"Sherly, sedang apa kamu disini?" Tanya Rania gugup.
"Kok jadi kamu yang tanya aku! Kalian sudah saling kenal ya?" Tanya Sherly lagi.
"Hmm." Dehem alkana.
Lelaki itu langsung memasang wajah datarnya kembali dan pergi meninggalkan mereka berdua, kini hanya ada Rania dan Sherly saja. Rania berusaha memasang wajah sedatar mungkin agar tidak terlihat jika sedang gugup.
"Kamu salah lihat, tadi itu Kak alkana hanya bertanya aku anak baru itu ya, gitu."
"Untuk apa dia bertanya seperti itu?"
"Ya mana aku tahu, kamu tanya saja sendiri pada kak alkana! Sudahlah aku akan masuk ke kelas dulu." Ujar Rania.
"Rania, tunggu aku! Oh iya hari ini kita di perintahkan kumpul di ruang OSIS."
"Hah? Untuk apa? Aku tidak mau!"
"Rania, nama kamu itu sudah tertulis di sana. Jadi kamu harus hadir!" Ketus Sherly.
"Itu kan ide kamu, aku sudah bilang tidak mau!"
"Tapi tetap saja kamu harus hadir di ruang OSIS, sudah ikut aku. Atau kak Kevin sendiri yang akan menjemputmu nanti!"
Rania sangat kesal, dia memang tidak pernah memiliki niat gabung di organisasi apapun. Baginya terlalu ribet, dan juga tidak menyenangkan baginya. Sejak di sekolah sebelumnya dia juga di tunjuk sebagai wakil ketua OSIS, namun dia langsung menolaknya. Entah kenapa Rani benar benar tidak berminat.
"Kenapa sih, semua orang berebut ingin menjadi bagian dari OSIS?" Tanya Rania.
"Ya agar mereka memiliki kuasa, dan juga dikenal satu sekolah."
"Hanya itu?" Tanya Rania.
"Mungkin, aku sendiri tidak begitu tertarik tapi karena ketosnya kak Kevin membuatku sangat tertarik! Apa lagi jika kak alkana juga menjadi bagian OSIS, mungkin bisa saja seluruh siswi di sekolah ini akan daftar menjadi OSIS." Jelas Sherly dengan tertawa.
"Aneh sekali!" Gerutu Rania.
*****
"Kami telah melakukan vote untuk pellmilihan wakil ketua OSIS, dan kandidat yang terpilih hanya ada tiga orang. Yang pertama ada rania, yang kedua Andri, dan yang ke tiga Dina!" Jelas Kevin.
"Jadi, di kotak ini adalah penentu siapa pemenang dari ketiga kandidat tersebut."
"Aaaa, apa aku bilang kamu pasti terpilih jadi kandidatnya! Aku tersingkir, tapi tidak apa-apa karena ada kamu." Ujar Sherly tersenyum senang.
Rania memutar kedua bola matanya malas, dia benar benar tidak berminat dengan semua ini. Bahkan dia terus berdoa agar dirinya tidak memenangkan pemilihan ini. Perhitungan telah di mulai, nilai ketiganya bersaing cukup ketat. Karena selisihnya hanya dua, tiga saja.
Setelah beberapa menit kemudian, nilai Andri dan juga Rania imbang. Sedangkan Dina telah tertinggal jauh sekali, akan tetapi kini kertas pemungutan suara telah habis, dan dinyatakan Rania dan Andri imbang.
"Karena kertasnya telah habis, jadi saat ini poin mereka berdua imbang!" Ujar Kevin.
"Aku belum memberi suara!" Ujar alkana dari balik pintu.
Dia langsung berjalan memasuki ruangan dan memberikan kertas itu kepada Kevin dengan wajah datarnya. "Kenapa baru kau berikan? Bukankah sejak tadi semuanya sudah mengumpulkan kertas ini?"
"Yang kau butuhkan satu suara lagi bukan, untuk menentukan pemenangnya? Jadi aku berikan pilihan suaraku!"
"Oke!" Kevin menerima kertas tersebut dan langsung membukanya, kini tiba-tiba raut wajah Kevin menjadi kesal karena yang dipilih oleh alkana adalah Andri jadi otomatis Rania akan tersingkir.
"Alhamdulillah, aaaa suamiku pahlawan ku!" Jerit Rania bersorak gembira di dalam hatinya.
"Andriii!" Teriak Kevin.
"Yaa!" Andri langsung bangkit dan menuju ke depan.
"Selamat ya, sudah menemukan wakil ketua lagi." Ujar alkana menyeringai dan langsung meninggalkan tempat itu.
Rania juga ikut berlari dan mengejar alkana, dia langsung menarik tangan lelaki itu dan tersenyum lebar. Membuat alkana menaikan satu alisnya dan segera menepis tangan Rania.
"Kenapa kau senyum seperti itu?" Tanya alkana.
"Terima kasih ya, sudah meloloskan aku dari anggota OSIS. Aku senang sekali."
"Argh, sialan. Kenapa kau senang? Seharusnya kau marah padaku!" Protes alkana.
"Maksudnya?" Tanya Rania mengerutkan keningnya tidak mengerti.
Niat alkana adalah mengagalkan rencana Rania yang ingin sekali dekat-dekat dengan Kevin, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Wanita itu terlihat sangat bahagia, karena tidak terpilih. Membuat alkana menggaruk keningnya yang tidak gatal.
"Ah, sudahlah! Minggir kau, jangan dekat dekat denganku kalau tidak mau aku berbuat kasar padamu!" Ketus alkana dengan tatapan tajam.
"Hiiis kenapa sih itu harimau, ah sudahlah bodo amat. Yang penting aku tidak jadi anggota OSIS, aku bahagia syalalalalala." Rania langsung berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang dia buat menjadi lebih lebar karena bahagia.
"Aawww!" Rania terjatuh saat menabrak seorang laki-laki.
"Eh, maaf aku tidak sengaja!" Lelaki itu membantu Rania untuk berdiri.
"Aww, silau! Bidadari dari mana lagi ini Tuhan, sungguh nikmat yang sangat luar biasa." Gumam Kenan dengan manik mata yang tidak dapat terlepas dari menatap Rania.
"Kak, kenapa ya? Ada yang aneh dengan wajahku?" Tanya Rania bingung.
"Eh, tidak kok. Kenalkan namaku Kenan!" Lelaki itu mengulurkan tangannya dan di balas oleh Rania.
"Rania." Sahut Rania dengan tersenyum manis.
"Jadi begini rasanya." Ujar Kenan.
"Rasa apa kak?" Tanya Rania.
"Rasanya memegang tangan calon istri." Jawab kenan dengan tertawa kecil.
'Haha, temannya kak alkana pasti ini, sama anehnya soalnya!' Batin Rania.
"Sudah makan belum?" Tanya Kenan.
"Sudah."
"Kok sudah sih, kan belum aku suapin!" Protes Kenan lagi dengan tertawa.
"Kan aku punya tangan kak!"
"Iya, di jaga ya untuk Salim nanti pas kita selesai akad."
Alex yang melihat temannya memulai aksinya itu, langsung dengan segera mendekat dan mengusap kasar wajah Kenan hingga lelaki itu terlihat kesal. Alex hanya tersenyum ke arah Rania.
"Jangan di dengarkan ya, sayang. Eh siapa namanya?" Tanya Alex.
'Huh, sama saja ternyata.' Batin Rania.
"Rania kak."
"Oh Rania ya, jangan dengarkan si Kenan ! Dia itu memang tidak jelas orangnya, kalau yang jelas cuma babang Alex tampan seorang." Ujarnya sambil menaikkan satu alisnya.
"Ya sudah, kalau begitu Rania pamit ke kelas dulu ya kak. Permisi!" Rania langsung berlari meninggalkan kedua lelaki tersebut.
Dia cukup senang dengan candaan mereka, namun Rania takut jika terlalu lama dengan mereka, bisa keceplosan dan lebih parahnya di alkana datang lalu bergabung. Semakin membuat Rania mati kutu.
Rania menghela nafas dan langsung masuk ke dalam kelas, dia duduk di kursinya dan memainkan ponselnya. Tidak berselang lama akhirnya guru masuk ke kelas dan Jan pelajaran pun di mulai.brania terus memperhatikan pelajaran dengan baik.
"Rania, nama kau cukup unik untuk orang kampung!" Bisik Helena.
Rania langsung melirik ke arah wanita yang batu saja membisikkan sesuatubke telinganya.
"Apa maksudmu?"
"Ingat ya! Kau anak baru di sini, jadi jangan sok kecantikan. Soalnya aku alergi lihat tipe cewek sepertimu!"
Helena memegang rambut indah Rania dan memutarnya. "Selagi aku masih bisa memakluminya maka kau akan aman, jika aku sudah benar-benar muak maka kau akan habis aku buat!"
"Memangnya apa yang salah denganku?"
