanita itu.
"Itu kan yang kau inginkan?" Tanya alkana dengan tersenyum licik, lalu lelaki itu langsung berlari.
"Alkanaaaaa! Kau mencuri ciuman pertamaku!" Rania mengejar lelaki itu dan melemparkan apa saja yang dapat dia gapai.
"Kau yang menciumku lebih dulu!" Alkana menghindari serangan Rania.
"Sialan ya kau!"
"Heh, durhaka kau pada suamimu sendiri. Hentikan ini Rania!" Sahut alkana dengan sedikit berteriak.
"Aku tidak suci lagi." Sahut Rania.
"Ya sudah ayo wudhu biar suci." Sahut lelaki itu.
Rania kehabisan kata-kata, dia langsung menghentikan langkahnya dan menatap ke arah alkana dengan kesal. Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menuju ke dapur karena merasa lapar, untung saja dia selalu membantu ibunya memasak saat di rumahnya dulu, jadi dia sudah tahu cara memasak.
"Kau tidak mengejarku lagi?" Tanya alkana.
"Tidak, tidak ada gunanya juga berbicara denganmu! Sudahlah aku lapar mau masak, kakak mau makan juga tidak? Tapi kalau mau makan minta maaf dulu, karena sudah mencuri first kiss ku!" Cerocos Rania.
"Lah kan aku suamimu, ya terserah dong!"
Rania langsung menatap tajam ke arah alkana lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Ah, ya sudahlah bodo amat!"
"Kalau enak aku makan, kalau tidak lebih baik aku go food saja!" Sahut alkana.
Rania hanya berdecak kesal, dia langsung memakai celemek dan mulai mengambil bahan masakannya di kulkas. Setelah semua telah tersedia di atas meja dia langsung mengeksekusinya.
Dia memegang pisau seperti orang yang sudah ahli dalam memotong, dia langsung memotong cabai dan bawang dengan cepat setelah itu dia langsung memotong sayuran. Setelah itu dia mencuci sayuran hingga bersih.
Aroma harumnya sampai masuk ke dalam kamar, membuat alkana yang baru selesai mandi langsung bergegas keluar dan berlari menuju dapur. Dia memperhatikan Rania memasak dengan seksama.
"Widih, istriku tenyata pandai memasak." Puji alkana.
Niatnya ingin memuji malah mengejek, itulah alkana yang terlalu anti untuk berkata baik dan memuji seseorang secara langsung, padahal di dalam hatinya dia terus-terusan memuji harumnya masakan Rania.
"Harum apa ini?" Tanya alkana lagi karena ucapannya yang tadi tidak di tanggapi oleh Rania.
"Kita punya tetangga ya?" Tanya alkana lagi.
"Tetangga apa?"
"Ya tetangga sebelah kita mungkin sedang memasak, soalnya aromanya sampai ke sini." Sahut alkana.
Rania tersenyum saat alkana memujinya walau secara tidak langsung, dia melanjutkan masakannya dan setelah selesai rania langsung menyajikan makanan itu.
Akan tetapi saat dia berhadapan dengan alkana, dia teringat bagaimana lelaki itu mencium dirinya dan langsung membalikkan tubuhnya kembali, membuat alkana mengerutkan keningnya dan menatap Rania dengan heran.
"Kau, kenapa?" Tanya alkana.
Rania melihat ada sebuah masker di dekat lemari es, dia langsung mengambilnya dan memakainya. Lalu dia menatap alkana dengan datar, dia tidak ingin berhadap-hadapan dengan lelaki itu saat makan, sehingga dia duduk di kursi paling ujung.
"Kenapa kau memakai masker seperti itu?" Tanya Rania.
Rania tidak menjawab dia langsung menurunkan maskernya dan mulai melahap makanannya hingga habis, setelah selesai dia kembali memakai maskernya. Sedangkan alkana mencicipi makanan yang di masak oleh Rania, lalu matanya langsung berbinar dan langsung meletakkannya di piring. Saat dia melihat Rania sudah tidak ada didapur, dia langsung melahap makanannya hingga habis tak bersisa.
Rania telah bersiap-siap untuk pergi keluar, alkana yang melihatnya langsung menarik tangan Rania dan wanita itu langsung menepisnya karena takut akan terjadi hal seperti tadi lagi.
