Alkana langsung berdiri dengan tegak lagi, "tenang ya, tidak apa-apa kok sudah aman! Ada aku disini, jangan takut!"
Rania menganggukkan kepalanya dan langsung melepas baju alkana dari genggamannya, lelaki itu langsung menutup pintu dan berlari menuju kursi kemudi. Dia melirik ke arah Rania yang masih terlihat ketakutan.
Alkana langsung melajukan mobilnya menuju rumahnya, karena hujan yang begitu lebat membuat jarak pandang terlalu pendek, sehingga alkana melajukan mobilnya dengan pelan-pelan.
Dia menggenggam tangan Rania dan mengusapnya dengan lembut. Sesampainya dirumah Silvi langsung menghampiri mereka dengan perasaan khawatir, dia langsung mengajak mereka berdua untuk masuk ke dalam rumah.
"Astaga, kalian kenapa hujan-hujanan begini? Sayang, kamu dari mana saja? Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Silvi pada Rania.
Rania tidak mampu menjawab bibirnya bergetar, dia masih trauma dengan kejadian tadi. Tubuhnya gemetar kedinginan dan juga ketakutan, alkana langsung merebut Rania dari mamanya dan merangkul wanita itu.
"Ma, biar alkana bawa Rania ke kamar dulu, nanti Al jelaskan sama mama!"
"Ah, iya-iya. Biar mama buatkan teh hangat dulu! Kalian segera lah ganti baju, nanti kalian masuk angin " perintah silvi.
Alkana langsung membawa Rania menuju kamar mereka, dia membukakan kamar mandi dan menyuruh Rania untuk membersihkan diri terlebih dahulu, alkana mengisi bathtub dengan air hangat.
Lalu alkana kembali merangkul Rania untuk membantunya, namun dengan segera Rania menepisnya dengan kasar. Dia menatap tajam ke arah alkana lalu berganti menatap pintu, yang di maksudnya alkana harus segera keluar.
"Iya, aku keluar setelah memastikan kamu berendam di dalam bathtub!" Ujar alkana.
"Keluar sekarang!" Tegas Rania.
"Keras kepala sekali kau ini!" Ketus alkana.
"Aku begini karena siapa? Mikir! Kalau aku mati disana bagaimana? Bercanda boleh, tapi jangan keterlaluan itu tidak lucu! Aku bahkan tidak tahu tempat di kota ini, karena aku anak pindahan dari kampung!" Ujar Rania menekan kata di akhir kalimatnya.
"Kalau memang kamu tidak menyukaiku, segera cerikan saja aku! Aku juga selalu memintamu untuk menggugat cerai kan, kalau kita bercerai masalah akan selesai dengan mudah. Tapi ini, kau sendiri yang mempersulit semuanya." Ujar Rania dengan emosi, air matanya tiba-tiba menetes kembali.
"Tidak semudah itu! Bagiku pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup! Karena kau saat ini sudah resmi menjadi istriku, maka selamanya kau akan tetap menjadi istriku!" Tegas alkana.
Lelaki itu langsung keluar dan menutup pintu kamar mandi, Rania berteriak kesal dan melempar botol sabun ke arah pintu, hingga menimbulkan suara yang nyaring. Diluar alkana sedang mengatur nafasnya, dia tidak mengerti kenapa ucapan tadi bisa keluar dari bibirnya. Padahal dia juga memiliki rencana untuk menceraikan Rania setelah puas membuatnya menderita, namun kenyataannya saat ini berbanding terbalik.
"Ada apa dengan diriku?" Alkana langsung mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
Setelah Rania selesai mandi, wanita itu keluar tanpa menatap ke arah alkana sama sekali. Alkana bergantian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
.
.
.
Alkana langsung menjelaskan semuanya pada mamanya, dia mengaku jika dia salah karena telah meninggalkan Rania ditempat sepi. Namun saat Silvi sudah emosi Rania langsung membantahnya.
"Itu tidak benar ma, Rania tadi pergi kerumah teman Rania, ma! Kak alkana tidak bersalah, jadi mama tidak perlu memarahinya karena disini Rania yang salah karena susah didiberi tahu!" Jelas rania.
"Jadi, mana yang benar?" Tanya silvi bingung.
"Rania, ma! Maafkan Rania karena sudah membuat mama khawatir."
"Hmmm, ya sudah tidak apa-apa sayang! Lain kali kalau kamu mau pulang telat, kabari mana agar mama tahu dan tidak menghawatirkan kamu!" Ujar Silvi dengan tersenyum.