"Ini hari kedua kau dibonceng sama kak Kevin, sekali lagi aku melihatmu masih dekat-dekat dengannya. Maka kau sendiri akan melihat apa yang akan aku lakukan nanti, jadi jauhi alkana dan Kevin!"
"Aku tidak dekat denga kedua orang itu!"
"Itu kata si cewek caper yang tidak punya muka, makanya kau selalu mencari muka! Selagi aku masih berbaik hati memberi kau peringatan, maka jangan menguji kesabaran ku!"
Sherly langsung masuk ke kelas dan melihat Helena sedang duduk di kursinya, dia menatap tajam ke arah Helena dan wanita itu dengan wajah acuh langsung pindah. Setelah itu Sherly langsung duduk di kursinya dan menatap ke arah Rania.
"Dia bicara apa denganmu? Dia mengancam mu?" Tanya Sherly.
"Tidak kok, memang orangnya suka mengancam ya?" Tanya Rania.
"Dia itu sok paling berkuasa di kelas! Tapi aku tidak takut sama itu anak. Dia kaki tangannya kakak kelas si Sasha, makanya gayanya songong!"
"Sasha?"
"Iya, Sasha satu kelas dengan kak alkana dan juga kak Kevin! Siapapun cewek yang dekat dengan dua laki-laki itu maka akan berhadapan langsung dengan Sasha, dan menjadi korban bully selanjutnya. Maka dari itu aku melarangmu untuk mendekati dua lelaki itu."
"Lalu kenapa kamu sangat terobsesi dengan dua lelaki itu?"
"Tidak apa-apa, kalau hanya mengagumi saja tidak akan jadi masalah sih."
"Perasaan tidak ada istimewa nya dua lelaki itu, kenapa harus sampai seperti itu sih!" Ujar Rania.
"loh banyak dong istimewanya, hanya saja aku tidak suka dengan cara Sasha! Dia itu di nobatkan sebagai queen sekolah DarmaYudha, maka dari itu banyak yang ingin bergabung dengan circle-nya. Tapi aku tidak berminat, karena pasti hanya akan dijadikan babu saja!"
"Sudah tahu akan di jadikan babu, lalu kenapa banyak yang mau bergabung ke circle itu?"
"Iya, kata mereka sih tidak masalah asalkan terkenal satu sekolah! Argh aku begini saja cukup terkenal kok!" Ujar Sherly percaya diri.
"Haha, iya kan kamu cantik! Aku jadi penasaran dengan yang namanya Sasha." Ujar Rania.
'sasha? Namanya seperti tidak asing ditelinga ku, aku pernah dengar di mana ya?' batin Rania.
"Oh iya, temannya kak alkana kemarin kan menyebut nama Sasha dan membandingkan nya denganku! Apa benar sasha itu yang mereka maksud?" Gumam Rania.
Bunyi bel tanda jam pelajaran telah selesai membuat seluruh siswa bersorak gembira, mereka langsung bangkit dan keluar kelas satu-persatu. Rania dan Sherly hanya menunggu saja hingga pintu benar benar tidak ada yang menghalanginya lagi.
"Rania, jalan ke mall yuk. Aku bosan di rumah terus!"
"Boleh, kapan?" Tanya Rania.
"Nanti, aku jemput kerumah kamu ya!"
"Eh tidak usah, kita bertemu di tempat saja ya." Tolak rania dengan halus.
"Ya sudah deh, kalau gitu sampai bertemu nanti ya." Sherly langsung melambaikan tangannya dan memasuki mobilnya.
Rania sedang melihat situasi aman atau tidak untuk dia masuk mobil alkana, uang sakunya telah habis maka dari itu Rania harus nekat untuk pulang bersama alkana.
"Sepertinya aman!" Dia mengendap-endap dan membuka pintu mobil alkana.
Matanya masih terus memantau keluar, saat tidak ada yang melihatnya dia langsung masuk dan menutup pintu, lalu bernafas dengan lega. Saat manik matanya melirik ke sebelahnya lalu ke belakang dia langsung membulatkan mata dan terkejut.
"Rania?" Tanya Alex.
Di dalam mobil terlihat alkana dan kedua temannya, mereka saling menatap dan juga terkejut. Rania masih mematung di tempat dia bingung harus melakukan apalagi untuk menghindarinya.
*mohon maafkan kalo ada typo ya gaeeeees_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Emangnya Alkana itu juga anggota Osis???
2022-12-27
0
H
🤣🤣🤣
2022-12-27
1
ayudya
🤣🤣🤣🤣
2022-11-16
0