"Rania kan? Kamu salah mobil ya?" Tanya Alex.
"Haha, iya aku salah mobil. Maaf ya kak." Rania langsung bergegas untuk keluar, akan tetapi di tahan oleh alkana.
Sehingga membuat kedua lelaki dibelakang saling menatap dan membulatkan matanya, lalu kembali menatap ke depan memperhatikan apa yang akan alkana lakukan. Rania meneguk salivanya kasar, dia berdoa semoga lelaki itu tidak gegabah dengan menceritakan semuanya.
"Kau anak baru itu kan? Ya sudah tidak perlu keluar biar kami antarkan saja!" Ujar alkana.
"Eh, tunggu! Ini benar kau alkana anak pak Hendra?" Tanya Alex.
"Tunggu, aku periksa dulu ya! Aku agak ngeri soalnya kalau lihat alkana tiba-tiba jadi baik." Kenan langsung meletakkan tangannya di kening alkana.
Alkana berdecih kesal dan menepis kasar tangan Kenan, "apaan sih kalian, memang kalian pikir aku selalu jahat!"
Keduanya langsung mengangguk-anggukan kepalanya, karena yang mereka ketahui alkana tidak pernah baik dengan seorang wanita kecuali ibunya sendiri.
"Ah, shiit! Kalian mau aku lempar dari mobil ini, hah?" Ancam alkana.
"Eh, haha jangan begitu dong." Ujar Kenan tertawa hambar.
"Iya-iya kau baik! Rania dia baik kok, ya sudah kami antarkan kamu ya." Ujar Alex.
Rania merasa ada yang mengganjal di hatinya, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi namun dia tidak mengerti apa itu. Dia melirik ke arah alkana, menelisik gerakan lelaki itu, tidak ada yang aneh namun dia merasa curiga.
"Ya sudah kalau kalian memaksa." Ujar Rania, dia langsung duduk dengan tenang dan menatap lurus ke depan.
"Rania, rumah kamu dimana?" Tanya Kenan.
"Tidak jauh dari sini kok."
"Kalau babang Kenan main ke rumah boleh kan?"
"Hmmm." Dehem alkana kuat.
"Bapak ku galak, suka gigit orang!" Sahut Rania.
"Haha, kamu ternyata suka bercanda juga ya!" Sahut Kenan menimpali.
"aku tidak bercanda kak, kemarin waktu yang di sekolah lama juga ada laki-laki yang main ke rumah digigit sama bapak sampai masuk rumah sakit. Sekarang tidak tahu bagaimana keadaanya, masih hidup atau tidak!" Ujar Rania dengan wajah yang dibuat seyakin mungkin.
Alex dan kenan meneguk salivanya dengan susah payah, mereka saling menatap dan langsung terdiam. Sedangkan Rania yang melirik dari balik kaca langsung menahan tawanya, saat melihat ekspresi ketakutan mereka berdua.
'Semudah itu mereka percaya?' batin Rania.
Alkana langsung menghentikan mobilnya di sebuah gedung besar yang telah terbengkalai, namun tidak terlalu jauh dari kota. Membuat mereka bertiga menatap ke arah alkana.
"Kenapa berhenti di sini?" Tanya Alex.
"Kami sedang buru-buru, jadi kau turun disini! Nanti di sini masih banyak taksi atau ojek yang lewat, kau pakai jasa mereka saja!" Perintah alkana.
'Shitt, sialan kau alkana!' umpat Rania dalam hatinya.
'benar kan dugaanku, ada yang tidak beres dengan anak itu! Ah sialan, awas kamu nanti alkana!' Geram Rania dalam hati.
Rania menatap tajam ke arah alkana namun lelaki itu hanya menatap datar dan tersenyum licik, alkana mengayunkan tangannya seakan meminta Rania untuk segera keluar.
Rania langsung mengambil tas nya dan membuka pintu lalu menutup dengan sangat kasar, mobil alkana langsung melaju begitu saja. Rania menendang batu ke arah mobil itu karena sangat kesal.
"Alkana sialan! Argh tahu begini aku langsung keluar saja tadi!"
"Alkana, tunggu saja pembalasanku! Arrrrrgh." Teriak Rania.
Didalam mobil, alkana tertawa puas. Sedangkan dua lelaki di belakangnya dibuat kaget dengan kejahatan alkana, mereka menggelengkan kepalanya dan menepuk pundak alkana dengan keras.
"Al, kau sudah gila ya! Itu anak orang kau turunkan di gedung angker, mana akan ada taksi atau ojek yang lewat disana." Protes alex.
"Kau keterlaluan alka." Timpal Kenan.
Alkana seakan tidak ingin mendengarkan perkataan dua lelaki itu, kini dia merasa puas karena bisa mengerjai Rania. Dia berharap wanita itu tidak akan kembali ke rumahnya lagi, mereka bertiga langsung menuju ke rumah Kenan untuk melakukan party.
.
.
.
"Alkana, kamu dari mana saja, hah? Rania mana?" Tanya Silvi.
Wanita paruh baya itu terlihat panik, karena sudah malam begini Rania belum juga kembali. Bahkan saat alkana kembali wanita itupun tidak bersama dirinya.
"Rania belum pulang?" Tanya alkana terkejut.
"Belum, memangnya dia tidak bersamamu tadi?"
Alkana lngsung melemparkan tasnya dan langsung berlari kembali memasuki mobilnya, dia langsung menuju ke tempat di mana dia menurunkan Rania sendirian. Dia tidak menyangka jika wanita itu tidak pulang, karena yang dia tahu dia adalah wanita licik yang mempunyai banyak cara. Tetapi kenyataannya saat ini wanita itu belum juga kembali pulang.
"Rania, dimana kau?" Teriak alkana.
Dia langsung menghentikan mobilnya saat telah sampai di tempat dia menurunkan Rania, dia langsung keluar dan mencari keberadaan wanita itu. Dia menutup kepalanya dengan tangan karena terdengar suara petir yang sangat kencang.
"Rania, ini aku alkana!"
"Rania!" Teriak alkana berulang kali.
"Rania kau dimana?"
"Alkana tolong aku?" Teriak rania dari kejauhan.
"Tolonggg...!"
Alkana membulatkan kedua matanya dan langsung mengikuti suara tersebut, dia terus berlari dan mencari keberadaan Rania. Dia melihat dari jarak jauh Rania dengan tiga lelaki bertubuh tegap, alkana lngsung berlari dengan sangat kencang dan melayangkan kakinya ke salah satu wajah lelaki yang menganggu Rania.
"Aaaa, alkana!" teriak Rania ketakutan. Wanita itu menjerit terus menerus dan menutup telinganya karena takut akan hujan yang disertai banyak petir.
"****! Bajingan kalian!" Umpat alkana.
Alkan kembali melayangkan pukulannya ke arah lelaki itu, namun bisa di tangkis dan wajah alkana terkena pukulan dari salah satu preman itu. Alkana meringsut mundur menatap tajam ke arah mereka, alkana sudah menguasai ilmu bela diri sejak usianya menginjak sepuluh tahun, jadi tidak sulit untuknya menghadapi para preman di hadapannya.
Dia kembali melayangkan pukulannya bertubi-tubi ke arah preman itu hingga mereka tidak berdaya dan kabur, alkana langsung mengusap hidungnya yang terlihat berdarah. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju Rania, dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya.
Rania dengan sesegukan memeluk erat tubuh alkana, dia benar-benar sangat ketakutan hingga tidak mampu untuk mengeluarkan suara apapun. Alkana merasa bersalah, dia menatap Rania dengan tatapan yang begitu dalam.
"Maafkan aku." Lirih alkana yang mungkin hampir tidak terdengar di telinga Rania.
"A-aku takut!"
"Kau sudah aman, kita pulang sekarang ya!" Ajak alkana.
Alkana langsung menggendong tubuh Rania ala koala, jarak mobilnya lumayan jauh sehingga alkana tidak tega membiarkan Rania berjalan saat kondisinya sedang seperti itu.
Dia terus melangkahkan kakinya dan sesekali melirik ke arah Rania yang masih sesegukan, lalu tatapannya beralih lurus ke depan saat Rania menatapnya kembali. Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu alkana, dan masih saja terdengar sesegukan.
Alkana membuka pintu mobil dan meletakkan Rania dikursi depan, dia langsung berjalan ke belakang untuk mengambil handuk. Dia memberikan handuk tersebut pada Rania, agar dia mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu agar tidak sakit.
Bunyi petir terus menggema, membuat Rania berteriak ketakutan dan menarik lengan baju alkana hingga dia terjatuh di atas tubuh Rania, dan kini jarak wajah mereka sangat dekat. Alkana membulatkan kedua matanya, dia masih menahan tubuhnya agar tidak menindih tubuh Rania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ini smua gara2 Al,.Setelah ini kalo Rania masih baper lagi sama Alkana aku gak tau mau ngomong apa lagi..bikin biar Al merasa nersalah seumur hidup nya deh Rania,,
2022-12-27
0
Qaisaa Nazarudin
Haaahaaa kan Rasain kamu,maka nya jgn terlalu cepat baper,,berlagak sok jutek tp malah nempelin Alkana mulu,,udah ku bilang panasin aja dia ama si Kevin,ngapain juga kamu kayaknjaga jarak ke kevin gitu,bego🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2022-12-27
0