Rania meneguk salivanya dalam-dalam, dia meremas jemarinya karena merasa khawatir dan gugup menjadi satu. Sherly langsung menatap ke arah Rania dan melihat wanita disebelahnya dengan menaikkan satu alisnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Sherly.
"Ma-maksudnya?"
"Gemetar begitu? Grogi ya kamu, tadi dipegang sama kak alkana? Haha Rania biasa saja. Lagi pula kalau memang kamu bisa mendapatkan dia, aku acungi empat jempol." Ujar Sherly tersenyum lebar.
"Gila apa! Sudahlah aku mau pulang saja!"
"Eh, tunggu aku! Memangnya kamu tidak penasaran siapa wanita yang dibonceng kak alkana tadi?"
"Kan tadi dia bilang kalau itu mamanya, sudahlah jangan terlalu kepo! Banyak tahu akan membuat hidupmu tidak tenang." Ketus Rania.
"Tidak bisa, Rania! Ayo ikut aku." Sherly langsung menarik tangan Rania untuk masuk kembali kedalam dan mencari keberadaan alkana.
Alkana terlihat duduk dengan seorang wanita berbaju merah seperti wanita yang dibonceng oleh lelaki itu tadi. Sherly pura-pura berjalan melewati alkana dan melirik kearah wanita yang ternyata sudah terlihat tua dan keriput membuat Sherly melebarkan matanya dan langsung berlari, Rania hanya mengikuti wanita yang membawanya itu.
"Ah, ternyata sudah setua itu ya? Argh, kenapa aku bisa berpikiran kalau yang tadi itu adalah pacarnya kak alkana sih?" Ketus Sherly merasa bodoh sendiri.
"Kan sudah aku bilang, kamu saja tidak mau percaya! Sudah sana pulanglah lebih dulu, aku masih menunggu taksi." Rania mendorong tubuh Sherly keluar toko dan wanita itu langsung menghentikan langkahnya, menarik Sherly kembali.
"Buku kita belum dibayar!" Bisik Rania.
"Ah iya, aku lupa! Ini gara-gara wanita itu."
"Ya sudah aku duluan ya!" Sherly melambaikan tangannya.
"Oke!"
Rania menghembuskan nafasnya lega, tapi dia kembali melirik kedalam toko dan dia tertawa keras. Dia sempat melihat nenek itu memakai baju berwarna merah sampai terlihat seperti anak remaja.
"Apa nenek itu disuruh oleh kak alkana ya? Ah, tapi mana mungkin!"
"Hah, ya sudahlah yang penting hari ini selamat! Aku tidak akan mau keluar dengannya lagi, yang ada nanti aku apes terus!"
Rania melihat taksi yang dia pesan sudah sampai, dia langsung masuk kedalamnya. Sedangkan alkana yang baru saja keluar dari toko melihat Rania memasuki taksi langsung mengejarnya, namun taksinya sudah keburu melaju pergi.
"Argh sialan!! Menyusahkan saja punya istri." Gerutu alkana.
Dia langsung menaiki motornya dan mengikuti taksi tersebut, karena jika Rania akan tersasar atau terjadi hak yang tidak di inginkan. Alkana terus menggerutu dan mengumpati rania di atas motornya.
"Awas kau sampai rumah nanti!" Ancam alkana.
Taksi berhenti tepat didepan rumah alkana, Rania langsung berjalan santai memasuki rumah tersebut. Alkana memotong jalan wanita itu dan berhenti tepat di hadapannya membuat Rania terkejut dan reflek memundurkan langkahnya.
"Kenapa kau malah naik taksi, hah?" Tanya alkana kesal.
"Kenapa memangnya? Kan demi kebaikan kita bersama, Sherly itu masih penasaran dengan wanita yang kak alkana bonceng tadi." Sahut Rania.
"Ya tapi tetap saja kau tidak boleh seenaknya begini, sudah memfitnahku agar bisa mengantarmu dan sekarang kau membuatku menunggu di dalam toko buku, sedangkan kau pulang naik taksi. Bisa mikir tidak sih dasar anak kampung, kalau memang dasarnya kampungan sampai kapan pun tetap akan kampungan. Makanya tingkahnya tidak terarah sama sekali!" Sungut alkana dengan amarah yang meluap luap.
Rania menatap alkana dengan pandangan yang sulit di artikan, matanya berkaca-kaca seakan ada bendungan air yang siap kapan saja akan mengalir. Rania langsung mengalihkan pandangannya, dan berlalu begitu saja meninggalkan alkana. Dia tidak ingin lelaki itu melihat sisi lemahnya, karena hal itu bisa membuat rencananya gagal.
"Heh, aku belum selesai berbicara!" Teriak alkana.
Rania terus saja memasuki rumah tanpa menoleh kebelakang, dia langsung berlari ke kamarnya agar tidak ada yang mengetahui jika dirinya menangis. Sedangkan diluar, alkana berdecak kesal dan memukul udara tak tentu arah.
"CK, dasar tidak tahu sopan santun!" Ketus alkana.
Lelaki itu langsung memarkiran motornya di garasi, dia tidak ingin masuk kedalam rumah terlebih dahulu. Sebab pasti mamanya akan ada di dalam dan sudah terhasut oleh wanita ular itu, menurutnya.
"Alkana, ngapain kamu disini?" Tanya Hendra.
"Tidak apa-apa pa, hanya sedang mencari suasana baru."
"Ya sudah ayo masuk, sudah mau hujan!"
Alkana menganggukkan kepalanya dan langsung mengikuti langkah papanya, dia melihat sekitar dan tidak ada Rania bersama mamanya. Alkana melirik ke arah lorong masuk ke kamarnya namun gelap dan tertutup rapat.
"Sedang apa dia? Apa bersemedi? Hah biarlah!"
"Ayo makan, loh mana Rania, al?" Tanya Silvi.
"Mungkin di kamar ma."
"Kamu tidak menyuruhnya naik taksi lagi kan?" Tanya Silvi memastikan.
"Tidak, ma! Mama kenapa khawatir sekali sih, yang anak mama kan Al bukan dia!"
"Dia istri kamu, Al! Jangan seperti itu, mama tidak pernah mengajarimu seperti itu loh."
"Hmm, iya ma."
"Al, panggil dulu Rania. Ajak makan bersama." Perintah papanya.
"Baik, pa." Alkana berjalan dengan sangat santai menuju kamarnya, dia sudah mengetuk pintu berulang kali namun tidak ada jawaban.
Saat akan membuka pintu, ternyata pintunya terkunci dari dalam.
"Rania buka pintunya! Sedang apa kau di dalam, kenapa harus di kunci?"
Rania membuka pintu dan menatap alkana datar, dan langsung berjalan begitu saja meninggalkannya. Membuat lelaki itu menaikkan satu alisnya, dia tidak terima di perlakukan seperti ini setelah apa yang Rania lakukan padanya. Dia menggenggam tangan Rania dan menahan langkahnya.
"Kau, kenapa?" Tanya alkana.
Rania langsung memutar tubuhnya menghadap ke arah alkana, "sejak kapan kamu peduli?"
"Siapa yang peduli? Aku hanya bertanya saja!"
"Ya sudah, aku tidak ingin menjawab!"
"Aneh sekali kau ini! Ya sudah sana, mama menyuruh makan." Perintah alkana.
"Hmmm." Rania berdehem sebagai jawaban.
Alkana langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan Rania langsung berjalan berjinjit untuk mendekati pintu. Dia ingin melihat reaksi alkana saat melihat kamar mandi penuh dengan kecil mainan.
Rania menutup mulutnya dengan kedua tangannya menahan tawa, "satu.... Dua... Ti-"
"Aaaaaaaaa." Teriak alkana dari dalam kamar mandi.
Rania langsung tertawa dengan keras lalu meninggalkan tempat itu, menuju dapur untuk makan bersama. Rania tersenyum ceria seperti biasanya, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan ikut senang kecuali alkana.
"Rania, kemari sayang kita makan dulu ya."
"Iya ma." Rania langsung duduk di kursinya dan melihat kearah Hendra yang memanggilnya.
"Alkana mana? Kenapa bergantian begini sih? Tadi kamu, sekarang alkana." Ujar Hendra.
"Katanya dia mau mandi dulu pa."
"Oh, ya sudah kalau begitu."
"Raniaaa!" Teriak alkana.
Semua yang ada di meja makan tersebut langsung menatap kearah alkana yang hanya memakai handuk saja saat keluar dari kamar, lelaki itu menatap tajam kearah Rania dan mendekatkan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments