Alkana bangkit dengan memegangi pinggangnya yang terasa sakit, dia langsung duduk di atas ranjang dan menatap tajam ke arah Rania. Rania menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, terlebih lagi wanita itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan hanya matanya saja yang terlihat.
"Kak alkana menodaiku!" Tuduh rania.
"Enak saja! Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu?"
"Tadi malam kan tidur dibawah, kenapa sekarang bisa ada diatas. Mana peluk-peluk Rania lagi, mau mencari kesempatan ya?"
Alkana langsung menyentil jidat Rania hingga wanita itu mengaduh kesakitan, dan mengusap keningnya kasar. Lalu alkana bangkit dan langsung masuk ke kamar mandi.
"Hei, jelaskan dulu! Jangan asal pergi saja!" Ketus Rania.
"Pikir saja sendiri, siapa yang tadi malam demam tinggi dan memelukku lebih dulu." sahut alkana.
Rania langsung terdiam dan memegang keningnya lalu melirik ke arah nakas, ada baskom kecil dan handuk bekas mengompres dirinya. Rania mengerutkan keningnya dan berusaha mengingat kejadian tadi malam, Rania langsung menepuk keningnya saat sudah mengingatnya.
"Bodoh sekali kamu, Rania! Argh jatuh sudah harga diriku!" Gerutunya.
"Mau di taruh dimana mukaku?"
Rania langsung tidur kembali dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, dia merasa malu dan juga tidak memiliki wajah untuk berhadapan dengan alkana. Pasti lelaki itu akan mengira jika Rania lah yang mesum saat ini.
"Tapikan aku istri sah nya, kenapa harus malu?" Tanyanya lagi pada diri sendiri.
"Argh, tapi pernikahan ini tidak wajar dan tidak seperti pernikahan pada umumnya, jadi aku harus malu!"
"Aish, bodo amat lah! Aku tidak mau bangun dan tidak akan pergi ke sekolah."
"Rania, kau masih demam?" Tanya alkana.
"Rania."
"Woi, kau dengar tidak sih?"
"Tidak!"
Alkana mengulum senyum, dia menyadari jika wanita di hadapannya ini tengah malu sekarang karena sudah menyadari kejadian tadi malam. dia langsung pura-pura berjalan menjauh, dan saat Rania membuka selimutnya dia langsung menariknya hingga terlepas dari tubuh wanita itu.
"Bu jangan pergi!" Ledek alkana mengejek Rania tadi malam.
"Apa sih kak!"
"Alasan kau saja kan, agar bisa memeluk tubuh indahku?"
"Iyuh, najis! Kakak saja yang mencari kesempatan saat aku sedang demam!"
"Sudah ditolong tidak tahu terima kasih, dasar kampungan!" Alkana langsung masuk kedalam walk in closet untuk mengganti pakaiannya.
Rania langsung masuk kedalam kamar mandi san bergegas untuk mandi, dia akan mulai melanjutkan aksinya lagi agar alkana segera menceraikan dirinya. Dia sudah tidak tahan tinggal satu atap apa lagi satu kamar dengan lelaki itu.
"Aku kerjain gimana ya? Pakai cara awal atau aku pura-pura ganjen saja ke laki-laki di sekolah, agar dia ilfil dan segera menceraikan aku, lalu RANIA KITA CERAI." Ujarnya memperagakan alkana berbicara.
"Wah, aku langsung ngereog!" Ujarnya gembira.
"Tapi, dia baik juga mau merawatku saat aku sakit!"
"Tapi kenapa sih harus menikah dengan dia, dia itu keras kepala, narsis dan juga sangat menyebalkan!"
"Hah, bodo amatlah. Lebih baik aku segera mandi."
Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Rania langsung menuju meja makan dan bergabung dengan lainnya. Rania duduk di samping alkana san tersenyum manis ke arah lelaki itu, sehingga membuat alkana mendorong jidat Rania agar menjauh.
"Apa sih!" Ketus alkana.
"Mas Al!" Panggil Rania dengan lembut.
Alkana yang tengah meneguk air minum pun langsung tersedak dan terbatuk-batuk, dia langsung menatap tajam ke arah Rania. Entah kesambet apa wanita itu tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan menggelikan itu.
Silvi yang melihat tingkah mereka berdua hanya tertawa dan tidak ingin ikut campur, dia melihat sepertinya ada sedikit kemajuan dalam hubungan mereka, membuat Silvi merasa bahagia.
"Kesambet apa kau Rania? Disini ada mama ya, jangan membuat ulah! Mau aku tinggalkan lagi di gedung angker lain hah?" Ancam alkana.
"Mas Al kok malah ngamcam aku gitu sih!" Ujar Rania dengan mengeraskan suaranya.
"Alkana, kamu mengancam Rania?" Tanya Silvi.
"Tidak, ma!"
Alkana langsung merangkul Rania dan berbisik di telinga Rania, "apa maumu?"
"Uang jajan, uangku sudah habis!" Jawab Rania.
Saat alkana merogoh saku celananya, Rania menghentikannya. "Eh, bukan uang jajan saja, tapi untuk membeli keperluan dan keinginanku juga! Sini aku minta dua puluh juta!"
'Jadi matre kayaknya ampuh juga.' Batin Rania.
Alkana lngsung mengeluarkan black card miliknya dan memberikan kartu tersebut pada Rania, membuat Rania membulatkan kedua bola matanya dan mengerjap berulang kali. Dia jelas tahu kartu itu, hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Dan saat ini dia mengetahui jika alkana memiliki kartu tersebut, niat matrenya gagal total.
"Ini untukku?" Tanya Rania.
"Iya lah."
Rania meneguk salivanya susah payah dan langsung mengambil kartu itu, "kamu tidak takut uang kamu, aku habiskan?"
"Habiskan saja, itu memang untukmu!"
"Apa!" Teriak Rania terkejut.
"Bisa diam tidak sih, aku sedang makan!"
"Kak, ini aku tidak akan memberimu kesempatan lagi untuk mengambil kembali kartu ini loh." Ujar rania.
"Hei, kartu itu memang untuk istriku nantinya. Karena aku menikah terlalu cepat dan kau yang menjadi istriku, maka kartu itu untukmu!" Jelas alkana.
'Wah, memang sekaya aoa sih dia ini?' batin Rania.
"Kak, ini uangmu sendiri atau uang papa?"
"Tentu saja uangku!"
"Baiklah."
Alkana langsung melirik ke arah Rania dan langsung kembali melahap makanannya hingga habis, Rania tidak berselera makan. Dia memakan roti dan langsung mencium tangan silvi dan mereka berdua segera berangkat ke sekolah.
Seperti biasa, alkana menurunkan Rania di tempat biasa. "Awas saja jika sampai aku melihatmu berboncengan dengan kevin lagi, habis kau aku buat!"
"Kenapa? Kan sudah aku bilang, kak Kevin itu tipeku. jadi ya susah kalau mau menolak!"
"Shitt, sialan!" Ingin rasanya alkana memukul Rania, namun Rania langsung keluar dan mengejek lelaki itu.
Akan tetapi Rania kembali masuk dan menatap alkana, "kak, memang di kantin bisa bayar pakai kartu ini?"
"Menurutmu?" Ketus alkana.
"Bisa ya?"
"Tentu saja bisa." Jawab alkana santai.
Rania mengangguk dan langsung keluar kembali, menutup pintu dan berjalan lebih dulu. Sedangkan alkana di dalam mobil tertawa melihat kepolosan Rania, dia membayangkan bagaimana wanita itu nanti jika ingin membayarnya.
"Aku harus ke kantin untuk menyaksikannya! Aku tahu kau pura-pura matre dan mau menghabiskan uangku kan! Pasti kau akan mentraktir satu sekolah dan membayarnya dengan kartu itu. Aku tunggu, Rania!" Ujarnya menyeringai.
Dia kembali melajukan mobilnya dan membunyikan klakson disamping Rania, sehingga wanita itu mengelus dadanya karena terkejut. Rania berjalan hingga gerbang, dia bersyukur tidak bertemu dengan Kevin karena bisa jadi ancaman wanita kemarin benar adanya.
Rania berjalan santai menuju kelasnya, dia tersenyum senang karena telah memiliki rencana akan mentraktir makan satu sekolah dengan uang alkana. Dia langsung menuju tempat duduknya untuk mengawali hari ini dengan belajar bersama guru killer.
"Wah, berseri sekali wajahmu. Menang lotre ya?" Tanya Sherly.
"Eh, enak saja! Aku sedang ada hajat, dan aku mau mentraktir satu sekolah." Ujar Rania dengan tersenyum lebar.
"Serius?"
Rania menganggukkan kepalanya, kini Rania dan juga Sherly saling menatap. Sherly masih tidak percaya jika Rania sekaya itu, dia langsung memegang bahu Rania.
"Kamu tidak bercanda kan? Aku tidak punya uang sebanyak itu untuk membayarnya!" Ujar Sherly khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sikap ceweknya plin plan,,,🙄🙄
2022-12-27
0