"sebenarnya apa maumu?!" Geram Kevin kesal.
Alkana menepis tangan Kevin dan menyeringai, "aku hanya lewat! Lagi pula bukan jalan nenek moyang lo kan!"
"Cih, sialan!" Umpat Kevin.
Alkana melirik kearah rania dengan tajam, lalu langsung berjalan kembali meninggalkan tempat itu. Rania bergidik ngeri dan langsung berlari juga meninggalkan tempat itu.
"Rania." Teriak Kevin.
"Ehh, kalau begitu aku kembali ke kelas juga ya kak. Makasih " pamit sherly.
Sherly langsung mengejar Rania yang terus berlari, dia menarik tangan Rania dan menghentikan langkahnya. Sherly mengatur nafasnya yang tersenggal lalu menatap Rania dengan wajah yang sangat lelah.
"Kamu kenapa lari sih?" Tanya Sherly.
"Tidak apa-apa, aku hanya malas saja berada diantara dua lelaki tadi. Jadi lebih baik aku pergi saja." Jawab Rania.
" Ya sudah, kalau begitu kita ke kelas saja."
"Aargh, sialan! Pak Alvaro sudah masuk lagi." Keluh Sherly.
Sherly berlari menarik tangan Rania, kini Sherly merasa gelisah. Sedangkan Rania yang masih anak baru, tidak tahu menahu tentang siapa pak alvaro. Setelah sampai didepan kelas, Sherly mengetuk pintu dan tersenyum kaku kearah pak Alvaro.
"Pak, permisi masuk ya." Pinta Sherly.
"Sherly, kamu lagi kamu lagi. Sudah bosan belajar sama saya?" Ketus pak Alvaro.
"Bukan begitu pak," Sherly melirik kearah Rania agar membantunya berbicara.
Rania langsung ikut masuk dan berdiri disamping Sherly, "maaf pak, kami terlambat karena tadi ada urusan diruang OSIS."
"Siapa nama kamu? Kamu anak baru ya?" Tanya pak Alvaro.
"Benar pak."
"Hmm, kalau begitu untuk kali ini Sherly dan kamu boleh masuk. Tapi ingat hanya kali ini, jika lain kali kalian seperti ini lagi maka saya akan menyuruh kalian berjemur dilapangan. Kamu juga masih anak baru tapi sudah membuat masalah, jika ingin mendapat nilai bagus dari saya maka kalian harus patuh dengan peraturan yang saya buat. Kalian paham?!" Tanya pak Alvaro.
"Paham pak." Jawab satu kelas serempak.
"Kalian itu harus mencontoh anak paling teladan dan berprestasi disekolah ini, alkana." Ujarnya membanggakan alkana.
"Cih, dimana-mana kenapa harus nama dia yang disebut! Apa sekolah ini milik bapaknya!" Gerutu Rania karena merasa kesal.
"Rania, bapaknya alkana adalah mertua kamu." Ujar peri baik dari diri Rania.
"Halah, kalau anaknya seperti itu kenapa juga harus dianggap suami. Lebih baik cerai saja, kamu masih muda dan cantik Rania.
Jangan mau di unboxing sama alkana, nanti masih sekolah sudah bawa balon diperut. Kan tidak lucu." Ujar peri jahat dari diri Rania.
"Aah, kenapa kalian terus mengusikku!" Keluh Rania.
Rania fokus mengikuti pelajaran kan Alvaro yang membuatnya sangat bosan, terlebih lagi guru itu sangat kaku dan juga killer. Rania tidak ingin mencari masalah dengan guru barunya itu, karena Rania harus mendapatkan nilai yang bagus untuk kebutuhan masa depannya.
"Ran, kamu sudah selesai tugas yang diberikan pak Alvaro?" Tanya Sherly.
"Aku baru saja masuk dengan bapak itu."
"Tetap saja, nanti kamu akan dimarahi lagi sama beliau. Sudah, ini kerjakan saja lihat punyaku." Sherly memberikan buku tugasnya kepada Rania.
Rania langsung menyalin semua jawaban yang tertera disana, dia tidak tahu jawaban ini benar atau salah intinya dia tidak ingin bermasalah lagi dengan guru didepannya itu.
Sepulang sekolah, Rania langsung masuk kedalam rumah dan menghampiri mama mertuanya, "assalamualaikum ma." Rania mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Waalaikum salam, sudah pulang sayang?"
"Sudah ma."
"Alkana mana?' tanya wanita itu lagi.
"Tidak tahu ma, Rania tidak melihat mobil kak alka waktu sudah pulang sekolah."
"Jadi, kamu tidak pulang bersama alkana?"
Rania menggelengkan kepalanya, "tidak ma, dia mana mau. Tapi tidak apa-apa kok ma, Rania bisa memakluminya."
"Kurang ajar sekali anak itu, ya sudah nanti biar mama yang bicara dengan dia ya. Kamu ganti baju lalu makan, oke sayang."
Rania menganggukkan kepalanya dan langsung meninggalkan wanita paruh baya itu untuk masuk ke kamarnya. Dia tersenyum lebar karena sudah berhasil membuat citra alkana buruk Dimata mamanya.
"Rasain kamu, siapa suruh ninggalin aku tadi!"
Rania langsung masuk ke dalam kamar dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, sekitar lima belas menit lamanya dia selesai dengan kegiatannya. Pintu kamar terbuka membuat Rania membulatkan kedua matanya, karena dirinya hanya mengenakan handuk pendek yang dililitkan di tubuhnya. Hingga memperlihatkan pahanya yang mulus.
"Aargh, shiit! Kau sengaja ingin menggodaku ya!" tuduh alkana sembari memejamkan matanya.
"Heh, tutup matamu sampai aku tidak terlihat lagi!" Perintah Rania.
"Namanya tutup mata, ya tidak akan terlihatlah! Kau, cepatlah masuk keruang ganti!" Perintah alkana balik.
Rania langsung berlari dan menutup pintu itu, sedangkan alkana menggeram kesal karena badannya terasa panas dingin melihat Rania tadi. Dia melepaskan tasnya lalu berbaring di ranjang.
"Kenapa tubuh gadis kampung itu seksi sekali, aaargh! Alkana kau harus sadar jangan sampai tergoda, dia adalah musuh berkedok istri bukan istri sungguhan." Ujar alkana memperingatkan dirinya sendiri.
Setelah selesai memakai pakaiannya, Rania mengintip keluar dan melihat kearah alkana yang sedang tertidur. Membuatnya melangkahkan kakinya dengan pelan agar tidak terdengar, dia ingin kabur dan segera keluar dari kamar ini. Namun saat dia melewati alkana lelaki itu langsung menjegal kaku Rania hingga membuat Rania hampir tersungkur kedepan.
Alkana membuka matanya, dan langsung menarik tangan Rania hingga gadis itu terjatuh diatas tubuh alkana. Manik mata mereka saling menatap satu sama lain, jantung Rania berdetak sangat kencang. Ketampanan alkana terlihat sangat nyata saking sempurnanya.
Alkana mendorong tubuh Rania hingga terjatuh disebelah lelaki itu, "ternyata tubuhmu berat juga."
Rania menghela nafas kasar dan menatap kesal kearah alkana, namun dia tidak ingin berdebat karena merasa perutnya sangat lapar dan memberontak ingin segera diisi. Dia langsung bangkit namun alkana menahannya dan mencengkram pergelangan tangan Rania.
"Aaws sakit Al!"
"Kau ngadu apa pada mama hah? Berani sekali kau!" Tanya alkana dengan tatapan tajam.
"Aku tidak bilang apa apa, kan memang benar kamu membiarkan aku naik taksi sendirian pas pulang sekolah. Lagi pula dari mana kamu?" Tanya Rania balik.
"Bukan urusanmu!"
"Tentu saja urusanku, kamu itu suamiku."
"Pernikahan kita hanya sebatas diatas kertas, aku tidak pernah setuju untuk menikahi kau!"
"Lalu kenapa kamu tidak menolak dan menyetujui permintaanku saat meminta untuk membatalkan semuanya? Jadi ini semua salahmu karena kamu yang menyetujuinya diawal!" Hardik Rania.
"Tentu saja karena aku ingin balas dendam karena tingkahmu yang kurang ajar itu."
"Apa!? CK, kenapa bisa ada lelaki sepertimu!" Umpat Rania.
"Ada, dan sekarang dia berada tepat didepan matamu sendiri!"
"Kenapa sekarang kau tidak berakting menjadi istri yang baik seperti tadi pagi?" Tanya alkana.
Rania menyeringai, dia tidak gentar ditindas seperti itu oleh alkana karena dia punya dukungan yang sangat kuat, yaitu kedua orang tua alkana. Dia tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke bibir alkana, kini jaraknya hanya satu centi saja.
dan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments