"kau baru saja mandi?" Tanya Alex yang langsung duduk di atas ranjang.
"Aroma kamarmu kok beda ya, seperti ada aroma wanita!" Ujar Kenan.
"ah iya, aku baru ingat! Di sekolah kita ada kedatangan murid baru kan? Sumpah, cantik sekali!" Ujar Kenan dengan mata berbinar.
Alkana hanya menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, dia langsung duduk di sofa mendengarkan ocehan dua mahluk yang tidak berguna di hadapannya. Mereka berteman sudah sejak kecil, dan hingga sekarang alkana tetap menjadi pendengar terbaik mereka. Jika lelaki itu sudah kesal mendengar ocehan dari kedua temannya, baru dia langsung memukul kepala mereka dan pergi menjauh.
"Al, kau tahu kan? Kelas sebelas unggulan." Tanya Kenan mendekat.
"Aku tidak peduli!"
"Lihat dulu, dia cantik sekali! Mengalahkan Sasha." Kenan memperlihatkan sebuah foto yang berhasil dia ambil saat Rania sedang berbincang dengan Sherly atau bahkan saat sedang duduk sendiri di depan kelas.
"Ahh Shiiiiiitt!!" Umpat alkana dan menatap tajam kearah Kenan.
Dia merasa kesal karena Kenan telah berani mengambil foto Rania tanpa sepengetahuan wanita itu, dia menyentil kepala Kenan dengan kuat lalu dengan cepat merebut ponsel Kenan. Dengan tidak bersisa, dia hapus semua foto yang ada di ponsel milik Kenan. Membuat lelaki itu membulatkan kedua matanya.
"Alkana, kau ini apa apaan sih! Kenapa di hapus semua?"
"Makanya jang sok-sokan jadi paparazi, aku kasih tau pada adik kelas itu baru tau rasa kau!" Ledek Alex.
"ya kenapa tidak di sisakan satu foto saja coba? Untuk pemandangan sebelum tidur! Ah kau tidak seru alkana." Gerutu Kenan.
'sialan, jadi selama ini Rania di jadikan objek sebelum tidur. Kalau tidak ada orang nya di dalam sudah habis kau aku buat, Ken. bahaya kalau Rania sampai dengar aku membelanya, bisa besar kepala dia nanti.' batin alkana.
"Kalian sudah puas kan? Sudah sana pulang! Kenapa masih disini." Ketus alkana.
"Kami mau menginap di sini." Sahut Alex.
"Apa?" Teriak alkana membulatkan kedua matanya.
Rania yang juga mendengarnya hampir saja menjerit, namun dia berusaha menutup mulutnya dengan kedua tangannya itu. Dia sangat kelaparan saat ini, dan lagi dia mendengar jika teman alkana akan menginap. Seperti terkena musibah bertubi-tubi Rania saat ini.
"Aku lapar, ah alkana kamu ini bodoh sekali sih! Denganku saja dia bisa kasar, tonjok gitu kek kalau mereka tidak mau pulang! Yang benar saja kalau aku harus disini sampai besok pagi, bisa mati kelaparan aku!" Gerutu Rania.
Perutnya terus berbunyi dan memberontak untuk segera di isi makanan, tapi Rania tidak ada pilihan lain selain menunggu hingga alkana membawa temannya itu keluar dari kamar ini.
"Kenapa kau terkejut begitu? Aku kan baru saja pulang dari Amerika, memangnya kau tidak merindukanku apa?" Tanya Alex.
"Cih, menjijikan! Aku masih normal, dan kalian segeralah pergi!!"
"Normal? Cewek secantik Sasha saja kau tolak, kau itu minus bukan normal!" Sahut Kenan.
Alkana menutup telinganya dan langsung menendang mereka agar segera keluar, dia tidak ingin jika mereka sampai menginap. Setelah ini mungkin dia akan memikirkan cara agar temannya tidak mengetahui pernikahannya dengan Rania.
"Kalian katanya rindu dengan masakan mama, ya sudah sana makan! Setelah itu angkat kaki kalian dari sini sebelum aku benar-benar murka!" Ujar alkana dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"Alex, ayo. Suasananya sudah beda, aku tidak mau di terkam harimau." Ujar Kenan.
"Harimau?" Lirih alkana, dan dia menatap kebawah teringat pada Rania yang menjuluki miliknya dengan harimau.
"Tante, kami di usir sama alkana dalam keadaan kelaparan!" Teriak Alex dan kenan bersamaan.
"Kalian lapar? Ayo sini makan, Tante masak banyak hari ini. Alkana ayo makan sekalian, kalian berdua kan belum makan." Ujar Silvi.
"Berdua? Maksudnya kami berdua Tante?" Tanya Kenan bingung.
"Bukan-"
"Haha, iya maksud mama itu kalian berdua kan belum makan!" Alkana tertawa hambar dan mengedipkan matanya ke arah Silvi.
"Ya sudah kalian disini saja ya, makan dengan baik. Setelah itu kalian tahu kan apa yang harus Kalian lakukan!" Ucap alkana dingin.
Pertanyaan itu membuat Kenan dan Alex merinding, alkana memang benar-benar bisa mengintimidasi mereka. Mereka langsung menyetujuinya, dan makan dengan lahap.
Alkana kemudian kembali ke kamar lagi dan menuju dimana Rania berada, "Rania."
"Kak aku lapar! Mereka sudah pergi kan?" Tanya Rania.
"Belum, mereka sedang makan!"
"Apa?! Makan!" Rania langsung terduduk lemas dan memegangi perutnya yang terus berbunyi.
"Jadi, aku harus apa?" Tanya alkana.
"Harus apa?! Ya mikir lah kak, istrimu ini sedang kelaparan. Masa iya kakak malah memberi makan orang lain sedangkan istrimu sendiri kamu biarkan kelaparan!" Sungut Rania berapi-api.
"Lucu sekali sih." Gumam alkana.
Alkana langsung menggelengkan kepalanya dan menatap tajam ke arah Rania. "Itu salahmu sendiri! Kan aku tidak menyuruhmu untuk menunggu ku tadi. Makan tuh yang ada disini, tapi jangan harimauku!"
"CK, sana sana. Nanti yang ada aku malah kenyang melihat wajahmu!"
Alkana langsung bangkit dan menutup kembali pintu tersebut, dia berjalan keluar menuju temannya tadi. Dia melihat Kenan dan Alex sudah selesai makan, dan dia langsung menarik tangan mereka berdua agar segera pulang.
"Aku ada urusan, jadi tidak ada waktu untuk meladeni ocehan tidak bermutu kalian berdua! Sana cari anak baru itu saja dari pada kalian sibuk menceritakannya padaku, membuat telingaku hampir meledak saja!" Ketus alkana.
"ya sudah iya, besok di sekolah aku mau mulai pendektan dengan anak baru itu. doakan ya!" ujar Kenan.
"ya. terserah kau saja!"
"ya sudah, kami pulang dulu ya." pamit alex dan langsung menuju motor sport mereka.
alkana menghela nafasnya lega dan menuju ke dapur untuk berbicara dengan mama.
"mama!"
"iya, kenapa?"
"Kenapa mama membiarkan mereka masuk sih, dan kenapa hampir saja mama keceplosan tentang Rania, kan kami sedang menutupi pernikahan yang kalian buat!" Jelas alkana.
"oh iya mama lupa, jadi rania dimana sekarang? di mana kamu sembunyikan? Jangan bilang kamu sembunyikan di bawah tanah." tanya silvi panik.
"Alkana sembunyikan di lubang buaya."
"Alkana!" Teriak Silvi.
"Mama sih, ceroboh sekali."
"ya kan mama lupa, maklumlah punya anak bandel seperti kamu. jadinya pikiran mama ini susah untuk fokus."
"alkana tidak bandel ma." Alkana langsung meninggalkan mamanya dan menuju kamarnya.
"Keluar kau sekarang, mau mati kelaparan di situ terus." Teriak alkana.
Rania langsung keluar dan melirik ke seluruh kamar "aman!" dia langsung bernafas dengan lega.
Lalu manik matanya menatap kearah alkana dengan tajam. "Kenapa memangnya kalau aku mati kelaparan? kamu senang bukan!"
"Tentu saja tidak, yang ada aku akan terkena masalah."
"minggir" Rania langsung mendorong bahu alkana dengan kuat, namun malah dirinya yang hampir terjatuh, sedangkan alkana tidak bergerak sama sekali.
rania membulat kan matanya dan langsung membuang wajahnya ke arah lain, lalu meninggalkan lelaki itu sendirian. Alkana ikut berjalan di belakang wanita itu, kini mereka sama-sama makan di meja makan dengan nikmat.
malam itu banyak sekali bintang bertebaran di langit, untuk menunjukkan betapa indahnya kilauan cahaya mereka. Rania menatapnya seakan tidak ingin berkesudahan, namun lelaki yang membuatnya kesal itu malah ikut duduk di sebelahnya.
"aku punya rencana." Ujar alkana.
"rencana apa?"
"kita pindah ke apartemen yang baru aku beli."
"No! Kakak mau apa kita pindah ke apartemen, jangan bilang mau aneh-aneh ya." Tuduh rania.
Alkana langsung menyentil dahi Rania, "otakmu itu yang mesum, pikiranmu selalu saja ke sana terus!"
"enak saja!"
"haikal dan ken-"
"siapa mereka?" tanya rania memotong pembicaraan alkana.
"makanya dengarkan aku dulu, yang tadi itu namanya kenan dan alex. mereka memang sering main ke sini tanpa memberitahuku lebih dulu, tiba-tiba sudah sampai disini saja seperti tadi. jadi aku berfikir kita harus pindah saja!"
"aku saja yang pindah, kakak tidak perlu. nanti juga bapak dan ibu mau pindah ke kota."
"mana bisa begitu, kau itu istriku! jadi kemanapun aku pergi, kau harus ikut!" Ketus alkana.
"Tapi pernikahan kita hanya di atas kertas saja, buktinya kita sudah seperti apa? seperti kucing dan tikus kan."
"Terserah kau, yang jelas intinya kau harus ikut aku!"
"kak kapan saya kamu akan menceraikan aku?" Tanya rania.
"apa maksudmu?"
"iya, kapan kakak akan mengajukan gugatan cerai? kita sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini kan?"
"Kau sudah gila!" Alkana langsung beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam kamar.
"memang aku gila, itu juga karena kamu!"
******
seperti biasanya kalo karena menurunkan rania jauh dari gerbang, dengan kesal rania turun dan berjalan meninggalkan alkana. namun, saat alkana menunggu rania sampai di gerbang, dia melihat kevin menawarkan dirinya kembali untuk membonceng istrinya itu.
"apa yang jadi milikku, tidak akan bisa kau miliki kevin!"
"aku tidak akan melepaskan rania untukmu!" ujar alkana menyeringai.
dia membiarkan rania dibonceng oleh kevin dan mengikutinya dari belakang. setelah sampai di parkiran dia melirik kearah kevin dengan tersenyum licik, dan melewati mereka begitu saja.
"kak kevin aku mau mengatakan sesuatu padamu, aku minta jangan pernah menawarjan tumpangan padaku kalau pas pergi sekolah. dan untuk pendaftaran osis kemarin, rania sebenarnya tidak minat sama sekali, jadi hapus saja nama rania ya dan gantikan dengan yang lebih menginginkannya." Pinta Rania.
"tidak bisa, kalau begitu aku masuk ke kelas dulu ya." kevin langsung meninggalkan rania sendirian.
rania menghela nafasnya kasar dan melangkahkan kakinya menuju ke kelas, dia tidak melihat jika alkana bersembunyi dibalik sebuah batu pancuran. Saat alkana keluar dan mengejutkan rania wanita itu langsung mengelus dada nya yang hampir meloncat keluar.
"kak alkana usil sekali sih." ketus rania.
"sedang apa kau dengan kevin lagi?"
"kenapa cemburu ya? Lagi pula kak kevin itu tipe rania sekali, jadi tidak bisa menolak deh." Ujar Rania mengejek.
alkana menyentil dahi Rania, "aku adukan ke mama ya, kalau kau selingkuh!"
"Kakak cemburu buta yah? ayo ngaku loh, kak alkana kamu cemburu kan."
"Tentu saja tidaklah kenapa juga aku harus cemburu dengan lalat."
"rania." panggil sherly.
"kalian sedang apa berdua di sini? Ini benarkan kak alkana? kalian saling mengenal?" tanya sherly terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sejak kapan Rania itu menjadi milik mu??
2022-12-27
0