Rania menganggukkan kepalanya, dan dia langsung pamit untuk istirahat karena merasa lelah sekali. Alkana mengikutinya dan menarik lengan wanita itu.
"Kenapa kau berbohong pada mama?" Tanya alkana.
"Aku melakukannya untuk diriku sendiri, bukan untukmu!"
"Ya untuk apa kau melakukan itu? Aku tidak minta di kasihani!" Ketus alkana.
Rania menghela nafas kasar dan menatap ke arah alkana, "aku sedang tidak mood berdebat denganmu!"
Rania langsung masuk ke dalam kamar dan mengambil selimut juga bantal, laku berjalan menuju sofa. Rania langsung merebahkan tubuhnya lalu mulai memejamkan matanya.
"Rania, kau tidur di ranjang saja!"
"Rania, kau dengar tidak sih apa yang aku katakan?"
"Ku mau pindah sendiri atau aku yang gendong?" Tanya alkana.
"Aku tidak mau tidur denganmu!" Tolak rania.
"Aku tidur di bawah, kah di ranjang. Cepat!"
"Kesambet apa kmu baik denganku?"
Rania langsung berjalan menuju ranjang, baru kali ini dia tidur diatas ranjang yang empuk itu, Karen biasanya dia selalu tidur di sofa. Dia melirik ke arah alkana yang menggelar selimut tebal di bawah sebagai alas dan langsung tidur.
"Kenapa itu anak tidur di bawah, seharusnya kan di sofa!" Gumam Rania.
Wanita itu tidak ingin mengambil pusing dan langsung memejamkan matanya karena saat ini dia benar-benar merasa lelah dan juga pusing. Rani merasa sangat dingin sekali, dia mengerang kedinginan.
Alkana yang mendengarnya langsung bangkit dan mengecek kondisi Rania, dia melirik jam yang saat ini masih menunjukkan pukul dua pagi. Tetapi Rania demam tinggi, dia langsung mengambil handuk kecil dan air hangat untuk mengompres Rania.
"Rania," lirih alkana.
"Pak, bawa Rania pergi dari sini!" Rania mengigau.
Alkana menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, setelah mengompres berulang kali, dia langsung kembali tidur di bawah namun Rania menahan tangannya.
"Bu, jangan tinggalkan Rania! disini saja ya." Lirih Rania.
Rania enggan melepaskan tangan alkana dan malah semakin erat menggenggamnya. Alkana menghela nafasnya dan langsung naik ke atas ranjang lalu berbaring di samping tubuh Rania.
"Jangan salahkan aku besok, karena kau sendiri yang meminta!" Ujar alkana.
Rania langsung tidur dan memeluk tubuh alkana dengan erat, membuat lelaki itu membulatkan kedua matanya dan mengangkat tangannya keatas seperti maling yang tertangkap basah. Dia melirik ke bawah, Rania sedang memeluknya dan tidur lelap di dada bidangnya. Alkana benar-benar gugup berada di posisi seperti ini, dia adalah lelaki normal. Sebisanya dia menahan hasratnya dengan mengatur nafasnya berulang kali.
Saat kelelahan dia langsung memejamkan matanya dan tertidur pulas, dia balas memeluk wanita itu dengan erat seakan memberi kehangatan agar Rania segera pulih.
Di atas ranjang yang sama dan juga saling berpelukan, kini sepasang suami istri tidak jelas itu saling menghangatkan di tengah dinginnya malam. Rania merasa ada yang menimpa perutnya, dia langsung mengerjapkan matanya dan membuka matanya dengan lebar.
Apakah dia sedang bermimpi saat ini? Kenapa bisa ada lelaki tampan di hadapannya? Rania melebarkan senyumnya dan saat dia sadar dia langsung melihat ke arah pinggangnya yang terdapat tangan alkana dan juga tangannya yang memeluk tubuh lelaki itu. Sontak dia mendorong tubuh alkana dengan kasar hingga lelaki itu terjatuh dari ranjang.
"Awwwww, Shitt! Apa yang kau lakukan Rania!" Teriak alkana.
#karena aku lagi luang hari ini
jadi aku kasih bonus up😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kamu sendiri yg bilang tidak mengingin kan pernikahan itu,dan juga pernikahan kalian itu hanya di atas kertas kalo kamu lupa..
2022-12-27
0
ayudya
😂😂😂 aduh kalian...
2022-11-16
0