"Ada apa?"
"Kau, mau kemana?" Tanya alkana.
"Mau ke sekolah nonton kak Kevin tanding basket!" Jawab Rania santai.
"Apa-apaan kau, tidak boleh! Kau di rumah saja!"
"Kenapa tidak boleh?"
"Kalau aku bilang tidak boleh ya tidak boleh!"
"Karena kak Kevin saingan kakak ya? Kalian kenapa sih bersaing seperti itu?" Tanya Rania penasaran.
"Tidak perlu banyak tanya, cepat masuk ke kamar!" Perintah alkana tegas.
"Tidak!"
"Masuk Rania!" Perintah alkana lagi dengan membentak, dan tidak mau di bantah.
Rania tidak peduli dia langsung pergi begitu saja dan terpaksa alkana membopong tubuh wanita itu ke bahunya dan membawanya masuk ke dalam kamar, Rania memberontak dan ingin meloloskan diri namun tidak bisa karena tenaga alkana lebih kuat dari dirinya.
"Diam disini." Alkana langsung mengunci Rania dia dalam kamar karena emosi.
Alkana merasa sangat kesal pada Rania karena masih saja memikirkan tentang Kevin, dia melempar lampu hias dan vas bunga hingga terdengar suara pecahan keramik yang begitu kuat. Rania meneguk salivanya dengan susah payah, dia langsung memundurkan langkahnya dan mengganti semua pakaiannya dengan piyama dan langsung berbaring di ranjang untuk tidur. Dia tidak mau berurusan dengan alkana karena saat ini lelaki itu sedang sangat emosi.
Ponsel alkana berdering, "halo!"
"Alkana, bagaimana jika kita taruhan!" Ujar Kevin dari seberang telepon.
"Taruhan apa?"
Setelah berbicara dengan Kevin, alkana langsung mematikan sambungan teleponnya dan membanting ponselnya begitu saja. Rania yang berada di dalam kamar, hanya menutup telinganya agar tidak mendengar amukan alkana.
"Kenapa sih dia ini, apa saja di bantingnya, aku juga mau ikut di bantingnya gitu! Tapi banting apa? Masa banting harga diri? Aish, sudahlah dia sebenarnya monster alkana mungkin, makanya tingkahnya seperti itu. Lebih baik aku tidur saja!"
"Padahal kan aku tadi mau keluar karena ingin belanja kebutuhanku, mau ke mall untuk menghabiskan uang dia. Hanya alasan seperti itu saja agar dia kesal, eh malah ngamuk begitu, apa dia sudah menyukaiku ya? Ah sepertinya memang iya dia menyukaiku!" Gumam Rania percaya diri.
.
.
Di sekolah, Rania baru saja menginjakkan kakinya di gerbang, namun Helena langsung menarik tangannya dengan kasar sehingga Rania merasa kesakitan. Saat menatap ke arah seseorang yang telah melakukan itu padanya dia membulatkan matanya.
"Helena, lepas! Kau apa-apaan sih " sungut Rania kesal.
"Bukannya aku sudah memberimu peringatan ya!" Ucap Helena.
"Kau itu dari kampung kan? Jangan caper disini, yang ada kau hanya terlihat norak! Selamat bersenang senang dengan Sasha." Ujar Helena dengan menyeringai licik.
"Sasha? Memang apa salahku?" Rania berusaha memberontak namun cengkraman tangan Helena begitu kuat.
"Helena, lepas! Kau apa-apaan sih!" Ketus Rania.
Helena semakin kuat mencengkram tangan Rania hingga Rania meringis kesakitan, "jangan banyak bicara jika kau masih ingin hidup!"
"Kau mau membawaku kemana?"
"Aku tidak ada masalah ya dengan kalian!"
Siswa lain yang melihat Helena membawa siswi itu, sudah menduga jika pasti ada masalahnya dengan alkana ataupun Kevin. Mereka tidak ingin ikut campur dan acuh saja.
Di parkiran alkana menunggu kedatangan Rania, dia memperhatikan gerbang terus-menerus untuk melihat apakah wanita itu bersama dengan Kevin atau tidak. Bel masuk sudah berbunyi dan dia tidak melihat kedatangan Rania sama sekali, membuatnya mengerutkan keningnya dan langsung melangkahkan kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments